Bukan Sekadar Pergantian Tahun, Esensi Hijrah Adalah Perubahan
Kamis, 13 Juli 2023 - 17:01 WIB
Pada khutbah di Balikpapan ini saya menekankan tiga perubahan penting yang harus dilakukan oleh umat ini demi terwujudnya kebangkitan komunal dan kemenangan kolektif itu.
Pertama, pentingnya melakukan perubahan cara pandang keimanan dari iman yang pasif ke iman yang aktif. Keimana pasif yang kita maksud adalah keimanan yang terbatas pada rasa emosi (sentimen) semata. Ada emosi yang di dada. Ada pengakuan di akal. Tapi semua terbatas pada rasa dan pengakuan.
Keimanan seperti ini dikenal dalam hadits dengan tamanni (angan-angan) dan khayalan. Sabda Rasul: "Keimanan bukan dengan angan-angan dan khayalan. Tapi apa yang tertanam kuat dalam dada dan dibuktikan oleh amal (karya dan inovasi).
Mala perubahan iman pasif ke iman aktif adalah perubahan pemahaman dan karakter keimanan yang bertumpu pada emosi/sentimen menjadi keimanan yang menjadi kekuatan tekad dalam mewujudkan berbagai Karya dan inovasi kehidupan. Seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'an dengan bagaikan pohon yang baik. Akarnya tertanam kokoh ke dalam tanah, dahannya tinggi ke atas langit dan memberikan buah-buahnya setiap saat dengan izin Tuhannya.
Kedua, pentingnya umat ini melakukan perubahan pada cara pandang (mindset) tentang kehidupan. Akal pemikiran yang paham tentang kehidupan dengan pemahaman yang tepat. Di antaranya memahami bahwa kehidupan ini adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipilah-pilah ke berbagai ruang yang berbeda.
Tapi pada khutbah kali ini saya tekankan pentingnya membangun mindset atau cara pandang yang terbarukan tentang dunia dan kehidupan kita. Satu di antaranya yang penting adalah pentingnya menyadari bahwa dunia kita saat ini adalah dunai global yang bercirikan, di antaranya, kompetisi yang ketat. Bahwa manusia baik pada tataran kehidupan pribadi maupun kolektif tidak bisa menghindari kompetisi kehidupan dalam segala lininya.
Karenanya umat harus paham dan sadar. Tapi yang terpenting harus bersiap untuk menjadi bagian dari kompetisi dan menang. Jika tidak, maka umat hanya akan jadi penonton dan para akhirnya hanya jadi obyek dan korban kompetisi dunia global saat ini.
Ketiga, pentingnya umat ini melakukan perubahan prilaku dan karakter. Bahwa salah satu krisis keumatan saat ini adalah krisis ketauladanan. Manusia di berbagai belahan dunia saat ini sedang mencari ketauladanan itu.
Karena umat ini ditakdirkan menjadi umat tauladan (khaer ummah) atau umat terbaik maka harusnya umat melakukan pembenahan agar pada dirinya ada karakter dan prilaku yang menjadi tauladan bagi dunia. Ketauladanan itu bukan saja pada tataran individual (personal). Tapi juga yang penting adalah Urgensi umat ini membangun ketauladanan pada tataran kehidupan kolektif. Baik pada tingkatan kebangsaan (nation) maupun pada tataran global keumatan.
Umat Islam Indonesia
Pada akhir khutbah ini saya menyampaikan pertanyaan retoris. Sebagai bangsa dengan penduduk Muslim terbesar dunia, di mana dan apa seharusnya peranan Indonesia?
Jawabannya adalah sebagai bangsa dengan penduduk terbesar Muslim dunia harus kita berada di garis terdepan untuk mewujudkan ketauladanan itu. Dan karenanya diperlukan komitmen Hijrah atau perubahan tadi.
Dengan semangat Hijrah dengan perubahan yang menjadi esensinya, umat Islam Indonesia harus mampu berbenah diri menjadi lebih baik. Melakukan transformasi iman dari keimanan yang bersifat pasif kepada keimanan yang aktif dan berkarakter pohon yang baik. Solid mengakar, tinggi dalam karakter dan karya, dan dengan kontribusi nyata dalam kehidupan dan peradaban.
Senang dan bahagia karena di Jumatan kali ini saya dibersamai oleh Walikota Balikpapan dan Panglima Ta. Keduanya adalah figur Istimewa baik pada lini kebangsaan maupun keumatan. Semoga Allah menjaga. Aamin!
Pertama, pentingnya melakukan perubahan cara pandang keimanan dari iman yang pasif ke iman yang aktif. Keimana pasif yang kita maksud adalah keimanan yang terbatas pada rasa emosi (sentimen) semata. Ada emosi yang di dada. Ada pengakuan di akal. Tapi semua terbatas pada rasa dan pengakuan.
Keimanan seperti ini dikenal dalam hadits dengan tamanni (angan-angan) dan khayalan. Sabda Rasul: "Keimanan bukan dengan angan-angan dan khayalan. Tapi apa yang tertanam kuat dalam dada dan dibuktikan oleh amal (karya dan inovasi).
Mala perubahan iman pasif ke iman aktif adalah perubahan pemahaman dan karakter keimanan yang bertumpu pada emosi/sentimen menjadi keimanan yang menjadi kekuatan tekad dalam mewujudkan berbagai Karya dan inovasi kehidupan. Seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'an dengan bagaikan pohon yang baik. Akarnya tertanam kokoh ke dalam tanah, dahannya tinggi ke atas langit dan memberikan buah-buahnya setiap saat dengan izin Tuhannya.
Kedua, pentingnya umat ini melakukan perubahan pada cara pandang (mindset) tentang kehidupan. Akal pemikiran yang paham tentang kehidupan dengan pemahaman yang tepat. Di antaranya memahami bahwa kehidupan ini adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipilah-pilah ke berbagai ruang yang berbeda.
Tapi pada khutbah kali ini saya tekankan pentingnya membangun mindset atau cara pandang yang terbarukan tentang dunia dan kehidupan kita. Satu di antaranya yang penting adalah pentingnya menyadari bahwa dunia kita saat ini adalah dunai global yang bercirikan, di antaranya, kompetisi yang ketat. Bahwa manusia baik pada tataran kehidupan pribadi maupun kolektif tidak bisa menghindari kompetisi kehidupan dalam segala lininya.
Karenanya umat harus paham dan sadar. Tapi yang terpenting harus bersiap untuk menjadi bagian dari kompetisi dan menang. Jika tidak, maka umat hanya akan jadi penonton dan para akhirnya hanya jadi obyek dan korban kompetisi dunia global saat ini.
Ketiga, pentingnya umat ini melakukan perubahan prilaku dan karakter. Bahwa salah satu krisis keumatan saat ini adalah krisis ketauladanan. Manusia di berbagai belahan dunia saat ini sedang mencari ketauladanan itu.
Karena umat ini ditakdirkan menjadi umat tauladan (khaer ummah) atau umat terbaik maka harusnya umat melakukan pembenahan agar pada dirinya ada karakter dan prilaku yang menjadi tauladan bagi dunia. Ketauladanan itu bukan saja pada tataran individual (personal). Tapi juga yang penting adalah Urgensi umat ini membangun ketauladanan pada tataran kehidupan kolektif. Baik pada tingkatan kebangsaan (nation) maupun pada tataran global keumatan.
Umat Islam Indonesia
Pada akhir khutbah ini saya menyampaikan pertanyaan retoris. Sebagai bangsa dengan penduduk Muslim terbesar dunia, di mana dan apa seharusnya peranan Indonesia?
Jawabannya adalah sebagai bangsa dengan penduduk terbesar Muslim dunia harus kita berada di garis terdepan untuk mewujudkan ketauladanan itu. Dan karenanya diperlukan komitmen Hijrah atau perubahan tadi.
Dengan semangat Hijrah dengan perubahan yang menjadi esensinya, umat Islam Indonesia harus mampu berbenah diri menjadi lebih baik. Melakukan transformasi iman dari keimanan yang bersifat pasif kepada keimanan yang aktif dan berkarakter pohon yang baik. Solid mengakar, tinggi dalam karakter dan karya, dan dengan kontribusi nyata dalam kehidupan dan peradaban.
Senang dan bahagia karena di Jumatan kali ini saya dibersamai oleh Walikota Balikpapan dan Panglima Ta. Keduanya adalah figur Istimewa baik pada lini kebangsaan maupun keumatan. Semoga Allah menjaga. Aamin!
(rhs)