Sahabat Nabi Muhammad SAW yang Ahlul Badar Ini Pandai Melawak
Selasa, 05 September 2023 - 16:15 WIB
Apakah Islam membolehkan seni semacam komedi , humor, atau lawak? Syaikh Yusuf al-Qardhawi menyebut sebagian sahabat Nabi ada yang bersenda gurau dan Rasulullah SAW pun membiarkan dan menyetujui.
"Hal seperti ini terus berjalan setelah Rasul SAW wafat," ujar Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 1997).
Di antara sahabat yang terkenal sering bergurau adalah Nu'aiman bin Umar Al Anshari ra . Selain itu, ada sahabat lainnya yang juga termasuk ahli melawak. Ia berhasil menjerumuskan Nu'aiman di dalam suatu masalah, sebagaimana Nu'aiman menjerumuskan orang lain. Yakni dalam kisah Suwaibith bin Harmalah dengan dia. Orang ini termasuk orang yang ikut perang Badar juga.
Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya "Al Istii'aab" berkata, "Suwaibith ra adalah seorang tukang melawak, berlebihan dalam bermain-main dan ia memiliki kisah menarik dengan Nu'aiman dan Abu Bakar As-Siddiq ra sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata, "Abu Bakar As-siddiq RA pernah keluar berdagang ke Bushra satu tahun sebelum Nabi SAW wafat. Bersama Abu Bakar adalah Nu'aiman dan Suwaibith bin Harmalah, kedua-duanya pernah ikut perang Badar. Saat itu Nu'aiman membawa bekal makanan, maka Suwaibith berkata kepadanya, "Berilah aku makan.
Nu'aiman berkata, "Tidak, hingga datang Abu Bakar."
Suwaibith berkata, "Ingat, demi Allah aku akan benar-benar marah kepadamu."
Ketika mereka berjalan melewati suatu kaum, maka Suwaibith berkata kepada kaum itu, "Apakah kalian mau membeli budak dariku?"
Mereka berkata, "Ya, mau."
Suwalbith berkata, "Tetapi budakku itu doyan ngomong, dan dia akan berkata kepadamu, 'Saya merdeka', karena itu jika ia mengatakan demikian maka biarkanlah, dan jangan kalian rusak budakku."
Mereka menjawab, "Kita beli saja dari kamu."
Suwaibith berkata, "Belilah dengan sepuluh qalaish."
Kaum itu pun datang dan meletakkan di leher Nu'aima sorban atau tali, dan Nu'aiman berkata, "Sesungguhnya ia (Suwaibith) itu menghina kamu, karena aku adalah orang yang merdeka dan bukan budak."
Mereka berkata, "Dia (Suwaibith) telah memberi tahu kepadaku tentang engkau."
Maka kaum itu membawa Nu'aiman. Sampai saat datangnya Abu Bakar RA, maka Suwaibith memberitahu kepadanya perihal Nu'aiman, lalu Abu Bakar mengikuti mereka dan mengganti uang sepuluh qalaish dan mengambil kembali Nu'aiman. Ketika datang ke hadapan Nabi SAW mereka pun menceritakannya, maka Nabi tersenyum, demikian juga para sahabatnya karena kisah ini, selama satu tahun." (HR Ibnu Abi Syaibah dan lbnu Majah)
"Hal seperti ini terus berjalan setelah Rasul SAW wafat," ujar Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 1997).
Di antara sahabat yang terkenal sering bergurau adalah Nu'aiman bin Umar Al Anshari ra . Selain itu, ada sahabat lainnya yang juga termasuk ahli melawak. Ia berhasil menjerumuskan Nu'aiman di dalam suatu masalah, sebagaimana Nu'aiman menjerumuskan orang lain. Yakni dalam kisah Suwaibith bin Harmalah dengan dia. Orang ini termasuk orang yang ikut perang Badar juga.
Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya "Al Istii'aab" berkata, "Suwaibith ra adalah seorang tukang melawak, berlebihan dalam bermain-main dan ia memiliki kisah menarik dengan Nu'aiman dan Abu Bakar As-Siddiq ra sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata, "Abu Bakar As-siddiq RA pernah keluar berdagang ke Bushra satu tahun sebelum Nabi SAW wafat. Bersama Abu Bakar adalah Nu'aiman dan Suwaibith bin Harmalah, kedua-duanya pernah ikut perang Badar. Saat itu Nu'aiman membawa bekal makanan, maka Suwaibith berkata kepadanya, "Berilah aku makan.
Nu'aiman berkata, "Tidak, hingga datang Abu Bakar."
Suwaibith berkata, "Ingat, demi Allah aku akan benar-benar marah kepadamu."
Ketika mereka berjalan melewati suatu kaum, maka Suwaibith berkata kepada kaum itu, "Apakah kalian mau membeli budak dariku?"
Mereka berkata, "Ya, mau."
Suwalbith berkata, "Tetapi budakku itu doyan ngomong, dan dia akan berkata kepadamu, 'Saya merdeka', karena itu jika ia mengatakan demikian maka biarkanlah, dan jangan kalian rusak budakku."
Mereka menjawab, "Kita beli saja dari kamu."
Suwaibith berkata, "Belilah dengan sepuluh qalaish."
Kaum itu pun datang dan meletakkan di leher Nu'aima sorban atau tali, dan Nu'aiman berkata, "Sesungguhnya ia (Suwaibith) itu menghina kamu, karena aku adalah orang yang merdeka dan bukan budak."
Mereka berkata, "Dia (Suwaibith) telah memberi tahu kepadaku tentang engkau."
Maka kaum itu membawa Nu'aiman. Sampai saat datangnya Abu Bakar RA, maka Suwaibith memberitahu kepadanya perihal Nu'aiman, lalu Abu Bakar mengikuti mereka dan mengganti uang sepuluh qalaish dan mengambil kembali Nu'aiman. Ketika datang ke hadapan Nabi SAW mereka pun menceritakannya, maka Nabi tersenyum, demikian juga para sahabatnya karena kisah ini, selama satu tahun." (HR Ibnu Abi Syaibah dan lbnu Majah)
(mhy)