Pengaruh Besar Kemenangan Perang Riddah di Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Senin, 25 September 2023 - 10:06 WIB
Perang Riddah juga disebut Perang Melawan Kemurtadan beberapa suku Arab yang terjadi di era Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Perang terjadi selama tahun 632 dan 633 M, setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW .
Muhammad Husain Haekal mengatakan kalau tidak karena kemenangan Abu Bakar dalam Perang Riddah, penyerbuan ke Irak dan ke Syam tentu tidak akan dimulai. "Pasukan Muslimin pun tak akan mendapatkan kemenangan atas kedua imperium besar Romawi dan Persia ," ujar Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Lagi, kata Haekal, kalau tidak karena Perang Riddah, dengan gugurnya sahabat-sahabat sebagai syahid yang memastikan kemenangan itu, niscaya tidak akan cepat-cepat Umar bin Khattab menyarankan kepada Abu Bakar agar dilakukan pengumpulan mushab Qur'an.
"Karena pengumpulan inilah pula yang menyebabkan adanya penyatuan bacaan menurut dialek Mudar pada masa Usman bin Affan ," katanya.
Dengan demikian, Qur'an adalah dasar yang kukuh dalam menegakkan kebenaran, merupakan tonggak yang tak tergoyahkan bagi kebudayaan Islam.
Selanjutnya, kalau tidak karena kemenangan yang diberikan Allah kepada kaum Muslimin dalam Perang Riddah itu, ujar Haekal lagi, jangan-jangan Abu Bakar belum dapat menyusun suatu sistem pemerintahan di Madinah, yang di atas sendi itu pula kemudian Umar menggunakan asas musyawarah. Polanya keadilan dan kasih sayang, intinya kebajikan dan ketakwaan.
Menurutnya, inilah peristiwa-peristiwa agung yang telah dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tak sampai 27 bulan. Barangkali karena waktu yang sesingkat itu pula yang menyebabkan sebagian orang sampai merentang jarak begitu panjang hingga pada masa Umar, dengan anggapan bahwa jika hanya dalam beberapa bulan saja tidak akan cukup waktu orang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang sampai mengubah jalannya sejarah dunia.
Muhammad Husain Haekal mengatakan kalau tidak karena kemenangan Abu Bakar dalam Perang Riddah, penyerbuan ke Irak dan ke Syam tentu tidak akan dimulai. "Pasukan Muslimin pun tak akan mendapatkan kemenangan atas kedua imperium besar Romawi dan Persia ," ujar Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Lagi, kata Haekal, kalau tidak karena Perang Riddah, dengan gugurnya sahabat-sahabat sebagai syahid yang memastikan kemenangan itu, niscaya tidak akan cepat-cepat Umar bin Khattab menyarankan kepada Abu Bakar agar dilakukan pengumpulan mushab Qur'an.
"Karena pengumpulan inilah pula yang menyebabkan adanya penyatuan bacaan menurut dialek Mudar pada masa Usman bin Affan ," katanya.
Dengan demikian, Qur'an adalah dasar yang kukuh dalam menegakkan kebenaran, merupakan tonggak yang tak tergoyahkan bagi kebudayaan Islam.
Selanjutnya, kalau tidak karena kemenangan yang diberikan Allah kepada kaum Muslimin dalam Perang Riddah itu, ujar Haekal lagi, jangan-jangan Abu Bakar belum dapat menyusun suatu sistem pemerintahan di Madinah, yang di atas sendi itu pula kemudian Umar menggunakan asas musyawarah. Polanya keadilan dan kasih sayang, intinya kebajikan dan ketakwaan.
Menurutnya, inilah peristiwa-peristiwa agung yang telah dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tak sampai 27 bulan. Barangkali karena waktu yang sesingkat itu pula yang menyebabkan sebagian orang sampai merentang jarak begitu panjang hingga pada masa Umar, dengan anggapan bahwa jika hanya dalam beberapa bulan saja tidak akan cukup waktu orang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang sampai mengubah jalannya sejarah dunia.
(mhy)