Kisah Konsolidasi Nabi-Nabi Palsu di Era Khalifah Abu Bakar
loading...
A
A
A
NABI-nabi palsu bermunculan tatkala Nabi Muhammad SAW mengikrarkan diri secara terbuka sebagai rasul. Kondisi terjadi lebih gawat pada saat Khalifah Abu Bakar . Para nabi palsu ini melakukan pemberontakan. (
)
Di kalangan Banu Asad muncul nabi palsu bernama Thulaihah. Kalangan Banu Hanifah menyambut Musailamah. Juga penduduk Yaman mengenal nama Aswad al-Ansi yang bergelar "Zul-Khimar" — "orang yang berkudung".
Ada juga nabi palsu bergender perempuan. Sajah binti Al-Harits bin Suwaid namanya. Dia berasal dari Bani Tamim. Dia memproklamirkan kenabiannya setelah Rasulullah wafat dan ketika kaum muslimin sedang sibuk memerangi kaum murtaddin .
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr mengulas nabi-nabi palsu ini oleh Rasulullah tidak begitu dihiraukan, dengan keyakinan bahwa kebenaran yang ada dalam agama Allah ini sangat kuat untuk menangkis kebohongan mereka, dan dengan keimanan yang sudah kuat orang-orang yang beriman itu akan mampu membasmi mereka.
Pada masa Nabi, para nabi palsu ini menanti saat yang tepat untuk menghantam Muslimin. Di tempat mereka masing-masing, mereka menyebarkan propaganda tanpa ramai-ramai dan tanpa menyerang Nabi Muhammad yang dianggap mereka nabi dari kaum Quraisy.
Propaganda mereka mengatakan bahwa Muhammad itu seorang nabi yang diutus untuk golongannya. Mereka pun mengklaim sebagai nabi seperti Nabi Muhammad. Mereka mengaku diutus untuk golongan masing-masing.
Para nabi palsu ini menginginkan agar golongan mereka mendapat bimbingan (hidayah), seperti dia juga yang menginginkan golongannya mendapat petunjuk. Dengan cara-cara yang tidak seberani Aswad al-Ansi. ( )
Tapi tidak pula kurang cerdiknya, mereka telah menyiapkan udara panas dan suasana yang menggelisahkan di sekitar kaum Muslimin yang berada di tengah-tengah mereka, dengan mengobarkan api fitnah dalam sekam.
Begitu berita meninggalnya Nabi tersiar di negeri-negeri Arab, bibit fitnah itu sudah mulai merebak ke segenap penjuru. Fitnah itu bergerak dalam bermacam-macam bentuk dan gayanya sesuai dengan faktor-faktor yang menggerakkannya.
Orang-orang yang mengaku-ngaku nabi itu dalam hal-hal yang erat sekali hubungannya dengan rencana hendak menghancurkan Islam ketika Nabi wafat.
Bibit Fitnah
Ketika Rasulullah wafat, bibit fitnah itu segera menyebar ke segenap Semenanjung, bahkan hampir sebagian besarnya akan ikut bergolak.
Kala itu kekuasaan Aswad makin kuat dan menyebar dari ujung paling selatan di Hadramaut sampai ke daerah Makkah dan Ta'if. Musailamah dan Tulaihah juga mengincar kehancuran kaum Muslimin.
Daerah-daerah yang kala itu mengadakan perlawanan terhadap Islam dan kekuasaannya ialah negeri-negeri di kawasan yang kebudayaannya paling tinggi dan terkaya, dan yang paling banyak berhubungan dengan Persia.
Tidak heran bila pembangkangan serupa itu meminta perhatian Khalifah Abu Bakar.
Akibat hasutan Aswad dan rencana Musailamah dan Tulaihah membuat umat Islam gelisah sehingga memudahkan mereka membangkitkan semangat ke golongan atas nama agama.
Hal itu bukan disebabkan oleh fanatisma orang terhadap salah satu agama, tetapi kebalikannya, disebabkan oleh tak adanya kestabilan keyakinan agama yang dapat memuaskan jiwa mereka dan membuat mereka hidup tenteram.
Haekal mengatakan kala itu agama-agama Nasrani, Yahudi, Majusi dan paganisma, semua berdekatan dengan mereka. Masing-masing juga punya pembela-pembela, terang-terangan atau sembunyi. Tetapi agama-agama itu masih merupakan bahan perdebatan: mana yang benar, mana yang lebih mendekati kenyataan membawa kebaikan dan kebahagiaan kepada manusia.
“Inilah yang telah melapangkan jalan bagi mereka yang mendakwakan diri nabi itu untuk diperlihatkan kepada orang serta menipu mereka dengan berbagai cara untuk memperkuat kenabiannya,” tutur Haekal.
Dengan cara itu nabi-nabi palsu itu berhasil mengumpulkan orang banyak untuk dijadikan pengikutnya dan untuk menjaga keberhasilan mereka yang pertama.
( )
Di kalangan Banu Asad muncul nabi palsu bernama Thulaihah. Kalangan Banu Hanifah menyambut Musailamah. Juga penduduk Yaman mengenal nama Aswad al-Ansi yang bergelar "Zul-Khimar" — "orang yang berkudung".
Ada juga nabi palsu bergender perempuan. Sajah binti Al-Harits bin Suwaid namanya. Dia berasal dari Bani Tamim. Dia memproklamirkan kenabiannya setelah Rasulullah wafat dan ketika kaum muslimin sedang sibuk memerangi kaum murtaddin .
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr mengulas nabi-nabi palsu ini oleh Rasulullah tidak begitu dihiraukan, dengan keyakinan bahwa kebenaran yang ada dalam agama Allah ini sangat kuat untuk menangkis kebohongan mereka, dan dengan keimanan yang sudah kuat orang-orang yang beriman itu akan mampu membasmi mereka.
Pada masa Nabi, para nabi palsu ini menanti saat yang tepat untuk menghantam Muslimin. Di tempat mereka masing-masing, mereka menyebarkan propaganda tanpa ramai-ramai dan tanpa menyerang Nabi Muhammad yang dianggap mereka nabi dari kaum Quraisy.
Propaganda mereka mengatakan bahwa Muhammad itu seorang nabi yang diutus untuk golongannya. Mereka pun mengklaim sebagai nabi seperti Nabi Muhammad. Mereka mengaku diutus untuk golongan masing-masing.
Para nabi palsu ini menginginkan agar golongan mereka mendapat bimbingan (hidayah), seperti dia juga yang menginginkan golongannya mendapat petunjuk. Dengan cara-cara yang tidak seberani Aswad al-Ansi. ( )
Tapi tidak pula kurang cerdiknya, mereka telah menyiapkan udara panas dan suasana yang menggelisahkan di sekitar kaum Muslimin yang berada di tengah-tengah mereka, dengan mengobarkan api fitnah dalam sekam.
Begitu berita meninggalnya Nabi tersiar di negeri-negeri Arab, bibit fitnah itu sudah mulai merebak ke segenap penjuru. Fitnah itu bergerak dalam bermacam-macam bentuk dan gayanya sesuai dengan faktor-faktor yang menggerakkannya.
Orang-orang yang mengaku-ngaku nabi itu dalam hal-hal yang erat sekali hubungannya dengan rencana hendak menghancurkan Islam ketika Nabi wafat.
Bibit Fitnah
Ketika Rasulullah wafat, bibit fitnah itu segera menyebar ke segenap Semenanjung, bahkan hampir sebagian besarnya akan ikut bergolak.
Kala itu kekuasaan Aswad makin kuat dan menyebar dari ujung paling selatan di Hadramaut sampai ke daerah Makkah dan Ta'if. Musailamah dan Tulaihah juga mengincar kehancuran kaum Muslimin.
Daerah-daerah yang kala itu mengadakan perlawanan terhadap Islam dan kekuasaannya ialah negeri-negeri di kawasan yang kebudayaannya paling tinggi dan terkaya, dan yang paling banyak berhubungan dengan Persia.
Tidak heran bila pembangkangan serupa itu meminta perhatian Khalifah Abu Bakar.
Akibat hasutan Aswad dan rencana Musailamah dan Tulaihah membuat umat Islam gelisah sehingga memudahkan mereka membangkitkan semangat ke golongan atas nama agama.
Hal itu bukan disebabkan oleh fanatisma orang terhadap salah satu agama, tetapi kebalikannya, disebabkan oleh tak adanya kestabilan keyakinan agama yang dapat memuaskan jiwa mereka dan membuat mereka hidup tenteram.
Haekal mengatakan kala itu agama-agama Nasrani, Yahudi, Majusi dan paganisma, semua berdekatan dengan mereka. Masing-masing juga punya pembela-pembela, terang-terangan atau sembunyi. Tetapi agama-agama itu masih merupakan bahan perdebatan: mana yang benar, mana yang lebih mendekati kenyataan membawa kebaikan dan kebahagiaan kepada manusia.
“Inilah yang telah melapangkan jalan bagi mereka yang mendakwakan diri nabi itu untuk diperlihatkan kepada orang serta menipu mereka dengan berbagai cara untuk memperkuat kenabiannya,” tutur Haekal.
Dengan cara itu nabi-nabi palsu itu berhasil mengumpulkan orang banyak untuk dijadikan pengikutnya dan untuk menjaga keberhasilan mereka yang pertama.
( )