Khutbah Iduladha 2023: Menghayati Nilai Pengorbanan dan Ujian Keimanan

Kamis, 29 Juni 2023 - 08:02 WIB
Ibadah kurban yang diikuti Nabi Muhammad ? tidak terlepas dari peristiwa historis Nabi Ibrahim alaihissalam. Foto ilustrasi/ist
Khutbah Iduladha 2023 kali ini mengangkat tema tentang nilai pengorbanan dan ujian keimanan. Hari ini Kamis 29 Juni 2023 bertepatan 10 Dzulhijjah 1444 H umat Islam di Indonesia merayakan Hari Iduladha yang di dalamnya disyariatkan ibadah berkurban.

Berikut khutbah Iduladha disampaikan Ustaz Yudi Yansyah, Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bojong Genteng Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi dilansir dari laman Kemenag Jawa Barat.

Khutbah Pertama

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. سُبْحانَ مَنْ جَعَلَ أوّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لِلَّذِى ِبِبَكّةً مُبَاَرَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِيْنَ. ورَفَعَ للمُؤْمِنِيْنَ عَلَماً بِالتَّكْبِيْرِ والتَّهْلِيْلِ والتَّحْمِيْدِ شِعَارًا لِهَذَا الديْنِ. وجَعَلَ أَعْظَمَ شَعّائِرِهِ حَجَّ بَيْتِهِ الحَراَمِ بِحَرَمِهِ الاَميِنِ سُبْحَانَ ربِّ العِزّةِ عمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَهِ رَبِّ العّالَمِيْنَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الَّلهُ الْعَزِيْزُ الرّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبيُّ الكريمُ. اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ على سيدنا محمّدٍ الرسولِ السَّنَدِ العظِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الابْرَرِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَا أَيّهَا المُخْلِصِيْنَ إتّـقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ واعْلَمُوْا أنَّ اللهَ مَعَ المُتّقِيْنَ



قالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ


Hadirin Rohimakumulloh!

Gemuruh takbir, tahmid dan tasbih sejak kemarin sore menggetarkan hati setiap jiwa yang beriman dan takut kepada Allah ﷻ. Seluruh kaum Muslimin tanpa terkecuali, mulai anak-anak hingga orang tua, laki-laki maupun perempuan, yang sehat maupun yang sakit, baik sendiri-sendiri maupun berjamaah, baik berdiri, duduk ataupun tiduran, mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Bahkan bebatuan, tumbuhan dan seluruh alam raya mengumandangkan takbir untuk menghidupkan sunah Rasulullah ﷺ dengan mengagungkan dan mensucikan asma Allah ﷻ.

Hadirin Rohimakumulloh!

Kalimat takbir adalah lafaz yang sangat agung. Islam telah mengajarkan takbir kepada kita agar senantiasa mengagungkan asma Allah ﷻ. Saat adzan kita mengumandangkan takbir, saat iqamah kita melafalkan takbir, saat membuka shalat kita mengucapkan takbir, saat bayi lahir kita tiupkan kalimat takbir pada kedua telinganya, saat menyembelih hewan kita membaca takbir, bahkan saat di medan laga kita juga memekikkan suara takbir.

Ketika kita membaca takbir, الله أكبر maka kita tanamkan keyakinan dalam hati bahwa hanya Allah yang memiliki keagungan dan kebesaran. Sungguh hanya Allah yang Maha Besar dan Maha Agung, sedangkan selain Allah adalah kecil dan lemah. Segala hal yang sering kita bangga-banggakan berupa kekayaan harta, mobil mewah, rumah megah, kedudukan dan pangkat yang tinggi, semuanya adalah kecil dan tidak berarti apa-apa di hadapan Allah ﷻ.

Betapa banyak orang kaya jatuh miskin mendadak, betapa banyak orang memiliki pangkat dan kedudukan diturunkan dari jabatannya dan menjadi orang biasa. Kedudukan bisa seketika hilang, kekayaan akan sirna dan kecantikan pun akan habis. Dan hanya Allah ﷻ yang tetap maha Agung selamanya.

Namun demikian lafaz Takbir yang mengandung kemuliaan dan kebesaran tersebut, sering digunakan dan diucapakan dengan sembarangan. Kadang lafaz yang agung itu diterialkan ketika demo anarkis, sambil merusak fasilitas umum, melempar batu dan dengan mengganggu orang orang lain, bersamaan dengan itu mereka bertakbir. Apakah pantas kebesaran lafaz takbir itu diucapkan bersamaan dengan mengganggu orang lain dan merusak. Tentu tidak.

ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد


Hadirin Rohimakumulloh!

Di bulan Dzulhijjah ada dua gambaran bagi umat Islam. Bagi yang dipanggil Allah ke Tanah Suci, mereka sibuk dengan rangkaian ritual ibadah haji, mulai wukuf di Arah, Mabit di Muzdalifah, Mina hingga tawaf ifhadah. Sedangkan umat Islam yang lain termasuk kita, kita sibuk dengan ibadah puasa Arafah, sedekah dan perayaan Idul Aadha serta memotong hewan kurban setelah ini.

Hari ini adalah hari yang sangat mulia. Dalam sebuah Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim diceritakan; ketika Rasulullah berkhutbah Id, tiba-tiba beliau bertanya, "Bulan apa sekarang?" "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?" jawab para sahabat. Nabi ﷺ diam beberapa saat sehingga para sahabat menduga-duga, jangan-jangan beliau akan menyebut nama yang bukan nama sebenarnya. "Tidakkah ini bulan Dzulhijjah?" tanya beliau memecah keheningan." "Ya," jawab sahabat.

"Negeri apa ini?" beliau bertanya lagi. "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?" jawab sahabat. Beliau diam sehingga para sahabat mengira beliau akan menyebut nama yang bukan nama sebenarnya dari negeri dimaksud. Ternyata tidak. "Bukankah ini negeri Al-haram (mulia)?" kata beliau. "Ya" jawab sahabat.

"Hari apakah ini?" beliau bertanya untuk ketiga kali. "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?" Para sahabat menjawab. Lagi-lagi beliau diam agak lama. Lagi-lagi para sahabat menyangka beliau memelesetkan nama hari itu. Tetapi tidak. "Tidakkah ini hari penyembelihan (kurban)?" tandas beliau. "Ya," jawab para sahabat. Beliau bersabda, "Sungguh darah, harta dan kehormatan kalian adalah barang terlarang (untuk dilanggar) bagi kalian sebagaimana terlarangnya hari kalian ini, di negeri kalian ini dan di bulan kalian ini. Sungguh kalian bakal menghadap pada Tuhan kalian, lalu Dia akan menanyai kalian mengenai amal perbuatan kalian." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terbiasa membaca doa: YA MUQALLIBAL QULUUB TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu). Kemudian aku pun bertanya, Wahai Rasulullah, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang anda bawa. Lalu apakah anda masih khawatir kepada kami? Beliau menjawab: Ya, karena sesungguhnya hati manusia berada di antara dua genggaman tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Dia bolak-balikkan menurut yang dikehendaki-Nya.

(HR. Tirmidzi No. 2066)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More