Jangan Menganggap Enteng Dosa-Dosa Kecil, Begini Penjelasannya

Rabu, 16 Oktober 2024 - 15:33 WIB
Dosa-dosa kecil ini dapat dihapuskan oleh salat lima waktu, salat Jumat, puasa Ramadan dan qiyam lail. Ilustrasi: AI
Dosa-dosa kecil, oleh agama disebut dengan istilah lamam (remeh) dan muhaqqarat (hina). "Hampir tidak ada orang yang luput dari dosa kecil ini. Oleh karena itu, dosa-dosa kecil ini sangat berbeda dengan dosa-dosa besar," ujar Syaikh Yusuf al-Qardhawi .

Dosa-dosa kecil ini dapat dihapuskan oleh salat lima waktu, salat Jumat, puasa Ramadan dan qiyam lail, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis :

"Salat lima waktu, salat Jumat kepada salat Jumat berikutnya, puasa Ramadan hingga puasa Ramadan berikutnya dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, apabila seseorang menjauhkan diri dari dosa-dosa yang besar." (HR Muslim dari Abu Hurairah ra )

Dalam as-Shahihain, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apakah pendapatmu apabila ada sebuah sungai berada di depan pintu rumah salah seorang di antara kamu, kemudian dia mandi setiap dan sebanyak lima kali; maka apakah masih ada lagi sesuatu kotoran di badannya? Begitulah perumpamaan salat lima waktu itu, di mana Allah SWT menghapuskan kesalahan-kesalahan kecil hamba-Nya." (Muttafaq Allaih dari Abu Hurairah r.a.)



Dalam kitab yang sama disebutkan, "Barangsiapa berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan keyakinan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu."

"Barang siapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan penuh keimanan dan penuh perhitungan, maka akan diampuni dosa-dosanya terdahulu." (Muttafaq Allaih dari Abu Hurairah r.a.)

Bahkan al-Qur'an menyebutkan bahwa hanya dengan sekadar menjauhi dosa-dosa besar, maka dosa-dosa kecil akan diampuni. Allah SWT berfirman: "Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, maka Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." ( QS an-Nisa' : 31)

Adapun dosa-dosa besar tidak akan diampuni kecuali dengan melakukan tobat yang benar.

Sedangkan dosa-dosa kecil, hampir dilakukan oleh setiap orang awam. Oleh sebab itu, ketika Allah memberikan sifat kepada orang yang suka berbuat baik di antara para hamba-Nya, Dia tidak memberikan sifat kepada mereka kecuali dengan "menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan yang keji."

"... dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf." ( QS as-Syura : 36-37)



"Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya..." ( QS an-Najm : 31-32)

Itulah sifat orang-orang yang suka melakukan kebaikan, dan memiliki sifat yang baik. Mereka menjauhkan diri dari dosa besar, dan kekejian, kecuali dosa-dosa kecil (al-lamam).

Penafsiran Kata Al-Lamam

Ada beberapa riwayat dari para ulama terdahulu berkaitan dengan penafsiran kata "al-lamam" dalam ayat tersebut. Ada di antara mereka berkata, "Artinya, mereka tahu bahwa perbuatan itu merupakan suatu dosa, kemudian mereka tidak mengulanginya lagi walaupun itu dosa besar."

Abu Salih berkata, "Aku pernah ditanya tentang firman Allah 'al-laman' kemudian aku berkata, 'Yaitu dosa yang diketahui oleh seseorang kemudian dia tidak mengulangi dosa itu kembali.' Kemudian aku menyebutkan jawaban itu kepada Ibn Abbas. Maka dia berkata, 'Sungguh engkau telah dibantu oleh malaikat yang mulia dalam menafsirkan kata itu.'"



Jumhur ulama berkata bahwa sesungguhnya al-lamam adalah berada di bawah tingkatan dosa-dosa besar. Begitulah riwayat yang paling shahih di antara riwayat yang berasal dari Ibn Abbas, sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Bukhari: "Aku tidak melihat hal yang lebih serupa dengan al-lamam kecuali apa yang dikatakan oleh Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW:

"Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagian-bagian zina terhadap anak Adam. Dia pasti melakukan hal itu. Mata berzina dengan melakukan penglihatan, lidah berzina dengan melakukan percakapan, hawa nafsu melakukan zina dengan berkhayal dan mengumbar syahwat, kemudian farji membenarkan atau mendustakannya.'" (Diriwayatkan oleh Muslim).

Dalam riwayat itu juga disebutkan: "Kedua mata melakukan zina dengan pandangan, kedua telinga melakukan zina dengan pendengaran, lidah melakukan zina dengan percakapan, dan tangan melakukan zina dengan memukul, serta kaki melakukan zina dengan melangkah."

Imam Ibn al-Qayyim dalam Madarij ai-Salikin berkata, "Yang benar adalah pendapat Jumhur ulama yang mengatakan bahwa al-lamam ialah dosa-dosa kecil, seperti melihat, mengedipkan mata, mencium, dan lain-lain.

Pendapat ini berasal dan Jumhur sahabat dan orang-orang setelah mereka; seperti Abu Hurairah r.a., Ibn Mas'ud, Ibn Abbas, Masruq, dan al-Sya'bi. Pendapat ini tidak menafikan pendapat Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas dalam riwayat yang lainnya: 'Yakni seseorang mengetahui dosa besar itu kemudian dia tidak mengulanginya lagi.' Karena sesungguhnya al-lamam sama-sama mencakup keduanya.



Ini bermakna bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas bermaksud bahwa ada seseorang yang melakukan dosa besar satu kali, kemudian dia tidak mengulanginya lagi, dan hanya sekali itu dilakukan dalam hidupnya, dan ini dinamakan al-lamam.

Kedua orang ini juga berpandangan bahwa al-lamam juga dapat berarti dosa-dosa kecil yang lama kelamaan menjadi besar karena sering diulang berkali-kali. Dan itulah yang dipahami dari pendapat para sahabat r.a., dari kedalaman ilmu mereka.

Tidak diragukan lagi bahwasanya Allah SWT membedakan toleransi kepada hamba-Nya satu atau dua kali, atau tiga kali. Yang dikhawatirkan ialah kesalahan kecil yang seringkali dilakukan sehingga menjadi kebiasaan. Dan bila sering dilakukan maka akan bertumpuk menjadi dosa yang banyak," demikian Ibnu Qayyim.

Walaupun syariah agama ini memberikan toleransi dan menganggap enteng dosa-dosa kecil dan ringan, tetapi dia memberikan peringatan agar tidak mengentengkannya, dengan terus melakukannya. Karena semua perkara yang kecil apabila ditambah dengan perkara yang kecil secara terus-menerus maka akan menjadi besar. Sesungguhnya dosa-dosa yang kecil dapat menjadi dosa besar, dan dosa besar mengakibatkan kepada kekufuran. Kebanyakan api yang besar asalnya adalah api yang kecil.



Sehubungan dengan hal ini Sahl bin Sa,ad meriwayatkan dari Nabi SAW, "Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil adalah sama dengan perumpamaan suatu kaum yang turun ke sebuah lembah. Kemudian ada seorang di antara mereka membawa satu batang kayu, lalu ada lagi orang lain yang membawa sebatang kayu lagi, sampai batang kayu itu dapat dipergunakan untuk memasak roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu bila dilakukan secara terus-menerus, dapat membinasakan orang yang melakukannya." (HR Ahmad)

Ibn Mas'ud meriwayatkan dengan lafal: "Jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa kecil yang berkumpul pada diri seseorang akan dapat menghancurkannya." Dan sesungguhnya RasulullahSAW mengambil satu perumpamaan dosa kecil ini bagaikan suatu kaum yang tinggal di suatu lembah, lalu datang seorang pembuat roti, kemudian dia menyuruh orang untuk pergi mencari batang kayu; kemudian orang-orang datang membawa batang kayu itu sampai jumlahnya sangat banyak. Lalu mereka menyalakan api dan memasak apa yang mereka berikan kepada tukang roti itu." (Ahmad dan Thabrani)

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
قُلۡ اِنۡ كَانَ لِلرَّحۡمٰنِ وَلَدٌ ۖ فَاَنَا اَوَّلُ الۡعٰبِدِيۡنَ (٨١) سُبۡحٰنَ رَبِّ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ رَبِّ الۡعَرۡشِ عَمَّا يَصِفُوۡنَ (٨٢)
Katakanlah (Muhammad), Jika benar Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakan anak itu. Mahasuci Tuhan pemilik langit dan bumi, Tuhan pemilik 'Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu.

(QS. Az-Zukhruf Ayat 81-82)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More