Kisah Abu Lu'luah Bunuh Diri Setelah Menikam Khalifah Umar bin Khattab
Kamis, 20 Juli 2023 - 18:45 WIB
Pembunuh Khalifah Umar bin Khattab itu adalah budak beragama Majusi bernama Abu Lu'lu'ah atau Bābā Syujāʿuddīn juga dikenal dengan Fairuz. Sang pembunuh berhasil melukai 13 orang. Tujuh orang di antaranya meninggal dunia, termasuk Umar bin Khattab. Abu Lu’luah sendiri langsung bunuh diri, sebelum tertangkap.
Sebelum tragedi ini terjadi, Abu Lu’luah sempat berjumpa dengan Umar bin Khattab. Prof Hamka (Buya Hamka) dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Umat Islam", menuliskan bahwa pada suatu hari Umar bin Khattab berjalan-jalan di pasar. Tiba-tiba, dia bertemu dengan Abu Lu’luah (Fairuz), budak Al Mughirah bin Syubáh asal Persia .
Abu Lu’luah berkata, "Ya Amirul Mukminin, tolonglah selesaikan urusan saya dengan Al Mughirah bin Syub'ah, karena banyak benar upahku yang masih di tangannya."
"Berapakah upah itu?" tanya Umar.
"Dua dirham setiap hari," jawab Abu Lu’luah.
"Apakah pekerjaan yang engkau buat untuk dia?" tanya Umar.
"Tukang kayu, tukang ukir, dan tukang besi," kata Abu Lu’luah.
Umar bin Khattab berkata, "Menurutku sudah banyak upah yang engkau terima itu?"
"Benar," kata Abu Lu’luah.
Umar berkata, "Saya mendengar kabar, bahwa engkau pun sanggup membuat tepung yang ditumbuk dengan angin saja?"
Abu Lu’luah menjawab, "Benar, saya bisa."
"Kalau begitu buatkanlah saya tepung yang semacam itu," kata Umar.
Abu Lu’luah menjawab, "Akan saya buatkan tuan tepung yang paling bagus, yang kelak akan mahsyur buatannya dari Masyriq sampai ke Maghrib." Setelah berkata itu, dia pun pergi.
Dalam buku Sang Legenda Umar bin Khattab yang ditulis oleh Yahya bin Yazid Al Hukmi Al Faifi disebutkan, beberapa hari kemudian setelah pertemuan Umar dan Abu Lu’luah, terjadi peristiwa terbunuhnya Umar bin Khattab di waktu fajar, pada 26 Dzulhijjah 23 H. Dan, pembunuhnya adalah Abu Lu’luah.
Salah seorang saksi pembunuhan itu, Umar bin Maimun berkata, "Pada pagi hari sebelum terbunuhnya Umar, saya berdiri dekat sekali dengannya. Antara saya dan dia hanya ada Abdullah bin Abbas. Kebiasannya, sebelum salat dia mengecek jamaah terlebih dahulu. Dia berjalan di sela-sela saf dan selalu berkata, "Luruskan shaf!"
Setelah melihat barisan telah rapat dan lurus, beliau maju dan mulai bertakbir. Pada waktu itu mungkin beliau sedang membaca surat Yusuf atau An Nahl, ataupun surat lainnya pada rakaat pertama, hingga seluruh jamaah hadir berkumpul.
Umar bin Khattab bertakbir. Tiba-tiba Umar bin Maimun mendengar beliau menjerit, "Anjing-membunuhku! sewaktu ditikam."
Ternyata beliau ditikam oleh seorang Abu Lu’luah. Kemudian budak itu lari dengan membawa pisau belati bermata dua. Dia berusaha melewati saf-saf salat dan jamaah di saf-saf itu terkena tikaman belatinya, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya.
Subuh berdarah itu, menelan 13 korban. Tujuh orang di antaranya meninggal dunia, termasuk Umar bin Khattab. Salah seorang dari kaum mukminin yang melihat peristiwa itu langsung melemparkan burnus (baju berpenutup kepala) untuk menyergap dan menangkapnya.
Kala itu, sepertinya Abu Lu’luah yakin bahwa dia pasti tertangkap. Dan tidak mendapatkan jalan keluar. Maka, dia langsung bunuh diri.
Prajurit Kekaisaran Persia
Abu Lu'lu'ah atau Bābā Syujāʿuddīn pada mulanya prajurit Kekaisaran Persia Sasaniyah yang berhasil ditangkap dalam Pertempuran al-Qadisiyyah pada tahun 636 M.
Kala itu, pasukan Persia yang dipimpin Rustum dan Hurmuzan dapat dihancurkan pasukan muslimin. Jendral Persia, Rustum, Tewas. Sementara Hurmuzan berhasil meloloskan diri.
Saat itulah, salah satu pemimpin pasukan Persia, Hurmuzan, yang berhasil meloloskan diri dari perang Qodisiyah tidak terima dengan kekalahan Persia. Ia pun mulai menggalang pasukan khusus untuk aksi balas dendam. Abu Lu’lu’ah menjadi salah satu relawan.
Sebenarnya Abu Lu’lu’ah bukan orang dari kalangan biasa. Abu Lu’lu’ah pernah menjadi tahanan Romawi ketika perang Persia dan Romawi meletus, hingga ia menjadi seorang pandai besi yang handal, karena keadaan yang memaksa.
Kekalahan Persia atas kaum Muslimin benar-benar membuat Abu Lu-luah terkesima. Dendam mulai menggelayuti dirinya. Ia pernah berkata, takkan melupakan Umar bin Khattab pemimpin muslim itu. "Tidak akan aku lupakan nama ini…” ujarnya kepada Hurmuzan suatu ketika.
Abu Lu’lu’ah pun beraksi bersama sekelompok pasukan khusus menyerang markas pasukan muslimin di Irak. Sejumlah Muslimin terbunuh, namun aksi mereka berhasil dihentikan. Kelompok ini pun ditangkap dan di tawan pasukan Muslimin. Termasuk Abu Lu’lu’ah. Sementara pimpinan mereka Hurmuzan melarikan diri.
Nasib Abu Lu’lu’ah kemudian diserahkan kepada Al-Mughirah. Sejak itu Abu Lu’lu’ah bersama kawan-kawan seprofesinya tinggal di Madinah menjadi pengrajin. Dan inilah yang justru mendekatkan Abu Lu’lu’ah pada terbukanya pintu balas dendam pada pemimpin kaum Muslimin, Umar bin Khattab.
Sebelum tragedi ini terjadi, Abu Lu’luah sempat berjumpa dengan Umar bin Khattab. Prof Hamka (Buya Hamka) dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Umat Islam", menuliskan bahwa pada suatu hari Umar bin Khattab berjalan-jalan di pasar. Tiba-tiba, dia bertemu dengan Abu Lu’luah (Fairuz), budak Al Mughirah bin Syubáh asal Persia .
Abu Lu’luah berkata, "Ya Amirul Mukminin, tolonglah selesaikan urusan saya dengan Al Mughirah bin Syub'ah, karena banyak benar upahku yang masih di tangannya."
"Berapakah upah itu?" tanya Umar.
"Dua dirham setiap hari," jawab Abu Lu’luah.
"Apakah pekerjaan yang engkau buat untuk dia?" tanya Umar.
"Tukang kayu, tukang ukir, dan tukang besi," kata Abu Lu’luah.
Umar bin Khattab berkata, "Menurutku sudah banyak upah yang engkau terima itu?"
"Benar," kata Abu Lu’luah.
Umar berkata, "Saya mendengar kabar, bahwa engkau pun sanggup membuat tepung yang ditumbuk dengan angin saja?"
Abu Lu’luah menjawab, "Benar, saya bisa."
"Kalau begitu buatkanlah saya tepung yang semacam itu," kata Umar.
Abu Lu’luah menjawab, "Akan saya buatkan tuan tepung yang paling bagus, yang kelak akan mahsyur buatannya dari Masyriq sampai ke Maghrib." Setelah berkata itu, dia pun pergi.
Dalam buku Sang Legenda Umar bin Khattab yang ditulis oleh Yahya bin Yazid Al Hukmi Al Faifi disebutkan, beberapa hari kemudian setelah pertemuan Umar dan Abu Lu’luah, terjadi peristiwa terbunuhnya Umar bin Khattab di waktu fajar, pada 26 Dzulhijjah 23 H. Dan, pembunuhnya adalah Abu Lu’luah.
Salah seorang saksi pembunuhan itu, Umar bin Maimun berkata, "Pada pagi hari sebelum terbunuhnya Umar, saya berdiri dekat sekali dengannya. Antara saya dan dia hanya ada Abdullah bin Abbas. Kebiasannya, sebelum salat dia mengecek jamaah terlebih dahulu. Dia berjalan di sela-sela saf dan selalu berkata, "Luruskan shaf!"
Setelah melihat barisan telah rapat dan lurus, beliau maju dan mulai bertakbir. Pada waktu itu mungkin beliau sedang membaca surat Yusuf atau An Nahl, ataupun surat lainnya pada rakaat pertama, hingga seluruh jamaah hadir berkumpul.
Umar bin Khattab bertakbir. Tiba-tiba Umar bin Maimun mendengar beliau menjerit, "Anjing-membunuhku! sewaktu ditikam."
Ternyata beliau ditikam oleh seorang Abu Lu’luah. Kemudian budak itu lari dengan membawa pisau belati bermata dua. Dia berusaha melewati saf-saf salat dan jamaah di saf-saf itu terkena tikaman belatinya, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya.
Subuh berdarah itu, menelan 13 korban. Tujuh orang di antaranya meninggal dunia, termasuk Umar bin Khattab. Salah seorang dari kaum mukminin yang melihat peristiwa itu langsung melemparkan burnus (baju berpenutup kepala) untuk menyergap dan menangkapnya.
Kala itu, sepertinya Abu Lu’luah yakin bahwa dia pasti tertangkap. Dan tidak mendapatkan jalan keluar. Maka, dia langsung bunuh diri.
Prajurit Kekaisaran Persia
Abu Lu'lu'ah atau Bābā Syujāʿuddīn pada mulanya prajurit Kekaisaran Persia Sasaniyah yang berhasil ditangkap dalam Pertempuran al-Qadisiyyah pada tahun 636 M.
Kala itu, pasukan Persia yang dipimpin Rustum dan Hurmuzan dapat dihancurkan pasukan muslimin. Jendral Persia, Rustum, Tewas. Sementara Hurmuzan berhasil meloloskan diri.
Saat itulah, salah satu pemimpin pasukan Persia, Hurmuzan, yang berhasil meloloskan diri dari perang Qodisiyah tidak terima dengan kekalahan Persia. Ia pun mulai menggalang pasukan khusus untuk aksi balas dendam. Abu Lu’lu’ah menjadi salah satu relawan.
Sebenarnya Abu Lu’lu’ah bukan orang dari kalangan biasa. Abu Lu’lu’ah pernah menjadi tahanan Romawi ketika perang Persia dan Romawi meletus, hingga ia menjadi seorang pandai besi yang handal, karena keadaan yang memaksa.
Kekalahan Persia atas kaum Muslimin benar-benar membuat Abu Lu-luah terkesima. Dendam mulai menggelayuti dirinya. Ia pernah berkata, takkan melupakan Umar bin Khattab pemimpin muslim itu. "Tidak akan aku lupakan nama ini…” ujarnya kepada Hurmuzan suatu ketika.
Abu Lu’lu’ah pun beraksi bersama sekelompok pasukan khusus menyerang markas pasukan muslimin di Irak. Sejumlah Muslimin terbunuh, namun aksi mereka berhasil dihentikan. Kelompok ini pun ditangkap dan di tawan pasukan Muslimin. Termasuk Abu Lu’lu’ah. Sementara pimpinan mereka Hurmuzan melarikan diri.
Nasib Abu Lu’lu’ah kemudian diserahkan kepada Al-Mughirah. Sejak itu Abu Lu’lu’ah bersama kawan-kawan seprofesinya tinggal di Madinah menjadi pengrajin. Dan inilah yang justru mendekatkan Abu Lu’lu’ah pada terbukanya pintu balas dendam pada pemimpin kaum Muslimin, Umar bin Khattab.
(mhy)
Lihat Juga :