Kisah Kegagalan Romawi Menguasai Mesir Kembali di Era Khalifah Utsman bin Affan
Kamis, 17 Oktober 2024 - 14:35 WIB
Kaisar Konstans II atau Constans II bertekad merebut kembali Mesir saat Khalifah Umar bin Khattab wafat dan digantikan Khalifah Utsman bin Affan . Kaisar Romawi ini menyiapkan sebuah armada terdiri dari 300 buah kapal lengkap dengan tenaga manusianya, dipimpin oleh Manuel. Pasukan ini menuju ke Aleksandria atau Iskandariyyah.
Pasukan Romawi sukses mengantarkan armadanya sampai ke Iskandariyyah dan mendaratkan pasukannya di kota itu. Di ibu kota Mesir itu mereka disambut oleh penduduk Romawi yang tinggal di sana dan mereka segera bergabung lalu bersama-sama menuju ke asrama pasukan muslim. Semua penghuni asrama itu mereka bunuh, kecuali beberapa orang yang masih sempat lari.
Pendaratan pasukan Romawi di Iskandariyyah itu jatuh pada bulan-bulan pertama tahun 25 Hijri (664 M), yakni selang setahun dan beberapa bulan sesudah pelantikan Utsman. Selanjutnya mereka terus merangsek menguasai daerah sekitarnya. Sementara pasukan Muslim bertahan di bentengNaqyus menanti pasukan Romawi.
Pada saat pasukan Romawi memasuki kota itu maka perang sengit pun pecah. Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan bahwa salah seorang panglima Romawi dengan senjata berlapis emas melihat orang-orang dari bangsanya dan dari musuh yang terbunuh ia maju menyeruak barisan itu dan mengajak pihak Arab berduel.
Seseorang yang bernama Haumal maju menyambut tantangan itu dan mereka berduel lama sekali dengan dua tombak tanpa ada yang menang. Orang Romawi itu melemparkan tombaknya dan mencabut pedangnya yang disambut juga demikian oleh Haumal.
Begitu berani dan begitu pandai mereka bertarung sehingga kedua pasukan itu berdiri di belakang barisan masing-masing menyaksikan pemandangan kepahlawanan yang sangat mengasyikkan itu. Kedua satria perang itu sama-sama melompat dan saling menerkam dengan pedang, kemudian ketika orang Romawi itu hendak dengan sekali terkam menyerang lawannya, Haumal segera menyambutnya dengan pedangnya dan berhasil menghabisinya. Haumal mengalami luka-luka berat yang sampai dibawa mati beberapa hari kemudian.
Pertempuran kembali berkecamuk sesudah kematian pahlawan Romawi itu, dengan kedua pasukan yang kini berhadap-hadapan dan melibatkan semua mereka. Pertarungan sengit pecah lagi.
Tindakan Haumal itu telah meningkatkan semangat baru dalam jiwa pasukan Muslimin, masing-masing mereka ingin punya keberanian seperti Haumal. Maka terjunlah mereka menyerbu musuh, ingin mati syahid dan melihat pintu surga sudah terbuka bagi mereka. Kala itu, pasukan Romawi tak tahan lagi menghadapi gempuran lawan. Mereka mulai patah semangat dan sudah merasa kelelahan.
Mereka berbalik lari tanpa melihat kanan kiri lagi, lari hendak kembali ke Iskandariah dan berlindung dari maut ke dalam benteng-benteng kota itu. Tetapi pasukan Arab terus mengejar mereka. Kemenangan yang telah diperolehnya telah melipatgandakan kekuatan yang ada. Sedikit pun mereka tidak ragu bahwa Allah akan menolong mereka dalam menghadapi musuh.
Haumal meninggal beberapa hari setelah peristiwa Naqyus itu dan jenazahnya dikirim oleh Amr ke Fustat dalam keranda dan dikuburkan dalam sebuah upacara kehormatan luar biasa bagi seorang pahlawan yang amat pemberani itu.
Al-Maqrizi mengatakan: "Amr meratapi sambil ikut mengusung kerandanya sampai ke pemakaman di Muqattam." Amr kemudian kembali setelah menunaikan kewajibannya yang terakhir kepada pahlawan yang mati syahid ini. Sesudah itu ia berangkat bersama angkatan bersenjatanya mengejar musuh yang sudah kalah itu untuk kemudian mengepungnya di ibu kota yang besar itu.
Dalam perjalanan mengejar musuh pihak Muslimin tidak menemui kesulitan. Perjalanan mereka tidak teralangi oleh keberanian musuh menghancurkan jembatan-jembatan dan merusak beberapa jalan.
Orang-orang Kopti Mesir sudah cukup menderita oleh kebengisan pasukan Romawi, yang telah merampok harta mereka di setiap desa yang mereka lalui, sesudah pendaratan mereka di Iskandariah. Mereka tidak melupakan penindasan agama yang dilakukan pihak Romawi selama bertahun-tahun sebelum Mesir dibebaskan pasukan Arab. Juga mereka ingat bahwa pembebasan itu telah menyelamatkan mereka dari berbagai penindasan.
Sesudah pasukan Romawi hancur di Naqyus dan mereka lari mencari perlindungan di benteng-benteng Iskandariah setelah menghancurkan jembatan-jembatan dan merusak jalan-jalan, orang-orang Kopti penduduk desa itu bergegas tatkala melihat pasukan Arab mengejar pasukan Romawi yang kejam itu.
Infrastruktur yangdirusak pihak Romawi segera mereka perbaiki dan mereka memberikan bantuan kepada pasukan Arab berupa perlengkapan dan bahan makanan, dengan memperlihatkan kegembiraan atas bencana yang telah menimpa pihak Rumawi. Pihak Arab makin merasa yakin akan hari depannya, dan bahwa mereka tidak akan datang lagi menyerang dari belakang.
Penyesalan Amr bin Ash
Amr bin Ash sudah sampai di tembok-tembok Iskandariah. Pihak Romawi berlindung di dalam benteng-benteng itu menutup semua pintu rapat-rapat. Mereka memasang beberapa manjaniq di tingkat-tingkat atas dan menembaki siapa saja yang berani mendekati kota.
Amr merasa menyesal sekali tatkala tampak di hadapannya ibu kota yang sudah memperkuat diri begitu kukuh. Dia pikir bahwa dia telah melakukan kesalahan dengan membiarkan tembok-tembok itu tetap tegak tatkala pertama kali ia membebaskan kota itu.
Ia bersumpah, kalau Allah memberikan kemenangan kepadanya tembok-tembok itu akan dihancurkannya. Kala itu ia dan pasukannya bermarkas di sebelah timur kota untuk mengepungnya dari suatu tempat, antara laut dengan terusan Su'ban, sehingga tak ada lagi orang yang akan dapat keluar dari sana.
Komandan Romawi Terbunuh
Pasukan muslim memasuki kota itu dengan paksa. Mereka masuk dengan membunuh dan membakar, dan bahwa sebagian pasukan Romawi yang di kota melarikan diri ke laut, bahwa sebagian mereka terbunuh di kota, dan komandannya, Manuel yang kebirian itu termasuk di antara yang terbunuh.
Dengan terus membunuh dan mengambil rampasan perang pasukan Arab masuk ke tengah-tengah kota dan sudah tak ada lagi tentara yang akan dilawan. Ketika itulah Amr memerintahkan agar mereka yang masih ada mengangkat tangan. Setelah itu di tempat terselamatkannya pertumpahan darah itu dibangun sebuah mesjid, yakni Masjid ar-Rahmah.
Pasukan Romawi itu tunggang-langgang ke kapal-kapal mereka, dan terus lari menyelamatkan diri melalui laut. Setelah itu keadaan di kota Iskandariah aman kembali. Penduduk Mesir pun kembali dari tempat mereka melarikan diri ketika pasukan Romawi memasuki kota itu.
Sejarawan Butler mengatakan bahwa Uskup Kopti, Benyamin termasuk yang juga melarikan diri tapi kemudian kembali, dan bahwa dia yang meminta kepada Amr agar memperlakukan orang Kopti itu baik-baik karena perjanjian mereka dengan dia tidak mereka langgar, dan bahwa meminta agar jangan membuat perjanjian damai dengan pihak Romawi dan bila dia mati agar dikuburkan di gereja Yakhnas (Yohanas?).
Akan tetapi para sejarawan Arab mengatakan bahwa yang mengajukan permintaan demikian itu kepada Amr itu adalah Muqauqis. Dalam hal ini yang lebih tepat ialah bahwa Muqauqis itu adalah Benyamin, sebab Muqauqis itu gelar, bukan nama. Dengan demikian kedua sumber tersebut sejalan.
Dengan begitu Amr telah membebaskan kembali Iskandariah, dan selesailah sudah pengusiran pasukan Romawi dari Mesir untuk kedua kalinya. Antara kedatangan mereka ke Iskandariah sampai kaburnya mereka dari kota itu, sekali ini hanya selang beberapa bulan.
Dalam waktu yang begitu singkat Amr telah mampu mencapai tujuannya. Dengan kembalinya Muslimin dan pemerintahannya itu, sekali lagi rakyat Mesir merasa lega. Sebelumnya, pemerintahan itu buat mereka memang sudah tidak asing lagi dan mereka sangat puas dengan keadilan yang mereka rasakan.
Sekarang mereka merasa senang dan tenteram sekali setelah sebelum itu mereka melihat pihak Romawi menjarah harta mereka. Sebaliknya sekarang, yang mereka lihat justru pasukan Muslimin mengembalikan harta mereka yang dirampas itu kepada mereka, setelah berhasil merampas kembali harta itu dari pasukan Romawi.
Setelah keadaan kembali aman dan tenteram penduduk desa-desa itu datang menemui Amr di ibu kota, dan kata mereka: "Binatang ternak kami dan harta kami telah diambil oleh Romawi; kami tidak menentang Anda, kami setia kepada Anda."
Segala yang sudah diperoleh pasukan Muslimin itu oleh Amr diperlihatkan kepada mereka, dan dimintanya kepada mereka yang mengaku memiliki barang-barang itu membuktikan. Kepada mereka yang dapat memperkuat pengakuannya itu dengan bukti, barang-barang itu pun dikembalikan kepada mereka.
Sesudah itu, baik Amr maupun rakyat Mesir sudah tidak ragu lagi bahwa kawasan Mesir kini sudah akan kembali seperti semula ketika pertama kali dibebaskan. Dalam beberapa hal mereka sudah mengenal baik siapa Amr. Dia akan mengatur kebijakan dan menjalankan administrasi pemerintahan dengan adil dan dengan pandangannya yang sudah dikenal baik oleh penduduk.
Pasukan Romawi sukses mengantarkan armadanya sampai ke Iskandariyyah dan mendaratkan pasukannya di kota itu. Di ibu kota Mesir itu mereka disambut oleh penduduk Romawi yang tinggal di sana dan mereka segera bergabung lalu bersama-sama menuju ke asrama pasukan muslim. Semua penghuni asrama itu mereka bunuh, kecuali beberapa orang yang masih sempat lari.
Pendaratan pasukan Romawi di Iskandariyyah itu jatuh pada bulan-bulan pertama tahun 25 Hijri (664 M), yakni selang setahun dan beberapa bulan sesudah pelantikan Utsman. Selanjutnya mereka terus merangsek menguasai daerah sekitarnya. Sementara pasukan Muslim bertahan di bentengNaqyus menanti pasukan Romawi.
Baca Juga
Pada saat pasukan Romawi memasuki kota itu maka perang sengit pun pecah. Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan bahwa salah seorang panglima Romawi dengan senjata berlapis emas melihat orang-orang dari bangsanya dan dari musuh yang terbunuh ia maju menyeruak barisan itu dan mengajak pihak Arab berduel.
Seseorang yang bernama Haumal maju menyambut tantangan itu dan mereka berduel lama sekali dengan dua tombak tanpa ada yang menang. Orang Romawi itu melemparkan tombaknya dan mencabut pedangnya yang disambut juga demikian oleh Haumal.
Begitu berani dan begitu pandai mereka bertarung sehingga kedua pasukan itu berdiri di belakang barisan masing-masing menyaksikan pemandangan kepahlawanan yang sangat mengasyikkan itu. Kedua satria perang itu sama-sama melompat dan saling menerkam dengan pedang, kemudian ketika orang Romawi itu hendak dengan sekali terkam menyerang lawannya, Haumal segera menyambutnya dengan pedangnya dan berhasil menghabisinya. Haumal mengalami luka-luka berat yang sampai dibawa mati beberapa hari kemudian.
Pertempuran kembali berkecamuk sesudah kematian pahlawan Romawi itu, dengan kedua pasukan yang kini berhadap-hadapan dan melibatkan semua mereka. Pertarungan sengit pecah lagi.
Tindakan Haumal itu telah meningkatkan semangat baru dalam jiwa pasukan Muslimin, masing-masing mereka ingin punya keberanian seperti Haumal. Maka terjunlah mereka menyerbu musuh, ingin mati syahid dan melihat pintu surga sudah terbuka bagi mereka. Kala itu, pasukan Romawi tak tahan lagi menghadapi gempuran lawan. Mereka mulai patah semangat dan sudah merasa kelelahan.
Mereka berbalik lari tanpa melihat kanan kiri lagi, lari hendak kembali ke Iskandariah dan berlindung dari maut ke dalam benteng-benteng kota itu. Tetapi pasukan Arab terus mengejar mereka. Kemenangan yang telah diperolehnya telah melipatgandakan kekuatan yang ada. Sedikit pun mereka tidak ragu bahwa Allah akan menolong mereka dalam menghadapi musuh.
Haumal meninggal beberapa hari setelah peristiwa Naqyus itu dan jenazahnya dikirim oleh Amr ke Fustat dalam keranda dan dikuburkan dalam sebuah upacara kehormatan luar biasa bagi seorang pahlawan yang amat pemberani itu.
Al-Maqrizi mengatakan: "Amr meratapi sambil ikut mengusung kerandanya sampai ke pemakaman di Muqattam." Amr kemudian kembali setelah menunaikan kewajibannya yang terakhir kepada pahlawan yang mati syahid ini. Sesudah itu ia berangkat bersama angkatan bersenjatanya mengejar musuh yang sudah kalah itu untuk kemudian mengepungnya di ibu kota yang besar itu.
Dalam perjalanan mengejar musuh pihak Muslimin tidak menemui kesulitan. Perjalanan mereka tidak teralangi oleh keberanian musuh menghancurkan jembatan-jembatan dan merusak beberapa jalan.
Orang-orang Kopti Mesir sudah cukup menderita oleh kebengisan pasukan Romawi, yang telah merampok harta mereka di setiap desa yang mereka lalui, sesudah pendaratan mereka di Iskandariah. Mereka tidak melupakan penindasan agama yang dilakukan pihak Romawi selama bertahun-tahun sebelum Mesir dibebaskan pasukan Arab. Juga mereka ingat bahwa pembebasan itu telah menyelamatkan mereka dari berbagai penindasan.
Sesudah pasukan Romawi hancur di Naqyus dan mereka lari mencari perlindungan di benteng-benteng Iskandariah setelah menghancurkan jembatan-jembatan dan merusak jalan-jalan, orang-orang Kopti penduduk desa itu bergegas tatkala melihat pasukan Arab mengejar pasukan Romawi yang kejam itu.
Infrastruktur yangdirusak pihak Romawi segera mereka perbaiki dan mereka memberikan bantuan kepada pasukan Arab berupa perlengkapan dan bahan makanan, dengan memperlihatkan kegembiraan atas bencana yang telah menimpa pihak Rumawi. Pihak Arab makin merasa yakin akan hari depannya, dan bahwa mereka tidak akan datang lagi menyerang dari belakang.
Penyesalan Amr bin Ash
Amr bin Ash sudah sampai di tembok-tembok Iskandariah. Pihak Romawi berlindung di dalam benteng-benteng itu menutup semua pintu rapat-rapat. Mereka memasang beberapa manjaniq di tingkat-tingkat atas dan menembaki siapa saja yang berani mendekati kota.
Amr merasa menyesal sekali tatkala tampak di hadapannya ibu kota yang sudah memperkuat diri begitu kukuh. Dia pikir bahwa dia telah melakukan kesalahan dengan membiarkan tembok-tembok itu tetap tegak tatkala pertama kali ia membebaskan kota itu.
Ia bersumpah, kalau Allah memberikan kemenangan kepadanya tembok-tembok itu akan dihancurkannya. Kala itu ia dan pasukannya bermarkas di sebelah timur kota untuk mengepungnya dari suatu tempat, antara laut dengan terusan Su'ban, sehingga tak ada lagi orang yang akan dapat keluar dari sana.
Komandan Romawi Terbunuh
Pasukan muslim memasuki kota itu dengan paksa. Mereka masuk dengan membunuh dan membakar, dan bahwa sebagian pasukan Romawi yang di kota melarikan diri ke laut, bahwa sebagian mereka terbunuh di kota, dan komandannya, Manuel yang kebirian itu termasuk di antara yang terbunuh.
Dengan terus membunuh dan mengambil rampasan perang pasukan Arab masuk ke tengah-tengah kota dan sudah tak ada lagi tentara yang akan dilawan. Ketika itulah Amr memerintahkan agar mereka yang masih ada mengangkat tangan. Setelah itu di tempat terselamatkannya pertumpahan darah itu dibangun sebuah mesjid, yakni Masjid ar-Rahmah.
Pasukan Romawi itu tunggang-langgang ke kapal-kapal mereka, dan terus lari menyelamatkan diri melalui laut. Setelah itu keadaan di kota Iskandariah aman kembali. Penduduk Mesir pun kembali dari tempat mereka melarikan diri ketika pasukan Romawi memasuki kota itu.
Sejarawan Butler mengatakan bahwa Uskup Kopti, Benyamin termasuk yang juga melarikan diri tapi kemudian kembali, dan bahwa dia yang meminta kepada Amr agar memperlakukan orang Kopti itu baik-baik karena perjanjian mereka dengan dia tidak mereka langgar, dan bahwa meminta agar jangan membuat perjanjian damai dengan pihak Romawi dan bila dia mati agar dikuburkan di gereja Yakhnas (Yohanas?).
Akan tetapi para sejarawan Arab mengatakan bahwa yang mengajukan permintaan demikian itu kepada Amr itu adalah Muqauqis. Dalam hal ini yang lebih tepat ialah bahwa Muqauqis itu adalah Benyamin, sebab Muqauqis itu gelar, bukan nama. Dengan demikian kedua sumber tersebut sejalan.
Dengan begitu Amr telah membebaskan kembali Iskandariah, dan selesailah sudah pengusiran pasukan Romawi dari Mesir untuk kedua kalinya. Antara kedatangan mereka ke Iskandariah sampai kaburnya mereka dari kota itu, sekali ini hanya selang beberapa bulan.
Dalam waktu yang begitu singkat Amr telah mampu mencapai tujuannya. Dengan kembalinya Muslimin dan pemerintahannya itu, sekali lagi rakyat Mesir merasa lega. Sebelumnya, pemerintahan itu buat mereka memang sudah tidak asing lagi dan mereka sangat puas dengan keadilan yang mereka rasakan.
Sekarang mereka merasa senang dan tenteram sekali setelah sebelum itu mereka melihat pihak Romawi menjarah harta mereka. Sebaliknya sekarang, yang mereka lihat justru pasukan Muslimin mengembalikan harta mereka yang dirampas itu kepada mereka, setelah berhasil merampas kembali harta itu dari pasukan Romawi.
Setelah keadaan kembali aman dan tenteram penduduk desa-desa itu datang menemui Amr di ibu kota, dan kata mereka: "Binatang ternak kami dan harta kami telah diambil oleh Romawi; kami tidak menentang Anda, kami setia kepada Anda."
Segala yang sudah diperoleh pasukan Muslimin itu oleh Amr diperlihatkan kepada mereka, dan dimintanya kepada mereka yang mengaku memiliki barang-barang itu membuktikan. Kepada mereka yang dapat memperkuat pengakuannya itu dengan bukti, barang-barang itu pun dikembalikan kepada mereka.
Sesudah itu, baik Amr maupun rakyat Mesir sudah tidak ragu lagi bahwa kawasan Mesir kini sudah akan kembali seperti semula ketika pertama kali dibebaskan. Dalam beberapa hal mereka sudah mengenal baik siapa Amr. Dia akan mengatur kebijakan dan menjalankan administrasi pemerintahan dengan adil dan dengan pandangannya yang sudah dikenal baik oleh penduduk.
(mhy)