Habib Jindan: Orang Terbaik Adalah yang Paling Bagus Akhlaknya

Selasa, 04 Januari 2022 - 11:37 WIB
loading...
Habib Jindan: Orang Terbaik Adalah yang Paling Bagus Akhlaknya
Habib Jindan Bin Novel Salim Jindan mengajak umat muslim untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW. Foto/Ist
A A A
Pengasuh Ponpes Al-Fachriyah Ciledug Tangerang Al-Habib Jindan bin Novel Salim Jindan menyampaikan pesan menyentuh hati saat mengisi kajian di Masjid Raya Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, belum lama ini.

"Paling enak zaman sekarang ini daripada mikirin macam-macam lebih baik mikirin Hadis Nabi. Sebaik-baik yang kita renungkan dan pikirkan ialah Hadis Nabi dan Al-Qur'an. Sebaiknya di dalam rumah kalian renungkan dan bacakan Al-Qur'an dan hikmah hadis Rasulullah," kata Habib Jindan.

Orang-orang pilihan yang terbaik di antara kalian ialah orang-orang yang paling luhur akhlaknya. Berakhlak itu tidak harus punya jabatan tinggi dulu, gak harus punya banyak harta dulu. Ketika engkau memiliki akhlak yang baik itu lebih baik dari baju dan uang yang banyak.

"Ilmu yang tinggi tanpa akhlak, maka tidak ada artinya. Ilmunya akan menjadi barang bukti di pengadilan Allah," kata Habib yang pernah menimba ilmu di Hadhramaut Yaman ini.

Habib Jindan menerangkan, orang yang paling bagus akhlaknya ialah ketika hadir duduk di antara orang lain, ia merasa paling rendah, merasa kurang baik. Maka sesungguhnya dialah yang paling mulia.

Jika dia merasa dirinya lebih baik dari orang lain, maka hakikatnya dia sama dengan akhlaknya Iblis. Ketika Nabi Adam 'alahissalam melakukan kesalahan yang telah Allah takdirkan, namun beliau tidak mencari pembenaran, dan beliau segera bertaubat setelah berbuat salah.

Beda dengan Iblis, ketika dia berbuat salah kemudian disuruh bersujud kepada Nabi Adam, dia enggan karena merasa lebih baik. Iblis mengeluarkan dalil bahwa dia lebih mulia karena dia diciptakan dari api dan Nabi Adam dari tanah. Maka Allah pun murka padanya.

Ketika kita menghadiri majelis, maka kita diberi pilihan dengan akhlak Iblis atau Nabi Adam. Dan lebih baik ketika pulang dari majelis, maka pulanglah dengan akhlaknya Nabi Adam.

Tinggalkanlah hal-hal yang membuatmu ragu dan tidak yakin. Dalam hal apa keraguan tersebut? Yaitu makanan. Perbaiki makananmu, maka doamu dikabulkan oleh Allah.

Jadilah orang-orang yang berhati-hati dalam hal yang syubhat, maka engkau akan menjadi orang yang paling baik beribadah kepada Allah. Kalau kita tidak bisa berhati-hati dalam hal yang syubhat, maka kita tidak akan menjadi orang yang berhasil.

Was-was dalam urusan ibadah itu bukan ibadah, tetapi was-was terhadap makanan itulah hal yang baik. Makan apa pun yang kamu kehendaki, niscaya amalanmu sesuai dengan apa yang kamu makan.

Yang makan makanan halal, maka tubuhnya akan berbuat halal. Namun jika dia memakan makanan yang haram, maka tubuhnya akan berbuat maksiat.

Seandainya kalian sholat yang banyak, sholat tahajud sampai bungkuk dan berpuasa sampai tubuhmu kurus kering, maka tidak akan diterima kecuali engkau tumbuhkan rasa wara' terhadap hal yang syubhat terhadap makanannya.

Begitu juga dalam menuntut ilmu, kita harus berhati-hati dalam belajar. Mencari ilmu terhadap guru lihat sanadnya dan mata rantai dalam dia menuntut ilmu jelas atau tidak dalam keilmuannya. Harus bersyari'at dan pemahamannya bersanad.

Ilmu itu adalah agama, dan berhati-hatilah dalam menuntut ilmu. Kalau bukan karena keberadaan sanad, maka orang akan berbicara seenaknya. Karena itu carilah Ulama yang mengajak kepada kebenaran, mengajak kita kepada Allah dan Rasulullah.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2207 seconds (0.1#10.140)