Kisah Amr bin Ash Berusaha Menguasai Benteng Umm Dunain dan Babilon

Selasa, 25 Juni 2024 - 13:06 WIB
Amr bin Ash memimpin mereka menyeberang padang pasir itu dengan melintasi piramid-piramid al­ Jizah. Ilustrasi: Ist
Kisah pasukan muslim yang dipimpin Amr bin Ash berusaha menguasai benteng Umm Dunain dan Benteng Babilon diceritakan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).

Dikisahkan, Khalifah Umar bin Khattab mengirim pasukan bantuan kepada Amr bin Ash yang tengah masuk wilayah Mesir. Bala bantuan itu tiba setelah Amr mendapat kemenangan di Bilbis serta perjalanannya dari sana.

Ibn Abdul-Hakam menyebutkan dan diikuti pula oleh Suyuti dan Ibn Tagri Bardi: "Amr terus maju tanpa mendapat perlawanan kecuali kecil-kecilan, sampai mencapai Bilbis. Di sini ia mendapat perlawanan selama sekitar satu bulan hingga Allah memberikan kemenangan kepadanya."

"Setelah itu ia meneruskan perjalanannya, juga tanpa mendapat perlawanan berarti. Sesampainya di Umm Dunain ia mendapat perlawanan sengit sehingga kemenangan yang dicapainya memakan waktu agak lama. Ketika ia menulis surat meminta bala bantuan, Umar mengirimkan 4000 prajurit melengkapi yang 8000."



Haekal menjelaskan, dari informasi ini jelas bahwa Amr meninggalkan Bilbis sesudah kemenangannya terhadap Atrabun sebelum datang bala bantuan.

Dia mengalahkan Atrabun dengan jumlah anggota pasukannya yang 12.000 orang itu hanya dengan 4000 orang yang terdiri dari orang-orang Arab dan penduduk pedalaman Mesir.

Amr berangkat dari Bilbis menuju perbatasan padang Sahara hingga mencapai sebuah tempat di dekat desa Umm Dunain di dekat sungai Nil di pangkal Teluk Trajan yang menghubungkan kota Mesir dengan Laut Merah di Suez.

Umm Dunain ini terletak di kampung al ­Azbakiah, salah satu kampung di Kairo sekarang. Kedudukannya sangat kuat, berdekatan dengan sebuah pelabuhan di Suez dengan jumlah kapalnya yang tidak sedikit.

Di sebelah utara Babilon terdapat pula benteng kota Mesir yang terbesar. Gudang persenjataannya di tempat ini merupakan garis depan pertahanan kawasan yang sangat terpandang di mata orang-orang Mesir dan tempat raja-raja mereka masa Firaun dahulu.

Benteng Babilon ini merupakan benteng Romawi yang sangat kukuh terletak di Mesir Lama yang sekarang. Bangunannya kekar dan tembok-temboknya pun kuat. Kekekarannya dapat bertahan menghadapi berbagai macam peristiwa sepanjang sejarah.



Bangunan itu roboh baru pada abad ke-19 Masehi. Sungguhpun begitu puing-puingnya masih dapat kita saksikan. Dalam jarak beberapa mil saja dari selatan benteng itu berdirilah kota Memphis yang menjadi kenangan abadi dengan peninggalannya yang kekal.

Memphis merupakan ibu kota Mesir tatkala seluruh dunia memandangnya sebagai pusat ilham dan pusat peradabannya. Memphis tetap bertahan dengan segala kemegahannya sebelum keagungannya itu mendapat saingan kota Iskandariah.

Peninggalan-peninggalan besar di sekitarnya yang diwarisi dari Zoser dan Ramses serta firaun-firaun Mesir saat seluruh dunia berlindung pada peradaban Mesir, tetap bersaing dengan Iskandariah.

Begitu juga dengan piramid-piramid dan kuburan-kuburan besar yang ada di sekitarnya. Nama Mesir ketika itu dipakai untuk kota Memphis atau kota yang di depannya di seberang Sungai Nil yang berkembang pesat dengan penduduk yang bertambah banyak pula, sehingga kadang disebut kota Memphis juga.

Di padang pasir bagian barat yang sudah kabur terletak antara Memphis dengan al-Jizah, bersambung dengan serangkaian piramid yang mempunyai keagungan dan kebesarannya sendiri, sambung-menyambung sampai ke piramid Khufu dan kedua piramid di dekatnya, serta Sphink yang mendekam di bawahnya menatap dengan mata menyorot ke tempat matahari terbit. Semua itu tegak berhadapan dengan benteng-benteng Babilon dan Umm Dunain.

Pasukan Muslimin berhenti tak jauh dari Umm Dunain. Mereka terperangah melihat pemandangan Sungai Nil dengan ketujuh anak sungainya serta kesuburan yang begitu marak di sekitarnya, pohon-pohon musim semi, tumbuhan hijau segar oleh siraman air di atas tanah dengan hiasan yang begitu menarik bagaikan pemandangan surga.



Akan tetapi perhatian mereka segera berpindah dari semua itu ke benteng­-benteng yang berdiri tegak di depan mereka. Mereka sudah tahu bahwa pihak Romawi sudah mengadakan persiapan untuk menghadapi semua itu, karena mereka yakin bahwa benteng­-benteng itu adalah tempat perlindungan mereka.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
مَا الۡمَسِيۡحُ ابۡنُ مَرۡيَمَ اِلَّا رَسُوۡلٌ‌ ۚ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِهِ الرُّسُلُؕ وَاُمُّهٗ صِدِّيۡقَةٌ‌  ؕ كَانَا يَاۡكُلٰنِ الطَّعَامَ‌ؕ اُنْظُرۡ كَيۡفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الۡاٰيٰتِ ثُمَّ انْظُرۡ اَ نّٰى يُؤۡفَكُوۡنَ
Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahli Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh keinginan mereka).

(QS. Al-Maidah Ayat 75)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More