"Orang pertama yang dipilih untuk diselamatkan di hari kiamat adalah pemimpin adil. Kenapa harus pemimpin adil? Karena pemimpin yang adil mampu menghadirkan suatu hal yang tidak bisa kita hadirkan," kata Dai muda Ustaz Hilmi Firdausi saat mengisi kajian di Masjid Permata Qalbu, Pos Pengumben, Jakarta Barat.
Para Sahabat Nabi ketika diangkat menjadi pemimpin, mereka langsung beristirja' mengucap kalimat "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali." (Al-Baqarah: 156)
Ustaz Hilmi Firdausi bercerita, ketika Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu (RA) diangkat menjadi pemimpin sempat berkata "musibah, musibah, musibah". Kemudian ketika Sayyidina Umar bin Khatthab RA wafat seharusnya yang diangkat menggantikannya adalah Sayyidina Abdurrahman bin Auf RA.
Baca Juga:
Namun, ketika Sayyidina Abdurrahman diangkat Beliau mengambil belati dan berpesan "Jika kalian ingin aku menjadi memimpin, maka sebaiknya kalian tusukkan belati ini sehingga aku menjadi orang mati". Sehingga para Sahabat bertanya kepada Sayyidina Abdurrahman "Jika engkau tak mau, maka tunjuklah di antara kami dan kami akan taat dengan pendapatmu". Maka ditunjuklah Sayyidina Utsman bin Affan RA menjadi pemimpin (khalifah ketiga).
Ketika Sayyidina Utsman ditunjuk banyak yang tidak menyukainya karena beliau lembut dan berbanding terbalik dengan Sayyidina Umar yang sangat tegas. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) pernah berpesan andai ada Nabi setelah aku, maka itu adalah Umar bin Khaththab RA karena itu setiap Umar berpendapat ikutilah.
Begitulah sahabat Nabi terdahulu selalu takut ketika akan menjadi seorang pemimpin. Berbanding terbalik dengan sekarang di mana ketika diangkat menjadi pemimpin membuat tasyakuran, mengadakan pesta dan lainnya.
Pemimpin dalam Islam itu Tugasnya 2, yaitu:
1. Menjaga Agama.
2. Mengurus Rakyat.
Sebagai contoh, Khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau memerintah Daurah Islamiyah hanya 2,5 tahun, namun kisah Beliau sangat fenomenal. Beliau adalah orang kaya, ketika diangkat menjadi khalifah beliau berpesan kepada istrinya: "Istriku aku telah diangkat menjadi khalifah, maka lepaslah perhiasanmu".