Jangan Kufur Nikmat agar Rumah Tangga Selamat

Selasa, 21 Juli 2020 - 18:59 WIB
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nahl: 18).

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang mengingatkan kita betapa penting dan wajibnya mensyukuri nikmat itu. SabdaRasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. (HR Bukhari).

Di dalam 'Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari', Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, bahwa kenikmatan adalah keadaan yang baik. Ada yang mengatakan, kenikmatan adalah manfaat yang dilakukan dengan bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain”.

Dijelaskan pula oleh Ibnu Baththaal rahimahullah, makna hadis tersebut adalah eseorang tidaklah menjadi orang yang longgar (punya waktu luang) sehingga dia tercukupi (kebutuhannya) dan sehat badannya. Barangsiapa dua perkara itu ada padanya, maka hendaklah dia berusaha agar tidak tertipu, yaitu meninggalkan syukur kepada Allah Azza wa Jalla terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Dan termasuk syukur kepada Allahadalah melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Barangsiapa melalaikan hal itu, maka dia adalah orang yang tertipu”.

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ

"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka" (QS.al-Ahzâb: 36).

Karena itulah, kita harus selalu menjadi muslim yang pandai bersyukur. Orang yang bersyukur berarti dia berada dalam keimanan. Syariat Islam dan hadis Nabi SAW telah menjelaskan pentingnya menjaga iman. Disebutkan dari Abu Muhammad ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga keinginannya mengikuti apa yang aku bawa." (Hadis ini hasan shahih dan diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah). (Baca juga : Inilah Tipe-tipe Wanita yang Tercantum dalam Al-Qur'an )

Bersyukur dengan lisan dilakukan dengan cara bertahadduts (menyebut-nyebut) nikmat tersebut, memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah), dan menisbatkan nikmat itu kepada Allah. Karena itu hendaklah antara suami dan istri saling memuji dan berdoa bahwa kehidupan rumah tangga mereka akan senantiasa di dalam naungan berkah Allah Ta'ala. Mereka mensyukuri semua nikmat tersebut dalam rangka membantu menciptakan keharmonisan di dalam rumah tangga .

Dan harus semaksimal mungkin menghindari kufur nikmat kepada Allah. Jika bersyukur dengan nikmat-nikmat itu, Allah menjanjikan kepada tambahan nikmat. Akan tetapi jika tidak bersyukur, alias kufur nikmat, maka Allah mengancam kita dengan siksa-Nya yang sangat pedih. Antara suami dan istri harus senantiasa saling berterima kasih dalam kebaikan sebagai tanda mensyukuri nikmat yang Allah Ta'ala berikan.

Wallahu'Alam.
(wid)
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?  Para sahabat menjawab: Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.

(HR. Muslim No. 4678)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More