Kalam Indah Ustaz Salim A Fillah tentang Adab dan Ilmu
A
A
A
Dai yang juga penulis buku-buku Islami, Ustaz Salim A Fillah bercerita tentang adab dan ilmu saat mengisi kajian di Masjid An-Nabawi, Perumahan Banjar Wijaya, Cipondoh, Tangerang.
Menurut Ustaz Salim, ilmu dengan adab adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Seseorang yang belajar ilmu, maka dia harus belajar adab. Karena ilmu tanpa adab akan menjadikan seseorang menjadi insan yang rusak karena akhlak yang buruk. Barangkali dengan ilmunya justru muncul ketamakan, kesombongan dan lain sebagainya.
Pembelajaran adab adalah membiasakan seseorang dengan ekspresi-ekspresi akhlak yang mulia. Ada yang bertanya apa bedanya adab dengan akhlak? Kata akhlak dalam bahasa Arab disebut juga khuluq. Kalau bercermin kita dianjurkan berdoa:
"Wahai Allah sebagaimana Engkau telah membaguskan tubuhku (rupaku), maka baguskanlah akhlakku." (HR. Ahmad)
Akhlak itu bedanya dengan adab seringkali adab merupakan ekspresi-ekspresi lahiriyah dari akhlak seseorang. Kalau akhlak itu sesuatu yang terpatri dalam diri seseorang yang kemudian bisa saja positif atau negatif. Tetapi ekspresi luarnya bisa kemudian sesuai dengan bagaimana dirinya membiasakan beradab.
Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy: "Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu." Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata: "Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu."
Contoh, akhlaknya Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq yaitu tutur katanya yang lembut, pribadinya yang tenang, tidak suka tergesa-gesa, beliau sangat pemaaf. Beliau itu orang yang sangat membenarkan kejujuran dan mencintai kejujuran.
Ibnul Mubarak berkata: "Kami mempelajari masalah adab selama 30 tahun, sedangkan ilmu kami pelajari selama 20 tahun."
Ibnu Sirin berkata: "Mereka (para ulama) dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu."
Makhlad bin Al-Husain berkata pada Ibnul Mubarak: "Kami lebih butuh mempelajari adab daripada banyak menguasai hadis."
Jadi tidaklah berarti belajar ilmu yang 20 tahun kalau tidak didahului belajar Adab selama 30 tahun. Lihatlah bagaimana kedudukan Adab di atas Ilmu, namun keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Beradab harus berilmu, dan berilmu juga harus beradab. Adab disertai dengan ilmu akan menghasilkan Akhlak yang baik. Inilah pesona adab dan ilmu.
Wallahu A'lam Bish-Showab
Menurut Ustaz Salim, ilmu dengan adab adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Seseorang yang belajar ilmu, maka dia harus belajar adab. Karena ilmu tanpa adab akan menjadikan seseorang menjadi insan yang rusak karena akhlak yang buruk. Barangkali dengan ilmunya justru muncul ketamakan, kesombongan dan lain sebagainya.
Pembelajaran adab adalah membiasakan seseorang dengan ekspresi-ekspresi akhlak yang mulia. Ada yang bertanya apa bedanya adab dengan akhlak? Kata akhlak dalam bahasa Arab disebut juga khuluq. Kalau bercermin kita dianjurkan berdoa:
اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي
"Wahai Allah sebagaimana Engkau telah membaguskan tubuhku (rupaku), maka baguskanlah akhlakku." (HR. Ahmad)
Akhlak itu bedanya dengan adab seringkali adab merupakan ekspresi-ekspresi lahiriyah dari akhlak seseorang. Kalau akhlak itu sesuatu yang terpatri dalam diri seseorang yang kemudian bisa saja positif atau negatif. Tetapi ekspresi luarnya bisa kemudian sesuai dengan bagaimana dirinya membiasakan beradab.
Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy: "Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu." Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata: "Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu."
Contoh, akhlaknya Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq yaitu tutur katanya yang lembut, pribadinya yang tenang, tidak suka tergesa-gesa, beliau sangat pemaaf. Beliau itu orang yang sangat membenarkan kejujuran dan mencintai kejujuran.
Ibnul Mubarak berkata: "Kami mempelajari masalah adab selama 30 tahun, sedangkan ilmu kami pelajari selama 20 tahun."
Ibnu Sirin berkata: "Mereka (para ulama) dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu."
Makhlad bin Al-Husain berkata pada Ibnul Mubarak: "Kami lebih butuh mempelajari adab daripada banyak menguasai hadis."
Jadi tidaklah berarti belajar ilmu yang 20 tahun kalau tidak didahului belajar Adab selama 30 tahun. Lihatlah bagaimana kedudukan Adab di atas Ilmu, namun keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Beradab harus berilmu, dan berilmu juga harus beradab. Adab disertai dengan ilmu akan menghasilkan Akhlak yang baik. Inilah pesona adab dan ilmu.
Wallahu A'lam Bish-Showab
(rhs)