Kisah Amr bin Ash Menaklukkan Iskandariah: Asal-usul Bukit Syarik
loading...
A
A
A
Tatkala Amr bin Ash dan pasukannya akan menaklukan Iskandariah, setelah sukses merebut benteng Babilon Mesir , mereka menyerang Naqiyus dan meraih sekses besar. Benteng di sini juga takluk. Tentara Romawi yang selamat mencoba melarikan diri ke Iskandariah.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000) menceritakan selama tinggal di Naqiyus, Amr bin Ash membersihkan semua bekas Romawi.
Ia menugaskan Syarik bin Sumayya dengan sebuah satuan untuk mengawasi pasukan Romawi yang lari dari Naqiyus menuju Iskandariah.
Syarik dapat menyusul pasukan Romawi yang lari itu. Melihat Syarik dan satuannya yang kecil tak akan mampu mengadakan perlawanan, mereka berbalik dan mengepungnya.
Sesudah Syarik melihat jumlah yang besar, dan ia juga melihat ada dataran tinggi tak jauh dari tempatnya itu, ia segera berlindung dan memerangi mereka dari atas dataran itu. Akan tetapi ia baru menyadari bahwa kalau ia tak mendapat bala bantuan, ia akan hancur.
Ia segera mengutus Malik bin Na'imah asÂSadafi, seorang penunggang kuda yang mahir. Malik segera turun dari dataran tinggi itu sambil menyerang pasukan Romawi, dan terus lari ke tempat Amr di Naqiyus sehingga tak ada yang dapat mengejarnya.
Amr memberikan bala bantuan kepada Syarik begitu diketahui kedudukannya yang serba sulit itu. Mengetahui adanya bala bantuan itu pasukan Romawi segera angkat kaki, lari sebelum saling berhadapan.
Sejak hari itu tanah tinggi tempat terjadinya pertempuran tersebut diberi nama menurut nama panglima Arab yang berlindung di tempat itu, yang sampai sekarang dikenal dengan nama "Bukit Syarik."
Dengan persenjataan lengkap Amr menyusul Syarik dan satuannya, dengan meninggalkan ruas jalan Rasyid di sebelah kanan dan menyusuri ruas jalan Kanubi yang menuju ke Iskandariah.
Mengetahui pihak Romawi sudah siap hendak menghadangnya di Sultais, sejauh 6 mil di selatan Damanhur, ia pun menuju ke sana. Pertempuran sengit pun terjadi yang berakhir dengan kekalahan pasukan Romawi.
Bagaimana mereka tak akan kalah, di tempat itu tak terdapat benteng untuk tempat mereka berlindung. Mereka lari tanpa berhenti lagi di Damanhur, dan baru berhenti setelah sampai di perbentengan Kiryaun, serangkaian benteng terakhir sebelum Iskandariah. Di sana mereka bergabung dengan pasukan Romawi yang lain, dan semua bersiap-siap untuk bertempur lagi di bawah pimpinan Theodorus.
Theodorus, panglima tertinggi Romawi di Mesir itu, sudah memperkirakan, bahwa kalau mereka kalah di Kiryaun, ibu kota akan terbuka buat pasukan Arab, dan ini akan mendorong mereka mengepung dan menekan kota itu.
Kalaupun pertahanan kota itu sudah kuat dan mudah mempertahankan, langkah terbaik sedapat mungkin membuat jarak waktu antara pihak penyerang untuk mencapai tembok itu. Oleh karena itu dia sendiri yang berangkat ke Kiryaun memimpin sebuah pasukan besar yang diyakini akan mampu menahan pihak penyerang di tempat itu.
Lebih yakin lagi dia, bahwa pihak Romawi sudah memugar dan makin memperkuat benteng-benteng di Kiryaun itu, dan terusan Su'ban di depannya akan lebih melindungi pertahanannya. Jalan dari sana ke Iskandariah yang sudah diratakan juga akan mampu membawa bala bantuan besar-besaran bilamana saja diperlukan.
Pihak Romawi sudah mengenal betul keadaan sekitar Kiryaun. Bila saja terjadi suatu pertempuran sengit, mereka sudah didatangkan dari segenap penjuru untuk memperkuat Theodorus dan pasukannya. Mereka didatangkan dari Khais, dari Sakha', Balhib dan dari tempat-tempat lain di negeri itu. Mereka akan bergabung dengan pasukan kerajaan untuk lebih memperkuat barisan yang sudah ada.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000) menceritakan selama tinggal di Naqiyus, Amr bin Ash membersihkan semua bekas Romawi.
Ia menugaskan Syarik bin Sumayya dengan sebuah satuan untuk mengawasi pasukan Romawi yang lari dari Naqiyus menuju Iskandariah.
Syarik dapat menyusul pasukan Romawi yang lari itu. Melihat Syarik dan satuannya yang kecil tak akan mampu mengadakan perlawanan, mereka berbalik dan mengepungnya.
Sesudah Syarik melihat jumlah yang besar, dan ia juga melihat ada dataran tinggi tak jauh dari tempatnya itu, ia segera berlindung dan memerangi mereka dari atas dataran itu. Akan tetapi ia baru menyadari bahwa kalau ia tak mendapat bala bantuan, ia akan hancur.
Ia segera mengutus Malik bin Na'imah asÂSadafi, seorang penunggang kuda yang mahir. Malik segera turun dari dataran tinggi itu sambil menyerang pasukan Romawi, dan terus lari ke tempat Amr di Naqiyus sehingga tak ada yang dapat mengejarnya.
Amr memberikan bala bantuan kepada Syarik begitu diketahui kedudukannya yang serba sulit itu. Mengetahui adanya bala bantuan itu pasukan Romawi segera angkat kaki, lari sebelum saling berhadapan.
Sejak hari itu tanah tinggi tempat terjadinya pertempuran tersebut diberi nama menurut nama panglima Arab yang berlindung di tempat itu, yang sampai sekarang dikenal dengan nama "Bukit Syarik."
Dengan persenjataan lengkap Amr menyusul Syarik dan satuannya, dengan meninggalkan ruas jalan Rasyid di sebelah kanan dan menyusuri ruas jalan Kanubi yang menuju ke Iskandariah.
Mengetahui pihak Romawi sudah siap hendak menghadangnya di Sultais, sejauh 6 mil di selatan Damanhur, ia pun menuju ke sana. Pertempuran sengit pun terjadi yang berakhir dengan kekalahan pasukan Romawi.
Bagaimana mereka tak akan kalah, di tempat itu tak terdapat benteng untuk tempat mereka berlindung. Mereka lari tanpa berhenti lagi di Damanhur, dan baru berhenti setelah sampai di perbentengan Kiryaun, serangkaian benteng terakhir sebelum Iskandariah. Di sana mereka bergabung dengan pasukan Romawi yang lain, dan semua bersiap-siap untuk bertempur lagi di bawah pimpinan Theodorus.
Theodorus, panglima tertinggi Romawi di Mesir itu, sudah memperkirakan, bahwa kalau mereka kalah di Kiryaun, ibu kota akan terbuka buat pasukan Arab, dan ini akan mendorong mereka mengepung dan menekan kota itu.
Kalaupun pertahanan kota itu sudah kuat dan mudah mempertahankan, langkah terbaik sedapat mungkin membuat jarak waktu antara pihak penyerang untuk mencapai tembok itu. Oleh karena itu dia sendiri yang berangkat ke Kiryaun memimpin sebuah pasukan besar yang diyakini akan mampu menahan pihak penyerang di tempat itu.
Lebih yakin lagi dia, bahwa pihak Romawi sudah memugar dan makin memperkuat benteng-benteng di Kiryaun itu, dan terusan Su'ban di depannya akan lebih melindungi pertahanannya. Jalan dari sana ke Iskandariah yang sudah diratakan juga akan mampu membawa bala bantuan besar-besaran bilamana saja diperlukan.
Pihak Romawi sudah mengenal betul keadaan sekitar Kiryaun. Bila saja terjadi suatu pertempuran sengit, mereka sudah didatangkan dari segenap penjuru untuk memperkuat Theodorus dan pasukannya. Mereka didatangkan dari Khais, dari Sakha', Balhib dan dari tempat-tempat lain di negeri itu. Mereka akan bergabung dengan pasukan kerajaan untuk lebih memperkuat barisan yang sudah ada.
(mhy)