Menceritakan Nikmat kepada Orang Lain (2): Hukumnya Boleh Tapi Dibenci Jika Berbangga

Kamis, 13 Juli 2023 - 23:12 WIB
Pengasuh Mahad Subulana Bontang Kalimantan Timur Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq. Foto/istimewa
Bagaimana sebenarnya hukum menceritakan nikmat kepada orang lain? Bolehkah atau dilarang? Mari simak penjelasan Pengasuh Ma'had Subulana Bontang Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq berikut.

Pada ulasan pertama telah dijelaskan bahwa menyebut-nyebut nikmat atau menceritakannya adalah hal yang diperintahkan dalam syariat. Namun jangan sampai salah niat. Menceritakan nikmat Allah ini juga termasuk ibadah sebagaimana disebutkan dalam Hadis berikut:

وَمَنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ

Artinya: "Siapa yang menyembunyikan nikmat, sungguh dia telah mengkufuri nikmat tersebut." (HR Abu Daud)

Maka jelas menampakkan nikmat baik dalam urusan dunia maupun akhirat yang telah Allah berikan dengan menyebut dan menceritakannya, hukumnya bukan hanya boleh. Tetapi sebuah kesunnahan yang bernilai ibadah.



Menceritakan Amal Saleh

Jika menceritakan nikmat dunia saja boleh, lalu bagaimana dengan amal saleh yang merupakan nikmat yang paling agung bagi orang beriman? Sebagian ulama terdahulu menceritakan kepada orang lain dari kerabat atau teman dekatnya atas nikmat-nikmat yang mereka dapatkan dalam urusan ibadah atau akhirat.

Disebutkan bahwa Abu Faras bin Abdullah bin Ghalib rahimahullah pernah berkata:

‌لقد ‌رزقني ‌الله ‌البارحة ‌كذا، ‌قرأت ‌كذا، ‌وصليت كذا، وذكرت الله كذا، وفعلت كذا

"Allah tadi malam telah memberikan rezeki kepadaku. Aku telah shalat sekian rakaat, berdzikir dalam jumlah sekian dan aku telah melakukan ini dan itu."

Maka sebagian sahabatnya ada yang berkata:

يا أبا فراس، إن مثلك لا يقول هذا

"Wahai Abu Faras, orang yang seperti Anda tidak pantas mengatakan demikian."

Maka beliau menjawab:

يقول الله تعالى: وأما بنعمة ربك فحدث وتقولون أنتم: لا تحدث بنعمة الله

"Allah ta'ala telah berkata: 'Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaknya engkau selalu menceritakannya', sedangkan kalian berkata: "Jangan kalian menceritakan nikmatnya Allah." [Tafsir al-Qurthubi (20/102)]

Disebutkan dalam sebuah riwayat, orang-orang berkata kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu: "Ceritakan tentang siapa dirimu."

Sayidina Ali menjawab: "Allah melarang kita untuk mensucikan diri sendiri."

Mereka kembali berkata: "Bukankah Allah juga berfirman, 'Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaknya engkau menceritakannya?" Sayidina Ali akhirnya menjawab:
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari 'Urwah bahwa Aisyah telah mengabarkan kepadanya bahwa dalam shalatnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering berdoa: ALLAHUMMA INNI 'AUUDZUBIKA MIN 'ADZAABIL QABRI WA A'UUDZUBIKA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAL WA A'UUDZUBIKA MIN FITNATIL MAHYA WAL MAMAATI, ALLAHUMMA INNI A'UUDZUBIKA MINAL MA'TSMI WAL MAGHRAMI (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung dari fitnah Dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian, ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan lilitan hutang). Maka seseorang bertanya kepada beliau, Alangkah seringnya anda memohon perlindungan diri dari lilitan hutang. Beliau bersabda: Sesungguhnya apabila seseorang sudah sering berhutang, maka dia akan berbicara dan berbohong, dan apabila berjanji, maka dia akan mengingkari.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 746)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More