8 Ulama Besar Arab Saudi Keturunan Indonesia
Jum'at, 28 Juli 2023 - 23:54 WIB
5. Syaikh Nawawi Al-Bantani (Wafat 1897 M)
Sosok ulama berikutnya adalah Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani. Beberapa julukan kehormatan dari Saudi Arabia, Mesir dan Suriah kepada beliau di antaranya Sayyidu 'Ulama al-Hijaz (pemuka ulama Hijaz), Al-Mufti (pemberi fatwa), dan Al-Faqih (pakar ilmu fikih).
Syaikh Nawawi A-Bantani pernah menjadi imam besar di Masjidil Haram Makkah. Darah ulama diturunkan dari ayahnya yaitu Umar Syaikh Arabi. Ulama kelahiran Tahun 1230 H (1815 M) di Kampung Tanara, Kabupaten Serang Banten ini sangat produktif menulis kitab. Beliau memperdalam ilmu agama di Makkah selama kurang lebih 30 tahun. Ada sekitar 115 kitab ditulisnya meliputi ilmu fikih, tauhid, tafsir, tasawuf dan hadis. Syaikh Nawawi Al-Bantani wafat di Makkah pada 1897 M.
6. Syaikh Abdul Hamid Khatib (Wafat 1961 M)
Syaikh Abdul Hamid Khatib (1898-1961 M) adalah putra Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, seorang imam Masjidil Haram asal Sumatera Barat. Syaikh Abdul Hamid Khatib pernah menjadi duta besar pertama Kerajaan Arab Saudi untuk Pakistan. Beliau juga dikenal sebagai penulis tafsir Al-Qquran dan penyair.
Sebelum menjadi diplomat, Syaikh Abdul Hamid Khatib aktif sebagai pengajar di Masjidil Haram. Setelah mengundurkan diri dari duta besar Arab Saudi, beliau menghabiskan sisa usianya di salah desa di Damaskus Suriah hingga wafat di Tahun 1961.
7. Syaikh Anis Thahir Al-Andunisy (Lahir 1378 H)
Syaikh Anis Thahir Al-Andunisy adalah seorang guru besar Ilmu Hadis di Universitas Islam Madinah dan pengajar tetap di Halaqah Masjid Nabawi. Syaikh bergelar profesor itu dilahirkan di Makkah pada 1378 H. Beliau merupakan anak seorang perantau asal Indonesia. Ayahnya kelahiran Krui Jawa Lampung, sementara ibu, cucu dari seorang perantau berdarah Semarang, Jawa Tengah.
Karena alasan pekerjaan, sang ayah pindah ke Jeddah. Di Jeddah, Syaikh Anis Thahir menghabiskan masa kecilnya untuk menimba ilmu di majelis para ulama. Pada akhir Tahun 1433 H, Syaikh Anis ditetapkan sebagai guru besar di bidang ilmu Hadits. Beliau termasuk dosen yang produktif menghasilkan berbagai karya baik dalam bentuk buku atau risalah berupa makalah ilmiah.
8. Syaikh Abdullah bin Muhammad Hasan Dumfu (57 Tahun)
Sosok ulama yang satu ini dikenal low profile. Keengganan beliau untuk terkenal dan populer membuat banyak orang tidak bisa mengambil banyak faedah dari ilmu dan majelis ilmu beliau, kecuali mahasiswa Universitas Thaibah, Madinah. Syaikh Abdullah bin Muhammad lahir Tahun 1378 H di Kota Thaif, sebelah tenggara Kota Mekah.
Orangtua beliau berasal dari Kabupaten Dompu (Dumfu) di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Beliau merupakan alumni Doktor dari Universitas Muhammad bin Su'ud Al-Islamiyah, Riyadh. Pernah juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Dekan Pasca Sarjana di Universitas Thaibah Madinah.
Itulah sederet ulama Arab Saudi keturunan Indonesia yang perlu kita ketahui. Kiprah mereka menebarkan ilmu layak diteladani hingga mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Semoga Allah merahamati dan kelak mengumpulkan mereka dengan kaum shalihin.
Sosok ulama berikutnya adalah Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani. Beberapa julukan kehormatan dari Saudi Arabia, Mesir dan Suriah kepada beliau di antaranya Sayyidu 'Ulama al-Hijaz (pemuka ulama Hijaz), Al-Mufti (pemberi fatwa), dan Al-Faqih (pakar ilmu fikih).
Syaikh Nawawi A-Bantani pernah menjadi imam besar di Masjidil Haram Makkah. Darah ulama diturunkan dari ayahnya yaitu Umar Syaikh Arabi. Ulama kelahiran Tahun 1230 H (1815 M) di Kampung Tanara, Kabupaten Serang Banten ini sangat produktif menulis kitab. Beliau memperdalam ilmu agama di Makkah selama kurang lebih 30 tahun. Ada sekitar 115 kitab ditulisnya meliputi ilmu fikih, tauhid, tafsir, tasawuf dan hadis. Syaikh Nawawi Al-Bantani wafat di Makkah pada 1897 M.
6. Syaikh Abdul Hamid Khatib (Wafat 1961 M)
Syaikh Abdul Hamid Khatib (1898-1961 M) adalah putra Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, seorang imam Masjidil Haram asal Sumatera Barat. Syaikh Abdul Hamid Khatib pernah menjadi duta besar pertama Kerajaan Arab Saudi untuk Pakistan. Beliau juga dikenal sebagai penulis tafsir Al-Qquran dan penyair.
Sebelum menjadi diplomat, Syaikh Abdul Hamid Khatib aktif sebagai pengajar di Masjidil Haram. Setelah mengundurkan diri dari duta besar Arab Saudi, beliau menghabiskan sisa usianya di salah desa di Damaskus Suriah hingga wafat di Tahun 1961.
7. Syaikh Anis Thahir Al-Andunisy (Lahir 1378 H)
Syaikh Anis Thahir Al-Andunisy adalah seorang guru besar Ilmu Hadis di Universitas Islam Madinah dan pengajar tetap di Halaqah Masjid Nabawi. Syaikh bergelar profesor itu dilahirkan di Makkah pada 1378 H. Beliau merupakan anak seorang perantau asal Indonesia. Ayahnya kelahiran Krui Jawa Lampung, sementara ibu, cucu dari seorang perantau berdarah Semarang, Jawa Tengah.
Karena alasan pekerjaan, sang ayah pindah ke Jeddah. Di Jeddah, Syaikh Anis Thahir menghabiskan masa kecilnya untuk menimba ilmu di majelis para ulama. Pada akhir Tahun 1433 H, Syaikh Anis ditetapkan sebagai guru besar di bidang ilmu Hadits. Beliau termasuk dosen yang produktif menghasilkan berbagai karya baik dalam bentuk buku atau risalah berupa makalah ilmiah.
8. Syaikh Abdullah bin Muhammad Hasan Dumfu (57 Tahun)
Sosok ulama yang satu ini dikenal low profile. Keengganan beliau untuk terkenal dan populer membuat banyak orang tidak bisa mengambil banyak faedah dari ilmu dan majelis ilmu beliau, kecuali mahasiswa Universitas Thaibah, Madinah. Syaikh Abdullah bin Muhammad lahir Tahun 1378 H di Kota Thaif, sebelah tenggara Kota Mekah.
Orangtua beliau berasal dari Kabupaten Dompu (Dumfu) di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Beliau merupakan alumni Doktor dari Universitas Muhammad bin Su'ud Al-Islamiyah, Riyadh. Pernah juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Dekan Pasca Sarjana di Universitas Thaibah Madinah.
Itulah sederet ulama Arab Saudi keturunan Indonesia yang perlu kita ketahui. Kiprah mereka menebarkan ilmu layak diteladani hingga mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Semoga Allah merahamati dan kelak mengumpulkan mereka dengan kaum shalihin.
(rhs)