Kisah Utsman bin Affan Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat dan Militer
Rabu, 09 Oktober 2024 - 14:20 WIB
Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644 sampai 656 dan merupakan Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama. Sama seperti dua pendahulunya, Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab , Utsman termasuk salah satu sahabat utama Nabi Muhammad SAW .
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menuturkan tatkala Utsman dilantik menjadi khalifah Banu Hasyim tidak puas dan Utsman tahu akan hal itu.
Di sisi lain, rakyat umumnya mengharapkan adanya suatu garis kebijakan yang tidak sama dengan kebijakan Umar bin Khattab yang begitu tegas dan keras.
"Mereka menginginkan terciptanya kehidupan yang lebih lunak dari yang biasa selama itu," tulis Haekal.
Menurutnya, Utsman bin Affan tahu bahwa militer adalah tonggak ketertiban, pelindung Islam dan yang membela Kedaulatan itu. Kalau ia mampu merangkul rakyat dan angkatan bersenjata, orang akan merasa puas dan menyambut baik pemerintahannya.
Dia tahu bahwa pejabat-pejabat di daerah-daerah yang sudah dibebaskan adalah pembantu-pembantunya yang pertama. Kalau mereka sudah menyambut baik, mereka akan menjaga ketertiban dan akan menanamkan rasa aman dalam hati penduduk di seluruh kawasan itu.
Langkah pertama yang dilakukan oleh Utsman adalah lebih memperbesar bantuan kepada rakyat daripada masa Umar dulu. Tambahan bantuan yang diberikan kepada prajurit untuk setiap orang 100 dirham dari yang sudah ditetapkan oleh Umar.
Selama dalam bulan Ramadan setiap malam untuk keperluan iftar (berbuka puasa) Umar mengeluarkan satu dirham dari Baitulmal untuk setiap orang dan untuk para Ummulmukminin dua dirham.
Hal ini diperkuat oleh Utsman dan ia memberi tambahan pula. Di samping itu ia memberi jamuan untuk mereka yang mengkhususkan ibadahnya dan beriktikaf (di masjid), untuk orang-orang yang dalam perjalanan serta untuk fakir miskin.
Dengan demikian, prajurit-prajurit dan rakyat merasa puas. Mereka melihat Utsman memberi harapan hidup yang lebih baik untuk masa depan mereka.
Tak ada orang yang akan mempersalahkan Utsman sementara kekayaan terus mengalir dari segenap penjuru kedaulatan itu. Kemudahan yang sudah dibukakan lebar-lebar oleh Amirulmukminin kepada kaum Muslimin jangan pula dipersempit.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menuturkan tatkala Utsman dilantik menjadi khalifah Banu Hasyim tidak puas dan Utsman tahu akan hal itu.
Di sisi lain, rakyat umumnya mengharapkan adanya suatu garis kebijakan yang tidak sama dengan kebijakan Umar bin Khattab yang begitu tegas dan keras.
"Mereka menginginkan terciptanya kehidupan yang lebih lunak dari yang biasa selama itu," tulis Haekal.
Menurutnya, Utsman bin Affan tahu bahwa militer adalah tonggak ketertiban, pelindung Islam dan yang membela Kedaulatan itu. Kalau ia mampu merangkul rakyat dan angkatan bersenjata, orang akan merasa puas dan menyambut baik pemerintahannya.
Dia tahu bahwa pejabat-pejabat di daerah-daerah yang sudah dibebaskan adalah pembantu-pembantunya yang pertama. Kalau mereka sudah menyambut baik, mereka akan menjaga ketertiban dan akan menanamkan rasa aman dalam hati penduduk di seluruh kawasan itu.
Langkah pertama yang dilakukan oleh Utsman adalah lebih memperbesar bantuan kepada rakyat daripada masa Umar dulu. Tambahan bantuan yang diberikan kepada prajurit untuk setiap orang 100 dirham dari yang sudah ditetapkan oleh Umar.
Selama dalam bulan Ramadan setiap malam untuk keperluan iftar (berbuka puasa) Umar mengeluarkan satu dirham dari Baitulmal untuk setiap orang dan untuk para Ummulmukminin dua dirham.
Hal ini diperkuat oleh Utsman dan ia memberi tambahan pula. Di samping itu ia memberi jamuan untuk mereka yang mengkhususkan ibadahnya dan beriktikaf (di masjid), untuk orang-orang yang dalam perjalanan serta untuk fakir miskin.
Dengan demikian, prajurit-prajurit dan rakyat merasa puas. Mereka melihat Utsman memberi harapan hidup yang lebih baik untuk masa depan mereka.
Tak ada orang yang akan mempersalahkan Utsman sementara kekayaan terus mengalir dari segenap penjuru kedaulatan itu. Kemudahan yang sudah dibukakan lebar-lebar oleh Amirulmukminin kepada kaum Muslimin jangan pula dipersempit.
(mhy)