Reconquista: Kisah Militer Islam yang Tak Tertandingi Pasukan Eropa
Jum'at, 23 Agustus 2024 - 16:17 WIB
Sejarawan menyebut masa kegagalan Reconquista terjadi antara tahun 722-1008. Pada saat ini kekuasaan umat Islam di Andalusia justru sedang jaya-jayanya. Keemiran naik kelas menjadi kekhalifahan.
Reconquista adalah upaya penaklukan kembali Andalusia ( Spanyol ) oleh kaum Kristen Eropa. Peristiwa Reconquista terjadi dalam rentang waktu yang sangat panjang. Awal peristiwa Reconquista ditandai dengan pertempuran Covadonga sekitar tahun 720 Masehi hingga jatuhnya keamiran Islam Granada pada 1492 Masehi.
Reconquista berakhir sesaat menjelang penemuan benua Amerika-yaitu "Dunia Baru"—oleh bangsa Eropa , yang kemudian pada era tersebut menimbulkan imperium kolonial Spanyol dan Portugal .
Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut salah satu faktor kegagalan Reconquista pada masa awal adalah karena militer Islam yang diwakili oleh Kekhalifahan Umayyah sangat kuat dan mempunyai moral yang tinggi.
Tentara Islam pada masa awal masuk ke Semenanjung Iberia mempunyai reputasi yang bagus karena memenangkan banyak pertempuran darat.
Kehebatan militer tersebut diwariskan selama 20 tahun pertama dalam mengontrol Semenanjung Iberia.
Kemenangan Kerajaan Asturias dalam Pertempuran Covadonga bukanlah sesuatu yang membuat lemah Islam, karena setelah kekalahan tersebut Islam justru semakin kuat.
Sejarah membuktikan dengan jumlah pasukan yang minim, Tharif bin Malik berani memasuki Andalusia. Begitu pula dengan Thariq bin Ziyad yang membawa 7000 pasukan.
Keberanian mereka pada waktu itu diakui menggemparkan dunia. Mungkin karena alasan itulah Julian meminta bantuan kepada Islam untuk menaklukkan Roderick.
Selain keberanian dan kehebatan kekuatan serta pengalaman dalam pertempuran di darat, pasukan Islam juga mempunyai moral yang tinggi. Hidup mulia atau mati syahid membuat pasukan Islam bertempur dengan gagah berani.
Berperang disertai jihad, apalagi di wilayah yang masih belum mengenal Islam, semakin menambah keberanian dan kemurnian mereka.
Keberanian tentara Islam tetap dengan catatan yaitu mematuhi aturan perang dan juga mempertimbangkan kemanusiaan. Oleh sebab itu ketika Islam menaklukkan sebuah kota dengan diakhiri perjanjian damai, maka seluruh penduduk kota walaupun beragama selain Islam akan dilindungi; berbeda dengan penaklukkan yang dilakukan bangsa Mongol terutama di abad ke 13.
Dalam Islam, seorang tentara yang berhasil bertahan hidup setelah melewati pertempuran, akan memperoleh sejumlah harta dari perang tersebut yang telah ditentukan sesuai peraturan, dan jika mati maka ia akan memperoleh anugerah yang luar biasa yaitu surga.
Oleh sebab moral dan motivasi tersebut, mayoritas pertempuran dimenangkan oleh Islam. Kuat dan kokohnya Islam pada masa tersebut membuat Kerajaan Visigoth tidak berdaya dan tidak mempunyai kesempatan untuk menyerang kembali.
Reconquista adalah upaya penaklukan kembali Andalusia ( Spanyol ) oleh kaum Kristen Eropa. Peristiwa Reconquista terjadi dalam rentang waktu yang sangat panjang. Awal peristiwa Reconquista ditandai dengan pertempuran Covadonga sekitar tahun 720 Masehi hingga jatuhnya keamiran Islam Granada pada 1492 Masehi.
Reconquista berakhir sesaat menjelang penemuan benua Amerika-yaitu "Dunia Baru"—oleh bangsa Eropa , yang kemudian pada era tersebut menimbulkan imperium kolonial Spanyol dan Portugal .
Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut salah satu faktor kegagalan Reconquista pada masa awal adalah karena militer Islam yang diwakili oleh Kekhalifahan Umayyah sangat kuat dan mempunyai moral yang tinggi.
Tentara Islam pada masa awal masuk ke Semenanjung Iberia mempunyai reputasi yang bagus karena memenangkan banyak pertempuran darat.
Kehebatan militer tersebut diwariskan selama 20 tahun pertama dalam mengontrol Semenanjung Iberia.
Kemenangan Kerajaan Asturias dalam Pertempuran Covadonga bukanlah sesuatu yang membuat lemah Islam, karena setelah kekalahan tersebut Islam justru semakin kuat.
Sejarah membuktikan dengan jumlah pasukan yang minim, Tharif bin Malik berani memasuki Andalusia. Begitu pula dengan Thariq bin Ziyad yang membawa 7000 pasukan.
Keberanian mereka pada waktu itu diakui menggemparkan dunia. Mungkin karena alasan itulah Julian meminta bantuan kepada Islam untuk menaklukkan Roderick.
Selain keberanian dan kehebatan kekuatan serta pengalaman dalam pertempuran di darat, pasukan Islam juga mempunyai moral yang tinggi. Hidup mulia atau mati syahid membuat pasukan Islam bertempur dengan gagah berani.
Berperang disertai jihad, apalagi di wilayah yang masih belum mengenal Islam, semakin menambah keberanian dan kemurnian mereka.
Keberanian tentara Islam tetap dengan catatan yaitu mematuhi aturan perang dan juga mempertimbangkan kemanusiaan. Oleh sebab itu ketika Islam menaklukkan sebuah kota dengan diakhiri perjanjian damai, maka seluruh penduduk kota walaupun beragama selain Islam akan dilindungi; berbeda dengan penaklukkan yang dilakukan bangsa Mongol terutama di abad ke 13.
Dalam Islam, seorang tentara yang berhasil bertahan hidup setelah melewati pertempuran, akan memperoleh sejumlah harta dari perang tersebut yang telah ditentukan sesuai peraturan, dan jika mati maka ia akan memperoleh anugerah yang luar biasa yaitu surga.
Oleh sebab moral dan motivasi tersebut, mayoritas pertempuran dimenangkan oleh Islam. Kuat dan kokohnya Islam pada masa tersebut membuat Kerajaan Visigoth tidak berdaya dan tidak mempunyai kesempatan untuk menyerang kembali.
Baca Juga
(mhy)