Kontroversi Khalid bin Walid dan Betis Indah Si Cantik Laila
Minggu, 16 Agustus 2020 - 08:43 WIB
'Sungguh aku akan membunuhmu.'
Lalu dikeluarkan perintah dan dia pun dibunuh."
Sebagian ada yang lebih memperkuat sumber ini dari yang pertama. Tetapi mereka yang memperkuat itu melihat ada kelemahan dalam sumber itu. Mereka berpendapat bahwa jika tidak lengkap akan bertentangan dengan sikap Khalid dalam menghadapi Qurrah bin Hubairah, Fuja'ah as-Sulami dan Abu Syajrah dan sebangsanya.
Mereka dikirimkan kepada Abu Bakar untuk meminta pendapatnya. Kesalahan Malik bin Nuwairah tidak lebih besar dari kesalahan mereka; mengapa ia dibunuh dan tidak dikirimkan kepada Khalifah, padahal kedudukannya di kalangan Banu Tamim lebih penting daripada kedudukan siapa pun dari mereka!
Laila Istri Malik
Puncak cerita itu menurut pendapat mereka bahwa Khalid telah mengawini Laila Umm Tamim, istri Malik pada hari pembunuhannya itu dan bumi pun belum kering dari darahnya. Ini bertentangan dengan tradisi Arab. Mereka hendak mempertalikan pembunuhan Malik itu dengan perkawinan Khalid dengan istrinya, dan menjadikan perkawinan itu sebagai motif pembunuhannya. “Mungkin mereka benar, tapi mungkin juga salah,” tutur Haekal.( )
Dalam kitab Tarikh-nya Ya'qubi menyebutkan: Malik bin Nuwairah menemuinya dan berdiskusi, disertai istrinya. Khalid kagum melihat istrinya itu, lalu katanya: "Aku tak akan memperoleh apa yang ada padamu itu sebelum kubunuh engkau. Ia melihat kepada Malik lalu membunuhnya dan mengawini istrinya."
Dalam al-Agdni Abul-Faraj menyebutkan: "Setelah Sajah mendakwakan diri nabi, Malik menjadi pengikutnya, kemudian ia memperlihatkan diri bahwa dia Muslim. Maka oleh Khalid ia dibunuh. Ada sekelompok sahabat yang mengecam tindakannya itu, sebab setelah itu ia mengawini istri Malik. Memang ada juga yang mengatakan bahwa ia sudah mencintainya sejak zaman jahiliah. Karenanya ia dituduh membunuh seorang Muslim supaya kemudian dapat mengawini istrinya." (Baaca juga: Beda Haluan Politik antara Umar bin Khattab dan Abu Bakar
Abul-Faraj juga menceritakan dengan mengatakan "Muhammad bin Sallam berkata: "Suatu hari Yunus mengatakan kepadaku sementara aku menggoda perempuan Tamim itu untuk Khalid tetapi aku memaafkannya. Lalu katanya kepadaku: Abu Abdullah, engkau belum mendengar tentang betis Umm Tamim! Kata orang belum pernah ada orang yang melihat betis seindah itu."
Atas peristiwa ini kemudian terjalin cerita-cerita dengan lukisan yang lebih menyerupai cerita rekaan karya sastra daripada kejadian sejarah yang sebenarnya. ( )
Laila mendampingi suaminya yang ketika itu sedang berdialog dengan Khalid. Setelah didengarnya Khalid berkata kepada suaminya “Akulah yang akan membunuhmu”, ia bersimpuh di kaki penakluk itu mengharapkan ampun, dengan rambut yang sudah terurai ke bahunya dan air mata bersimbah membasahi kelopak matanya, sehingga sepasang mata itu tampak makin jelita.
Khalid menatap wajahnya yang cantik itu, sementara perempuan itu mengerling kepadanya memohonkan belas kasihan, dengan pandangan penuh cinta dan rasa kagum.
Malik berteriak: “Aku pasti dibunuh!”
Khalid menjawab, “Bukan karena ini, tetapi hukuman ini berlaku karena kekufuranmu.”
Lalu diperintahkannya agar orang itu dibunuh. ( )
Haekal mengatakan bukan maksud kita hanya sampai pada cerita rekaan sastra itu saja, tetapi yang pasti Laila memang mengagumi Khalid, dan karenanya sesudah itu Khalid menahannya dan tidak melepaskannya kendati perkawinan itu akan menimbulkan kesulitan buat dia sendiri. (Bersambung)
Lalu dikeluarkan perintah dan dia pun dibunuh."
Sebagian ada yang lebih memperkuat sumber ini dari yang pertama. Tetapi mereka yang memperkuat itu melihat ada kelemahan dalam sumber itu. Mereka berpendapat bahwa jika tidak lengkap akan bertentangan dengan sikap Khalid dalam menghadapi Qurrah bin Hubairah, Fuja'ah as-Sulami dan Abu Syajrah dan sebangsanya.
Mereka dikirimkan kepada Abu Bakar untuk meminta pendapatnya. Kesalahan Malik bin Nuwairah tidak lebih besar dari kesalahan mereka; mengapa ia dibunuh dan tidak dikirimkan kepada Khalifah, padahal kedudukannya di kalangan Banu Tamim lebih penting daripada kedudukan siapa pun dari mereka!
Laila Istri Malik
Puncak cerita itu menurut pendapat mereka bahwa Khalid telah mengawini Laila Umm Tamim, istri Malik pada hari pembunuhannya itu dan bumi pun belum kering dari darahnya. Ini bertentangan dengan tradisi Arab. Mereka hendak mempertalikan pembunuhan Malik itu dengan perkawinan Khalid dengan istrinya, dan menjadikan perkawinan itu sebagai motif pembunuhannya. “Mungkin mereka benar, tapi mungkin juga salah,” tutur Haekal.( )
Dalam kitab Tarikh-nya Ya'qubi menyebutkan: Malik bin Nuwairah menemuinya dan berdiskusi, disertai istrinya. Khalid kagum melihat istrinya itu, lalu katanya: "Aku tak akan memperoleh apa yang ada padamu itu sebelum kubunuh engkau. Ia melihat kepada Malik lalu membunuhnya dan mengawini istrinya."
Dalam al-Agdni Abul-Faraj menyebutkan: "Setelah Sajah mendakwakan diri nabi, Malik menjadi pengikutnya, kemudian ia memperlihatkan diri bahwa dia Muslim. Maka oleh Khalid ia dibunuh. Ada sekelompok sahabat yang mengecam tindakannya itu, sebab setelah itu ia mengawini istri Malik. Memang ada juga yang mengatakan bahwa ia sudah mencintainya sejak zaman jahiliah. Karenanya ia dituduh membunuh seorang Muslim supaya kemudian dapat mengawini istrinya." (Baaca juga: Beda Haluan Politik antara Umar bin Khattab dan Abu Bakar
Abul-Faraj juga menceritakan dengan mengatakan "Muhammad bin Sallam berkata: "Suatu hari Yunus mengatakan kepadaku sementara aku menggoda perempuan Tamim itu untuk Khalid tetapi aku memaafkannya. Lalu katanya kepadaku: Abu Abdullah, engkau belum mendengar tentang betis Umm Tamim! Kata orang belum pernah ada orang yang melihat betis seindah itu."
Atas peristiwa ini kemudian terjalin cerita-cerita dengan lukisan yang lebih menyerupai cerita rekaan karya sastra daripada kejadian sejarah yang sebenarnya. ( )
Laila mendampingi suaminya yang ketika itu sedang berdialog dengan Khalid. Setelah didengarnya Khalid berkata kepada suaminya “Akulah yang akan membunuhmu”, ia bersimpuh di kaki penakluk itu mengharapkan ampun, dengan rambut yang sudah terurai ke bahunya dan air mata bersimbah membasahi kelopak matanya, sehingga sepasang mata itu tampak makin jelita.
Khalid menatap wajahnya yang cantik itu, sementara perempuan itu mengerling kepadanya memohonkan belas kasihan, dengan pandangan penuh cinta dan rasa kagum.
Malik berteriak: “Aku pasti dibunuh!”
Khalid menjawab, “Bukan karena ini, tetapi hukuman ini berlaku karena kekufuranmu.”
Lalu diperintahkannya agar orang itu dibunuh. ( )
Haekal mengatakan bukan maksud kita hanya sampai pada cerita rekaan sastra itu saja, tetapi yang pasti Laila memang mengagumi Khalid, dan karenanya sesudah itu Khalid menahannya dan tidak melepaskannya kendati perkawinan itu akan menimbulkan kesulitan buat dia sendiri. (Bersambung)
(mhy)