Menelusuri Jejak Suku-Suku Arab di Sepanjang Jalur Haji Tempo Dulu
Minggu, 09 Juni 2024 - 05:15 WIB
Jalur ziarah bersejarah ini dikenal sebagai Jalur Zubaida. Jalur ini menghubungkan Semenanjung Arab dan Irak , ditandai dengan titik dan pusat perdagangan serta berfungsi sebagai jalur bagi suku-suku Arab, yang tetap aktif sepanjang sejarah.
Dr Muna Abdulkarim Al-Qaisi, seorang spesialis arkeologi kuno dan profesor di Universitas Kufah Irak, kepada Saudi Press Agency menjelaskan banyak orang melakukan perjalanan di sepanjang jalan ini, dengan referensi pertama berasal dari abad ketiga SM.
Menurut Al-Qaisi, masyarakat Akkadia yang berasal dari Jazirah Arab tiba di Irak bagian selatan, tepatnya di pinggiran kota Uruk, melalui jalur tersebut.
Rute ini mengalami aktivitas periode kedua selama era Achaemenid, yang disebut Al-Muthaqaf. Kemudian diberi nama jalur Al-Hira yang membentang di sepanjang Sungai Eufrat . Terhubung dengan Jalur Sutra yang menghubungkan Nasiriyah, Dumat Al-Jandal, Seleucia (Ctesiphon), Hatra, Lembah Tharthar, Sinjar, dan Anatolia.
Pada zaman Islam, Jalur Zubaida dimulai dari Kufah dan menuju ke Makkah.
Al-Qaisi mengatakan penggalian antara Samawah dan Diwaniyah menghasilkan temuan signifikan, termasuk bukti adanya masyarakat kuno yang memasuki wilayah tersebut dan mengunjungi tanah Sumeria dan Akkad. Penggalian yang berkelanjutan, tambahnya, dapat menghasilkan penemuan arkeologi dan sejarah yang luar biasa.
Khalaf Al-Ghufaili, seorang pemandu wisata, profesor sejarah, dan penggila arkeologi, mengatakan bahwa bangsa Arab Akkadialah yang pertama kali menempuh jalur perdagangan kuno yang kini dikenal dengan Jalur Zubaida.
Mereka bermigrasi dari Jazirah Arab dan menuju ke utara menuju Mesopotamia pada milenium keempat SM, menetap di samping bangsa Sumeria yang telah berada di Mesopotamia sebelum mereka.
Bahasa mereka kemudian dikenal sebagai bahasa Arab Akkadia, dan bangsa Akkadia, bersama dengan bangsa Sumeria, Asyur, dan Babilonia yang mendahului mereka, mendominasi Mesopotamia, tambah Al-Ghufaili.
Dr Muna Abdulkarim Al-Qaisi, seorang spesialis arkeologi kuno dan profesor di Universitas Kufah Irak, kepada Saudi Press Agency menjelaskan banyak orang melakukan perjalanan di sepanjang jalan ini, dengan referensi pertama berasal dari abad ketiga SM.
Menurut Al-Qaisi, masyarakat Akkadia yang berasal dari Jazirah Arab tiba di Irak bagian selatan, tepatnya di pinggiran kota Uruk, melalui jalur tersebut.
Rute ini mengalami aktivitas periode kedua selama era Achaemenid, yang disebut Al-Muthaqaf. Kemudian diberi nama jalur Al-Hira yang membentang di sepanjang Sungai Eufrat . Terhubung dengan Jalur Sutra yang menghubungkan Nasiriyah, Dumat Al-Jandal, Seleucia (Ctesiphon), Hatra, Lembah Tharthar, Sinjar, dan Anatolia.
Pada zaman Islam, Jalur Zubaida dimulai dari Kufah dan menuju ke Makkah.
Al-Qaisi mengatakan penggalian antara Samawah dan Diwaniyah menghasilkan temuan signifikan, termasuk bukti adanya masyarakat kuno yang memasuki wilayah tersebut dan mengunjungi tanah Sumeria dan Akkad. Penggalian yang berkelanjutan, tambahnya, dapat menghasilkan penemuan arkeologi dan sejarah yang luar biasa.
Khalaf Al-Ghufaili, seorang pemandu wisata, profesor sejarah, dan penggila arkeologi, mengatakan bahwa bangsa Arab Akkadialah yang pertama kali menempuh jalur perdagangan kuno yang kini dikenal dengan Jalur Zubaida.
Mereka bermigrasi dari Jazirah Arab dan menuju ke utara menuju Mesopotamia pada milenium keempat SM, menetap di samping bangsa Sumeria yang telah berada di Mesopotamia sebelum mereka.
Bahasa mereka kemudian dikenal sebagai bahasa Arab Akkadia, dan bangsa Akkadia, bersama dengan bangsa Sumeria, Asyur, dan Babilonia yang mendahului mereka, mendominasi Mesopotamia, tambah Al-Ghufaili.
(mhy)