Agama Merupakan Kebutuhan Manusia, Juga Selalu Relevan dengan Kehidupannya
Kamis, 04 Januari 2024 - 21:30 WIB
Manusia terdiri dari akal, jiwa, dan jasmani. Akal atau rasio ada wilayahnya. Tidak semua persoalan bisa diselesaikan atau bahkan dihadapi oleh akal. Karya seni tidak dapat dinilai semata-mata oleh akal, karena yang lebih berperan di sini adalah kalbu. Kalau demikian, keliru apabila seseorang hanya mengandalkan akal semata-mata.
Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007) menyatakan akal bagaikan kemampuan berenang . Akal berguna saat berenang di sungai atau di laut yang tenang, tetapi bila ombak dan gelombang telah membahana, maka yang pandai berenang dan yang tidak bisa berenang sama-sama membutuhkan pelampung.
Dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agama sesungguhnya sangat berperan, terutama jika manusia tetap ingin jadi manusia.
"Ambillah sebagai contoh bidang bio-teknologi," ujar Quraish Shihab. Ilmu manusia sudah sampai kepada batas yang menjadikannya dapat berhasil melakukan rekayasa genetika.
"Apakah keberhasilan ini akan dilanjutkan sehingga menghasilkan makhluk-makhluk hidup yang dapat menjadi tuan bagi penciptanya sendiri? Apakah ini baik atau buruk? Yang dapat menjawabnya adalah nilai-nilai agama, dan bukan seni, bukan pula filsafat," lanjutnya.
Jika demikian, maka tidak ada alternatif lain yang dapat menggantikan agama. Mereka yang mengabaikannya, terpaksa menciptakan "agama baru" demi memuaskan jiwanya.
Pengenalan dan Pengalaman
Dalam pandangan sementara pakar Islam, agama yang diwahyukan Tuhan, benihnya muncul dari pengenalan dan pengalaman manusia pertama di pentas bumi. Di sini ia memerlukan tiga hal, yaitu keindahan, kebenaran, dan kebaikan.
Gabungan ketiganya dinamai suci. Manusia ingin mengetahui siapa atau apa Yang Mahasuci, dan ketika itulah dia menemukan Tuhan, dan sejak itu pula ia berusaha berhubungan dengan-Nya bahkan berusaha untuk meneladani sifat-sifat-Nya.
"Usaha itulah yang dinamai beragama, atau dengan kata lain, keberagamaan adalah terpatrinya rasa kesucian dalam jiwa beseorang. Karena itu, seorang yang beragama akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar, yang baik, lagi yang indah," ujar Quraish.
Menurutnya, mencari yang benar menghasilkan ilmu, mencari yang baik menghasi1kan akhlak, dan mencari yang indah menghasilkan seni.
"Jika demikian, agama bukan saja merupakan kebutuhan manusia, tetapi juga selalu relevan dengan kehidupannya. Adakah manusia yang tidak mendambakan kebenaran, keindahan dan kebaikan?" demikian Quraish Shihab.
Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007) menyatakan akal bagaikan kemampuan berenang . Akal berguna saat berenang di sungai atau di laut yang tenang, tetapi bila ombak dan gelombang telah membahana, maka yang pandai berenang dan yang tidak bisa berenang sama-sama membutuhkan pelampung.
Dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agama sesungguhnya sangat berperan, terutama jika manusia tetap ingin jadi manusia.
"Ambillah sebagai contoh bidang bio-teknologi," ujar Quraish Shihab. Ilmu manusia sudah sampai kepada batas yang menjadikannya dapat berhasil melakukan rekayasa genetika.
"Apakah keberhasilan ini akan dilanjutkan sehingga menghasilkan makhluk-makhluk hidup yang dapat menjadi tuan bagi penciptanya sendiri? Apakah ini baik atau buruk? Yang dapat menjawabnya adalah nilai-nilai agama, dan bukan seni, bukan pula filsafat," lanjutnya.
Jika demikian, maka tidak ada alternatif lain yang dapat menggantikan agama. Mereka yang mengabaikannya, terpaksa menciptakan "agama baru" demi memuaskan jiwanya.
Baca Juga
Pengenalan dan Pengalaman
Dalam pandangan sementara pakar Islam, agama yang diwahyukan Tuhan, benihnya muncul dari pengenalan dan pengalaman manusia pertama di pentas bumi. Di sini ia memerlukan tiga hal, yaitu keindahan, kebenaran, dan kebaikan.
Gabungan ketiganya dinamai suci. Manusia ingin mengetahui siapa atau apa Yang Mahasuci, dan ketika itulah dia menemukan Tuhan, dan sejak itu pula ia berusaha berhubungan dengan-Nya bahkan berusaha untuk meneladani sifat-sifat-Nya.
"Usaha itulah yang dinamai beragama, atau dengan kata lain, keberagamaan adalah terpatrinya rasa kesucian dalam jiwa beseorang. Karena itu, seorang yang beragama akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar, yang baik, lagi yang indah," ujar Quraish.
Menurutnya, mencari yang benar menghasilkan ilmu, mencari yang baik menghasi1kan akhlak, dan mencari yang indah menghasilkan seni.
"Jika demikian, agama bukan saja merupakan kebutuhan manusia, tetapi juga selalu relevan dengan kehidupannya. Adakah manusia yang tidak mendambakan kebenaran, keindahan dan kebaikan?" demikian Quraish Shihab.
(mhy)