Yazid 3 Tahun Memerintah: Tragedi Karbala, Menyerang Madinah dan Menghancurkan Kakbah
Sabtu, 07 September 2024 - 07:42 WIB
Masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah pada Daulah Umayyah hanya selama 3 tahun yakni tahun 61- 63 H. Yazid mendapat perlawanan dari penduduk Kufah, Bashrah, dan Madinah terutama di Makkah. Di Kota Suci itu Abdullah bin Zubeir memberontak. Pemerintahan Yazid pun dihadapkan kepada kerusuhan-kerusuhan.
Dr H Syamruddin Nasution M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menyebut tahun pertama, Yazid membunuh Husein bin Ali di Karbala.
Kala itu penduduk Kufah mengundang Husein bin Ali untuk datang ke Kufah dan dijanjikan akan mereka angkat menjadi khalifah . Husein memenuhi undangan itu walaupun kepergiannya ke Kufah dicegah beberapa sahabat, tetapi Husein tetap berangkat dengan dikawal sekitar 200 orang, termasuk keluarganya.
Mendengar kedatangan Husein ke Kufah, Yazid memerintahkan Gubernur Kufah Ubaidillah bin Ziyad untuk mencegat Husein. Ubaidillah bersama 4000 tentaranya mencegat Husein di Karbala (25 mil Barat Laut Kufah), dan mereka membunuh Husein dan rombongannya.
Kepala Husein mereka penggal dan dikirim kepada Khalifah Yazid di Syam, sementara badannya mereka kuburkan di Karbala.Begitu melihat kepala Husein, Yazid menyayangkan kejadian itu dan mengutuk Ubaidillah bin Ziyad.
Peristiwa itu terjadi 10 Oktober 680 atau 10 Muharam 61 H. Sampai kini hari pembunuhan itu diperingati kaum Syi’ah sebagai hari “Tragedi Karbala”.
Padahal ayahnya Muawiyah telah membunuh Hasan sebelumnya dengan menyuruh salah seorang istri Hasan untuk meracuninya.
Tahun kedua, Yazid menjarah Madinah karena pendudukTanah Suci itu tidak mengakui kekhalifahannya. Penduduk Madinah memecat gubernur yang diangkat Yazid serta mengusir gubernur tersebut bersama dengan seluruh keturunan Bani Umaiyyah dari Madinah.
Bahkan menurut Ahmad Syalabi mereka memenjarakan semua orang-orang Bani Umaiyyah yang ada di Madinah. Hal itu menimbulkan kemarahan Yazid.
Oleh sebab itu, dia mengirim utusan dan meminta kepada penduduk Madinah agar mereka taat kepadanya tanpa peperangan; akan tetapi mereka menolak permintaan itu.
Yazid mengirim tentara ke sana di bawah pimpinan Muslim bin ‘Uqbah al-Murri, orang yang dikenal diktator dan kejam. Yazid berpesan kepadanya: “ajaklah mereka agar membai’atku dalam batas waktu tiga hari tanpa peperangan, dan jangan menyerang mereka, kecuali setelah habis batas waktu tiga hari itu”.
Akan tetapi penduduk Madinah tetap tidak mau membai’at Yazid”. Maka Muslim menyerang mereka dari jurusan al-Harrah.
Sayangnya, selama tiga hari, Muslim membolehkan para pasukannya melakukan tindakan brutal untuk berbuat saja apa yang mereka inginkan terhadap penduduk Madinah, sebagai kota suci Rasulullah, suatu hal yang tidak patut terjadi.
Tahun ketiga,Yazid menggempur Kakbah .Ia menyuruh panglimanya itu (Muslim bin Uqbah) agar melanjutkan penyerangannya ke Makkah untuk menaklukkan kota suci itu seperti yang telah dia lakukan untuk kota Madinah. Sebab di sana Abdullah bin Zubeir mengangkat dirinya sebagai khalifah dan diakui seluruh penduduk Hijaz.
Di tengah jalan dia meninggal dan digantikan oleh Husein bin Namir. Panglima baru ini mengepung Makkah, menembaki Masjidil Haram, merusak Kakbah dan memecahkan Hajral Aswad.
Dalam pada itu diberitakan bahwa Yazid meninggal dunia, Husein menghentikan serangan dan kembali Syam.
Yazid meninggal secara mendadak tanpa diketahui yang menjadi penyebabnya pemerintahannya digantikan oleh anaknya Muawiyah II bin Yazid, sebagai pengganti dia hanya memerintah selama 3 bulan dan sakit-sakitan, karena tidak mampu mengendalikan pemerintahan, dia mengundurkan diri.
Tidak ada pengganti lagi dari keturunan mereka. Dengan demikian berakhirlah masa pemerintahan Bani Umaiyyah dari Abu Sofyan dan beralih ke keturunan al-Hakam Abu Ash’ bin Umaiyyah yaitu Marwan bin Hakam.
Dr H Syamruddin Nasution M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menyebut tahun pertama, Yazid membunuh Husein bin Ali di Karbala.
Kala itu penduduk Kufah mengundang Husein bin Ali untuk datang ke Kufah dan dijanjikan akan mereka angkat menjadi khalifah . Husein memenuhi undangan itu walaupun kepergiannya ke Kufah dicegah beberapa sahabat, tetapi Husein tetap berangkat dengan dikawal sekitar 200 orang, termasuk keluarganya.
Mendengar kedatangan Husein ke Kufah, Yazid memerintahkan Gubernur Kufah Ubaidillah bin Ziyad untuk mencegat Husein. Ubaidillah bersama 4000 tentaranya mencegat Husein di Karbala (25 mil Barat Laut Kufah), dan mereka membunuh Husein dan rombongannya.
Kepala Husein mereka penggal dan dikirim kepada Khalifah Yazid di Syam, sementara badannya mereka kuburkan di Karbala.Begitu melihat kepala Husein, Yazid menyayangkan kejadian itu dan mengutuk Ubaidillah bin Ziyad.
Peristiwa itu terjadi 10 Oktober 680 atau 10 Muharam 61 H. Sampai kini hari pembunuhan itu diperingati kaum Syi’ah sebagai hari “Tragedi Karbala”.
Padahal ayahnya Muawiyah telah membunuh Hasan sebelumnya dengan menyuruh salah seorang istri Hasan untuk meracuninya.
Tahun kedua, Yazid menjarah Madinah karena pendudukTanah Suci itu tidak mengakui kekhalifahannya. Penduduk Madinah memecat gubernur yang diangkat Yazid serta mengusir gubernur tersebut bersama dengan seluruh keturunan Bani Umaiyyah dari Madinah.
Bahkan menurut Ahmad Syalabi mereka memenjarakan semua orang-orang Bani Umaiyyah yang ada di Madinah. Hal itu menimbulkan kemarahan Yazid.
Oleh sebab itu, dia mengirim utusan dan meminta kepada penduduk Madinah agar mereka taat kepadanya tanpa peperangan; akan tetapi mereka menolak permintaan itu.
Yazid mengirim tentara ke sana di bawah pimpinan Muslim bin ‘Uqbah al-Murri, orang yang dikenal diktator dan kejam. Yazid berpesan kepadanya: “ajaklah mereka agar membai’atku dalam batas waktu tiga hari tanpa peperangan, dan jangan menyerang mereka, kecuali setelah habis batas waktu tiga hari itu”.
Akan tetapi penduduk Madinah tetap tidak mau membai’at Yazid”. Maka Muslim menyerang mereka dari jurusan al-Harrah.
Sayangnya, selama tiga hari, Muslim membolehkan para pasukannya melakukan tindakan brutal untuk berbuat saja apa yang mereka inginkan terhadap penduduk Madinah, sebagai kota suci Rasulullah, suatu hal yang tidak patut terjadi.
Tahun ketiga,Yazid menggempur Kakbah .Ia menyuruh panglimanya itu (Muslim bin Uqbah) agar melanjutkan penyerangannya ke Makkah untuk menaklukkan kota suci itu seperti yang telah dia lakukan untuk kota Madinah. Sebab di sana Abdullah bin Zubeir mengangkat dirinya sebagai khalifah dan diakui seluruh penduduk Hijaz.
Di tengah jalan dia meninggal dan digantikan oleh Husein bin Namir. Panglima baru ini mengepung Makkah, menembaki Masjidil Haram, merusak Kakbah dan memecahkan Hajral Aswad.
Dalam pada itu diberitakan bahwa Yazid meninggal dunia, Husein menghentikan serangan dan kembali Syam.
Yazid meninggal secara mendadak tanpa diketahui yang menjadi penyebabnya pemerintahannya digantikan oleh anaknya Muawiyah II bin Yazid, sebagai pengganti dia hanya memerintah selama 3 bulan dan sakit-sakitan, karena tidak mampu mengendalikan pemerintahan, dia mengundurkan diri.
Tidak ada pengganti lagi dari keturunan mereka. Dengan demikian berakhirlah masa pemerintahan Bani Umaiyyah dari Abu Sofyan dan beralih ke keturunan al-Hakam Abu Ash’ bin Umaiyyah yaitu Marwan bin Hakam.
(mhy)