Turki akan Bergabung dengan Afrika Selatan Ajukan Kasus Genosida Israel ke ICJ
Kamis, 02 Mei 2024 - 15:13 WIB
Turki akan bergabung dengan Afrika Selatan menuntut Israel dalam kasus genosida ke Mahkamah Internasional (ICJ). Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, mengumumkan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyetujui rencana tersebut.
Middle East Eye hari ini melaporkan Turki telah mempertimbangkan bagaimana merespons kelakuan Israel selama perang di Gaza . Turki, misalnya, telah membatasi ekspor ke negeri Yahudi itu.
“Pakar hukum kami telah mempelajari bagaimana berpartisipasi dalam kasus hukum melawan Israel di ICJ,” kata Fidan, Rabu. Turki akan segera mengajukan permohonan ke pengadilan untuk menjajukan Israel ke ICJ.
Nikaragua dan Kolombia sebelumnya telah mencoba melakukan intervensi dalam kasus yang sama dengan permohonan terpisah namun pengadilan belum mengambil keputusan atas permintaan mereka.
Permohonan Nikaragua berdasarkan Pasal 62 Statuta ICJ, yang meminta intervensi dalam kasus Afrika Selatan melawan Israel. Kolombia, meskipun menyatakan dukungannya terhadap kasus Afrika Selatan, telah meminta jenis intervensi lain berdasarkan Pasal 63 Statuta untuk membantu Pengadilan dalam menafsirkan ketentuan-ketentuan Konvensi yang dipermasalahkan dalam kasus ini.
Fidan mengatakan Turki membahas masalah ini dengan beberapa anggota Organisasi Negara-negara Islam, yang mengatakan mereka kemungkinan juga akan bergabung dalam kasus ini.
Bulan lalu, Erdogan menerima delegasi senior dari Hamas, termasuk pemimpin politik kelompok tersebut Ismail Haniyeh.
Pertemuan tersebut merupakan pertemuan publik pertama antara Erdogan dan pemimpin Hamas sejak serangan 7 Oktober di Israel selatan.
Pertemuan tersebut juga terjadi kurang dari dua minggu setelah Israel membunuh tiga putra Haniyeh dan empat cucunya dalam serangan udara, yang memicu kecaman dari presiden Turki dan pejabat senior partai berkuasa lainnya.
Sejak awal perang, Turki telah berupaya mendukung negara-negara utama Arab, seperti Qatar dan Mesir, dalam menengahi gencatan senjata.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, tekanan politik dan kekalahan dalam pemilu lokal telah memaksa Erdogan untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap Israel ketika jumlah korban tewas di Gaza meningkat. Lebih dari 34.500 warga Palestina telah dibunuh oleh Israel selama tujuh bulan.
Middle East Eye hari ini melaporkan Turki telah mempertimbangkan bagaimana merespons kelakuan Israel selama perang di Gaza . Turki, misalnya, telah membatasi ekspor ke negeri Yahudi itu.
“Pakar hukum kami telah mempelajari bagaimana berpartisipasi dalam kasus hukum melawan Israel di ICJ,” kata Fidan, Rabu. Turki akan segera mengajukan permohonan ke pengadilan untuk menjajukan Israel ke ICJ.
Nikaragua dan Kolombia sebelumnya telah mencoba melakukan intervensi dalam kasus yang sama dengan permohonan terpisah namun pengadilan belum mengambil keputusan atas permintaan mereka.
Permohonan Nikaragua berdasarkan Pasal 62 Statuta ICJ, yang meminta intervensi dalam kasus Afrika Selatan melawan Israel. Kolombia, meskipun menyatakan dukungannya terhadap kasus Afrika Selatan, telah meminta jenis intervensi lain berdasarkan Pasal 63 Statuta untuk membantu Pengadilan dalam menafsirkan ketentuan-ketentuan Konvensi yang dipermasalahkan dalam kasus ini.
Fidan mengatakan Turki membahas masalah ini dengan beberapa anggota Organisasi Negara-negara Islam, yang mengatakan mereka kemungkinan juga akan bergabung dalam kasus ini.
Bulan lalu, Erdogan menerima delegasi senior dari Hamas, termasuk pemimpin politik kelompok tersebut Ismail Haniyeh.
Pertemuan tersebut merupakan pertemuan publik pertama antara Erdogan dan pemimpin Hamas sejak serangan 7 Oktober di Israel selatan.
Pertemuan tersebut juga terjadi kurang dari dua minggu setelah Israel membunuh tiga putra Haniyeh dan empat cucunya dalam serangan udara, yang memicu kecaman dari presiden Turki dan pejabat senior partai berkuasa lainnya.
Sejak awal perang, Turki telah berupaya mendukung negara-negara utama Arab, seperti Qatar dan Mesir, dalam menengahi gencatan senjata.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, tekanan politik dan kekalahan dalam pemilu lokal telah memaksa Erdogan untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap Israel ketika jumlah korban tewas di Gaza meningkat. Lebih dari 34.500 warga Palestina telah dibunuh oleh Israel selama tujuh bulan.
(mhy)