Cara Bersikap Optimistis saat Terjadi Bencana
Selasa, 12 Maret 2024 - 16:08 WIB
Sebagian dari kita mungkin beranggapan bahwa bencana merupakan bentuk hukuman atau siksaan dari Allah SWT. Sebagian lainnya menganggap bencana adalah bentuk ujian dan kasih sayang Allah SWT. Berdampak besar atau kecil, tidak ada seorang pun yang mengetahui dan dapat memilih untuk menghindari terjadinya bencana. Semuanya adalah ketetapan Allah SWT.
Tentu apapun jenis bencananya pasti menimbulkan duka bagi kita, mulai dari kehilangan harta hingga jiwa. Namun, sebagai umat muslim kita harus selalu berusaha menumbuhkan sikap positif.
Hal ini adalah satu-satunya pilihan bagi kita untuk dapat bersikap bijaksana dan bermuhasabah diri kepada Allah SWT. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS Al-Hadid ayat 22-23, artinya:
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Kaitan agama dan bencana juga telah menarik perhatian dari segi akademis, dalam hal ini, Koenig pada jurnal kajian makna bencana menurut Al-Quran menyebutkan, agama sangat berperan besar dalam proses mitigasi bencana.
Salah satu alasan yang ditemukan dalam penelitiannya adalah karena, sistem keyakinan dalam agama mampu membuat seseorang siap menghadapi kejadian-kejadian buruk dalam hidup. Juga, seperti dalam Islam, Allah SWT telah memberikan contoh sikap dalam menghadapi bencana.
Kisah Nabi Nuh salah satunya. Allah SWT telah memilih Nabi Nuh untuk mengajak kaumnya beriman kepada Allah SWT. Dengan perintah-Nya, Nabi Nuh kemudian membangun sebuah bahtera agar Nabi Nuh dan kaumnya yang taat selamat dari banjir besar yang akan datang. Namun, sebagian justru menolak ajakan Nabi Nuh dan menentang dakwahnya.
Sampai datang waktunya tiba, banjir besar terjadi dan bahtera tersebut mengapung diatas banjir besar yang menghancurkan kaum yang tidak taat. Kisah ini mengandung pelajaran yang dapat kita ambil ketika menghadapi bencana. Diantara sikap yang paling utama dalam menghadapi ketetapan-Nya ialah patuh, berprasangka baik dan bertaubat kepada Allah SWT.
Di samping itu, dengan menumbuhkan sikap opstimisme akan selalu ada berbagai hikmah yang dapat kita jadikan pedoman dalam menghadapi bencana;
1. Bencana terjadi karena Allah Mencintai Umat-Nya.
“Setiap kali Allah mencintai sekelompok orang, Allah pasti memberi cobaan pada mereka” (HR. At-Tirmidzi)
2. Bencana terjadi karena Allah ingin mengangkat derajat umat-Nya
“Jika agamanya kuat, maka akan ditambahkan musibahnya,” (HR. At-Tirmidzi)
3. Bencana terjadi agar Umat-Nya tidak takabur dan tinggi hati.
“Orang yang tidak beriman senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga janji Allah itu terbukti. Allah tidak menyalahi janji.” ( QS. ar-Ra’d : 31)
4. Bencana terjadi agar Umat-Nya lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.( QS.al-Fath : 4).
Tentu apapun jenis bencananya pasti menimbulkan duka bagi kita, mulai dari kehilangan harta hingga jiwa. Namun, sebagai umat muslim kita harus selalu berusaha menumbuhkan sikap positif.
Baca Juga
Hal ini adalah satu-satunya pilihan bagi kita untuk dapat bersikap bijaksana dan bermuhasabah diri kepada Allah SWT. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS Al-Hadid ayat 22-23, artinya:
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Kaitan agama dan bencana juga telah menarik perhatian dari segi akademis, dalam hal ini, Koenig pada jurnal kajian makna bencana menurut Al-Quran menyebutkan, agama sangat berperan besar dalam proses mitigasi bencana.
Salah satu alasan yang ditemukan dalam penelitiannya adalah karena, sistem keyakinan dalam agama mampu membuat seseorang siap menghadapi kejadian-kejadian buruk dalam hidup. Juga, seperti dalam Islam, Allah SWT telah memberikan contoh sikap dalam menghadapi bencana.
Kisah Nabi Nuh salah satunya. Allah SWT telah memilih Nabi Nuh untuk mengajak kaumnya beriman kepada Allah SWT. Dengan perintah-Nya, Nabi Nuh kemudian membangun sebuah bahtera agar Nabi Nuh dan kaumnya yang taat selamat dari banjir besar yang akan datang. Namun, sebagian justru menolak ajakan Nabi Nuh dan menentang dakwahnya.
Sampai datang waktunya tiba, banjir besar terjadi dan bahtera tersebut mengapung diatas banjir besar yang menghancurkan kaum yang tidak taat. Kisah ini mengandung pelajaran yang dapat kita ambil ketika menghadapi bencana. Diantara sikap yang paling utama dalam menghadapi ketetapan-Nya ialah patuh, berprasangka baik dan bertaubat kepada Allah SWT.
Di samping itu, dengan menumbuhkan sikap opstimisme akan selalu ada berbagai hikmah yang dapat kita jadikan pedoman dalam menghadapi bencana;
1. Bencana terjadi karena Allah Mencintai Umat-Nya.
“Setiap kali Allah mencintai sekelompok orang, Allah pasti memberi cobaan pada mereka” (HR. At-Tirmidzi)
2. Bencana terjadi karena Allah ingin mengangkat derajat umat-Nya
“Jika agamanya kuat, maka akan ditambahkan musibahnya,” (HR. At-Tirmidzi)
3. Bencana terjadi agar Umat-Nya tidak takabur dan tinggi hati.
“Orang yang tidak beriman senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga janji Allah itu terbukti. Allah tidak menyalahi janji.” ( QS. ar-Ra’d : 31)
4. Bencana terjadi agar Umat-Nya lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.( QS.al-Fath : 4).