Konsep Islam Menanggulangi Korupsi, Ibnu Asyur: Perlu Reformasi Individual dan Sosial

Minggu, 12 November 2023 - 14:41 WIB
Demikian agar dia mengalami ketenangan batin dan jiwa, dan kelurusan jalan (istiqamah) di dalam menjalani kehidupan dunia.

Ibn al-‘Izz al-Hanafi menyimpulkan pendapat Imam Abu Hanifah dalam ungkapannya: Hajat atau kebutuhan manusia terhadap bidang disiplin ilmu ini (akidah /teologi Islam) berada di atas kebutuhan-kebutuhan apapun, dan pentingnya kebutuhan manusia mempelajarinya berada di atas setiap kepentingan apapun.

Hal demikian dikarenakan tidak akan pernah ada kehidupun pada hati-hati seluruh manusia itu, tidak pernah pula ada kenikmatan di dalamnya, tidak akan pernah pula mereka merasakan ketenangan batin dalam kehidupannya, kecuali di saat mereka itu telah mengenal, dan mengetahui Tuhannya, yang menjadi sesembahannya, dan penciptanya, mengenal-Nya dengan seluruh nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan perbuatannya.

Dan bersamaan dengan hal itu disertai pula dengan rasa kecintaannya yang terdepan kepada-Nya dari segala kecintaannya kepada apapun, juga disertai dengan kesungguhannya mendekatkan dirinya kepada Nya, daripada kedekataannya dengan semua makhluk ciptaan-Nya.



b. Terbangunnya salah satu cabang dari cabang-cabang Iman, yaitu moralitas “rasa malu”.

c. Menumbuhkan stimulus (perangsang) untuk melakukan amal soleh, sebagaimana difirmankan:

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ


Huwallażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmin ṡummastawā 'alal-'arsy, ya'lamu mā yaliju fil-arḍi wa mā yakhruju min-hā wa mā yanzilu minas-samā`i wa mā ya'ruju fīhā, wa huwa ma'akum aina mā kuntum, wallāhu bimā ta'malụna baṣīr

Artinya: "Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadaNya, Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. ( QS al-Hadid/57 : 4).



Ibnu Katsir dalam "Tafsir al-Qur’an al-Azim", menjelaskan tafsir dan makna ayat ini: Dialah Allah yang mengawasi kalian, menyaksikan seluruh perbuatan kalian di mana saja dan bagaimana saja kondisi kalian, di daratan dan di lautan, pada malam hari atau siang hari, di rumah-rumah atau di gua-gua, seluruhnya sama-sama di bawah ilmu dan pengawasan-Nya, penglihatan serta pendengaran-Nya, Ia mendengar ucapan kalian, melihat tempat kalian, mengetahui rahasia kalian, dan bisikan-bisikan kalian”.
(mhy)
Halaman :
Follow
cover top ayah
اَلَّذِيۡنَ يَاۡكُلُوۡنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوۡمُوۡنَ اِلَّا كَمَا يَقُوۡمُ الَّذِىۡ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيۡطٰنُ مِنَ الۡمَسِّ‌ؕ ذٰ لِكَ بِاَنَّهُمۡ قَالُوۡۤا اِنَّمَا الۡبَيۡعُ مِثۡلُ الرِّبٰوا‌ ۘ‌ وَاَحَلَّ اللّٰهُ الۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا‌ ؕ فَمَنۡ جَآءَهٗ مَوۡعِظَةٌ مِّنۡ رَّبِّهٖ فَانۡتَهٰى فَلَهٗ مَا سَلَفَؕ وَاَمۡرُهٗۤ اِلَى اللّٰهِ‌ؕ وَمَنۡ عَادَ فَاُولٰٓٮِٕكَ اَصۡحٰبُ النَّارِ‌ۚ هُمۡ فِيۡهَا خٰلِدُوۡنَ
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

(QS. Al-Baqarah Ayat 275)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More