Israel Klaim Pemimpin Pertama Zionisme adalah Nabi Musa
Kamis, 19 Oktober 2023 - 16:08 WIB
Berdasarkan rentetan sejarah yang dilalui oleh orang-orang Yahudi dapat dipastikan bahwa pada hakikatnya gerakan Zionisme telah ada jauh sebelum yang dikenal sekarang. Cendekiawan muslim asal Mesir, Prof Dr Ahmad Syalabi, menyebut kerinduan untuk tempat tinggal yang permanen terjadi sejak mereka keluar dari Mesir bersama Nabi Musa as .
"Mereka bahkan berpendapat bahwa pemimpin Zionisme pertama adalah Musa," tulis Ahmad Syalabi dalam bukunya berjudul "Muqaranah al Adyan al Yahudiyah".
Kendati, kala itu Musa belum sempat masuk ke Palestina . Nabi Musa gagal membawa Bani Israil karena sebelum mereka masuk ke Palestina, telah tersebar di antara penduduk bahwa Bani Israel selalu berbuat kekacauan di daerah mana saja mereka turun. Nabi Musa tidak memaksakan diri masuk ke negeri itu karena risikonya adalah perang. Di sisi lain, Bani Israel sendiri sejatinya sangat takut menghadapi peperangan.
Sikap mereka ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah al Ma’idah ayat 21-26.
21. Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.
22. Mereka berkata, "Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk."
23. Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman."
24. Mereka berkata, "Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja."
25. Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu."
26. (Allah) berfirman, "(Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu."
Nabi Musa dan kaumnya tidak sempat masuk ke Palestina sampai beliau wafat, namun sebelumnya beliau telah menunjuk salah seorang pengikutnya Yusya’ bin Nun untuk memimpin perjalanan menjuju Palestina.
Ketika mereka masuk wilayah Palestina mereka menyerbu kota Areha dan membunuh siapa saja dari penduduk setempat dan juga hewan-hewan. Dari sinilah untuk pertama kali Bani Israel menduduki Tanah Palestina, sampai pada masa Nabi Daud kemudian dilanjutkan oleh Nabi Sulaeman.
Pada masa Sulaeman kerajaan Bani Israel terbagi menjadi kerajaan kecil-kecil, dan kerajaan inilah yang sekarang dijadikan alasan historis untuk mengklaim sahnya Negara Yahudi di Palestina. Padahal, menurut Mushtolah Maufur dalam “Pengantar Penerjemah” buku karya William G. Carr berjudul "al Yahud wara’ Kull al Jarimah" (Yahudi Menggenggam Dunia), kerajaan Yahudi di masa Nabi Daud dan Sulaeman tidak lebih dari sebuah kota dan desa-desa sekelilingnya. Dan hanya kebiasaan saja bangsa Yahudi memanggil pimpinannya dengan sebutan “Raja”.
Dan untuk masa kerajaan ini berdiri, menurut Syaikh Yusuf al Qardhawi yang mengutip pendapat Syekh ‘Abd al Mu’iz ‘Abd al Sattar bahwa Bani Israel hidup di Palestina tidak mencapai bilangan lamanya tentara Inggris menduduki India atau Belanda menguasai Indonesia atau tidak lebih dari 300 tahun.
Sepeninggal Sulaiman, mulailah riwayat kerajaan Bani Israel merosot hingga akhirnya punah setelah bangsa Babilonia yang dipimpin oleh Nebukadnezar menghancurkannya dalam perang selama 9 hari pada tahun 586 SM.
Kala itu, orang-orang Yahudi ditawan dan digiring ke Babilonia. Di sinilah para tokoh Yahudi membesarkan hati kaumnya dengan konsep janji Tuhan, bumi nenek moyang, bumi yang dijanjikan, dan konsep Bangsa pilihan Tuhan.
Dengan menyebarkan konsep-konsep tersebut, para tokoh Yahudi berharap bisa melestarikan persatuan dan kemurnian Yahudi, dan untuk mengembalikan bangsa Yahudi.
Itulah sebabnya, kapan penguasa memberikan kesempatan bagi mereka untuk kembali ke Palestina mereka selalu mengadakan konspirasi-konspirasi dan pemberontakan, yang berakibat mereka diusir ke luar wilayah Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi.
Kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di Palestina di antaranya: Assyirian, Babilonia, Mesir, Persia, sampai kekaisaran Romawi datang dan mendominasi wilayah Palestina. Dan setelah pecahnya kekaisaran Romawi, Palestina tetap berada di bawah naungan “Kekaisaran Romawi Timur” di mana kontantinopel menjadi ibu kotanya hingga datangnya al Fath al Islmiy. Setelah itu Islam yang memberinya nuansa Arab dan yang Islamiy pada tahun 636 M.
"Mereka bahkan berpendapat bahwa pemimpin Zionisme pertama adalah Musa," tulis Ahmad Syalabi dalam bukunya berjudul "Muqaranah al Adyan al Yahudiyah".
Kendati, kala itu Musa belum sempat masuk ke Palestina . Nabi Musa gagal membawa Bani Israil karena sebelum mereka masuk ke Palestina, telah tersebar di antara penduduk bahwa Bani Israel selalu berbuat kekacauan di daerah mana saja mereka turun. Nabi Musa tidak memaksakan diri masuk ke negeri itu karena risikonya adalah perang. Di sisi lain, Bani Israel sendiri sejatinya sangat takut menghadapi peperangan.
Sikap mereka ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah al Ma’idah ayat 21-26.
يٰقَوۡمِ ادۡخُلُوا الۡاَرۡضَ الۡمُقَدَّسَةَ الَّتِىۡ كَتَبَ اللّٰهُ لَـكُمۡ وَلَا تَرۡتَدُّوۡا عَلٰٓى اَدۡبَارِكُمۡ فَتَـنۡقَلِبُوۡا خٰسِرِيۡنَ
قَالُوۡا يٰمُوۡسٰٓى اِنَّ فِيۡهَا قَوۡمًا جَبَّارِيۡنَ ۖ وَاِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَهَا حَتّٰى يَخۡرُجُوۡا مِنۡهَا ۚ فَاِنۡ يَّخۡرُجُوۡا مِنۡهَا فَاِنَّا دٰخِلُوْنَ
قَالَ رَجُلٰنِ مِنَ الَّذِيۡنَ يَخَافُوۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰهُ عَلَيۡهِمَا ادۡخُلُوۡا عَلَيۡهِمُ الۡبَابَۚ فَاِذَا دَخَلۡتُمُوۡهُ فَاِنَّكُمۡ غٰلِبُوۡنَ ؕوَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوۡۤا اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ
قَالُوۡا يٰمُوۡسٰٓى اِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَهَاۤ اَبَدًا مَّا دَامُوۡا فِيۡهَا فَاذۡهَبۡ اَنۡتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَاۤ اِنَّا هٰهُنَا قَاعِدُوۡنَ
قَالَ رَبِّ اِنِّىۡ لَاۤ اَمۡلِكُ اِلَّا نَفۡسِىۡ وَاَخِىۡ فَافۡرُقۡ بَيۡنَـنَا وَبَيۡنَ الۡـقَوۡمِ الۡفٰسِقِيۡنَ
قَالَ فَاِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيۡهِمۡ اَرۡبَعِيۡنَ سَنَةً ۚ يَتِيۡهُوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ ؕ فَلَا تَاۡسَ عَلَى الۡقَوۡمِ الۡفٰسِقِيۡنَ
قَالُوۡا يٰمُوۡسٰٓى اِنَّ فِيۡهَا قَوۡمًا جَبَّارِيۡنَ ۖ وَاِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَهَا حَتّٰى يَخۡرُجُوۡا مِنۡهَا ۚ فَاِنۡ يَّخۡرُجُوۡا مِنۡهَا فَاِنَّا دٰخِلُوْنَ
قَالَ رَجُلٰنِ مِنَ الَّذِيۡنَ يَخَافُوۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰهُ عَلَيۡهِمَا ادۡخُلُوۡا عَلَيۡهِمُ الۡبَابَۚ فَاِذَا دَخَلۡتُمُوۡهُ فَاِنَّكُمۡ غٰلِبُوۡنَ ؕوَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوۡۤا اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ
قَالُوۡا يٰمُوۡسٰٓى اِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَهَاۤ اَبَدًا مَّا دَامُوۡا فِيۡهَا فَاذۡهَبۡ اَنۡتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَاۤ اِنَّا هٰهُنَا قَاعِدُوۡنَ
قَالَ رَبِّ اِنِّىۡ لَاۤ اَمۡلِكُ اِلَّا نَفۡسِىۡ وَاَخِىۡ فَافۡرُقۡ بَيۡنَـنَا وَبَيۡنَ الۡـقَوۡمِ الۡفٰسِقِيۡنَ
قَالَ فَاِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيۡهِمۡ اَرۡبَعِيۡنَ سَنَةً ۚ يَتِيۡهُوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ ؕ فَلَا تَاۡسَ عَلَى الۡقَوۡمِ الۡفٰسِقِيۡنَ
21. Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.
22. Mereka berkata, "Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk."
23. Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman."
24. Mereka berkata, "Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja."
25. Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu."
26. (Allah) berfirman, "(Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu."
Nabi Musa dan kaumnya tidak sempat masuk ke Palestina sampai beliau wafat, namun sebelumnya beliau telah menunjuk salah seorang pengikutnya Yusya’ bin Nun untuk memimpin perjalanan menjuju Palestina.
Ketika mereka masuk wilayah Palestina mereka menyerbu kota Areha dan membunuh siapa saja dari penduduk setempat dan juga hewan-hewan. Dari sinilah untuk pertama kali Bani Israel menduduki Tanah Palestina, sampai pada masa Nabi Daud kemudian dilanjutkan oleh Nabi Sulaeman.
Pada masa Sulaeman kerajaan Bani Israel terbagi menjadi kerajaan kecil-kecil, dan kerajaan inilah yang sekarang dijadikan alasan historis untuk mengklaim sahnya Negara Yahudi di Palestina. Padahal, menurut Mushtolah Maufur dalam “Pengantar Penerjemah” buku karya William G. Carr berjudul "al Yahud wara’ Kull al Jarimah" (Yahudi Menggenggam Dunia), kerajaan Yahudi di masa Nabi Daud dan Sulaeman tidak lebih dari sebuah kota dan desa-desa sekelilingnya. Dan hanya kebiasaan saja bangsa Yahudi memanggil pimpinannya dengan sebutan “Raja”.
Dan untuk masa kerajaan ini berdiri, menurut Syaikh Yusuf al Qardhawi yang mengutip pendapat Syekh ‘Abd al Mu’iz ‘Abd al Sattar bahwa Bani Israel hidup di Palestina tidak mencapai bilangan lamanya tentara Inggris menduduki India atau Belanda menguasai Indonesia atau tidak lebih dari 300 tahun.
Sepeninggal Sulaiman, mulailah riwayat kerajaan Bani Israel merosot hingga akhirnya punah setelah bangsa Babilonia yang dipimpin oleh Nebukadnezar menghancurkannya dalam perang selama 9 hari pada tahun 586 SM.
Kala itu, orang-orang Yahudi ditawan dan digiring ke Babilonia. Di sinilah para tokoh Yahudi membesarkan hati kaumnya dengan konsep janji Tuhan, bumi nenek moyang, bumi yang dijanjikan, dan konsep Bangsa pilihan Tuhan.
Dengan menyebarkan konsep-konsep tersebut, para tokoh Yahudi berharap bisa melestarikan persatuan dan kemurnian Yahudi, dan untuk mengembalikan bangsa Yahudi.
Itulah sebabnya, kapan penguasa memberikan kesempatan bagi mereka untuk kembali ke Palestina mereka selalu mengadakan konspirasi-konspirasi dan pemberontakan, yang berakibat mereka diusir ke luar wilayah Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi.
Kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di Palestina di antaranya: Assyirian, Babilonia, Mesir, Persia, sampai kekaisaran Romawi datang dan mendominasi wilayah Palestina. Dan setelah pecahnya kekaisaran Romawi, Palestina tetap berada di bawah naungan “Kekaisaran Romawi Timur” di mana kontantinopel menjadi ibu kotanya hingga datangnya al Fath al Islmiy. Setelah itu Islam yang memberinya nuansa Arab dan yang Islamiy pada tahun 636 M.
(mhy)