Kisah Pelarian dan Matinya Raja Persia Yazdigird di Era Khalifah Utsman bin Affan
Minggu, 17 November 2024 - 09:16 WIB
Setelah mengetahui apa yang telah menimpanya ia merasa sudah tak ada tempat lagi baginya di Asfahan. Dari sana ia pergi ke Sijistan, yang kemudian dilanjutkan terus ke Merv disertai seribu orang perwira. Ketika itu Mahuwe adalah penguasa Merv.
Karena maksud tertentu Yazdigird ingin mengalihkan perhatian para penguasa itu kepada kemenakannya, Sinjan. Tetapi Mahuwe sudah berusaha hendak menjerumuskannya.
Ia menulis surat kepada Naizak Turkhan supaya mereka seia sekata dalam usaha mereka membunuh Yazdigird dan mengadakan perdamaian dengan pihak Arab. Naizak menulis surat kepada Yazdigird bahwa ia akan datang memberikan pertolongan.
Para pembantu Yazdigird itu tertipu, mereka datang menemui Naizak tanpa membawa senjata dan pasukan, karena sudah yakin dan percaya kepadanya.
Sesudah Naizak berada di tengah-tengah pasukannya, ia melamar putrinya untuk bersama-sama dengan dia memerangi musuhnya. Yazdigird marah besar dan memaki Naizak. Maka Naizak pun mengayunkan alat pemukulnya dan Yazdigird terus melarikan diri sampai ke rumah penggiling di Mirgab itu dan di tempat itulah ia dibunuh.
Dalam sumber lain yang dikutip oleh Tabari dari Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa Yazdigird lari dari Kerman dan Merv. Kepada penguasa kota itu ia meminta uang tetapi ditolak. Karena penduduk Merv khawatir Yazdigird dengan pasukannya akan menyerbu maka dalam menghadapinya itu mereka meminta bantuan Turki, yang kemudian datang menjemputnya dan dimintanya ia bermalam. Sesudah teman-temannya banyak yang dibunuh Yazdigird lari ke rumah penggilingan di Mirgab tempat dia dibunuh itu.
Haekal mengatakan sumber-sumber sekitar terbunuhnya Yazdigird memang sangat bersimpang-siur, sama dengan pelariannya yang juga serba simpang-siur.
Yazdigird tidak meninggalkan anak keturunan yang mungkin dapat menyatukan orang kepadanya, atau mengumumkan bahwa dia adalah ahli waris yang sah untuk menduduki takhta. Raja yang sejak dinobatkan sudah 24 tahun menduduki takhta hingga terbunuhnya itu, hanya 4 tahun pertama menikmati kedudukan sebagai raja.
Setelah itu selama 20 tahun yang sangat meletihkan ia selalu menjadi pelarian dari pasukan Arab yang memburunya terus-menerus dari satu daerah ke daerah lain. Mereka memaksanya meninggalkan negerinya. Ia berusaha meminta bantuan Turki atau Cina. Tetapi Turki kemudian mengusirnya karena khawatir akan diserbu oleh pihak Arab di sarangnya sendiri.
Jadi kalau sudah memang demikian dengan kematiannya yang begitu tragis, sudah selayaknya dengan terbunuhnya itu kewibawaan raja pun akan jatuh di mata setiap orang Persia.
Setiap pembesar daerah merasa senang ketika Muslimin tinggal bersama mereka, dan kekuasaan akan tetap di tangan mereka seperti pada masa raja-raja Kisra dulu. Hanya masalah-masalah kedaulatan secara umum saja yang pimpinannya masih di tangan orang Arab.
Para sejarawan itu menyebutkan bahwa sebelum meninggalnya Yazdigird pernah berhubungan dengan seorang perempuan bernama Biru dan sesudah kematiannya ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Makhdaj dan hidup sampai berusia lanjut, dan bahwa Makhdaj ini mempunyai beberapa anak di Khurasan, di antara mereka ada dua orang gadis, yang salah seorang di antaranya oleh Hajjaj bin Yusuf dikirimkan kepada Walid bin Abdul-Malik.
Anaknya, Yazid bin Abdul-Malik adalah keturunan dari salah seorang dari mereka itu. Jadi wajar saja, bahwa Makhdaj ini, atau keturunannya, tak dapat menjadi pembela Persia yang akan dapat menyatukan orang kepadanya.
Karena maksud tertentu Yazdigird ingin mengalihkan perhatian para penguasa itu kepada kemenakannya, Sinjan. Tetapi Mahuwe sudah berusaha hendak menjerumuskannya.
Ia menulis surat kepada Naizak Turkhan supaya mereka seia sekata dalam usaha mereka membunuh Yazdigird dan mengadakan perdamaian dengan pihak Arab. Naizak menulis surat kepada Yazdigird bahwa ia akan datang memberikan pertolongan.
Para pembantu Yazdigird itu tertipu, mereka datang menemui Naizak tanpa membawa senjata dan pasukan, karena sudah yakin dan percaya kepadanya.
Sesudah Naizak berada di tengah-tengah pasukannya, ia melamar putrinya untuk bersama-sama dengan dia memerangi musuhnya. Yazdigird marah besar dan memaki Naizak. Maka Naizak pun mengayunkan alat pemukulnya dan Yazdigird terus melarikan diri sampai ke rumah penggiling di Mirgab itu dan di tempat itulah ia dibunuh.
Dalam sumber lain yang dikutip oleh Tabari dari Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa Yazdigird lari dari Kerman dan Merv. Kepada penguasa kota itu ia meminta uang tetapi ditolak. Karena penduduk Merv khawatir Yazdigird dengan pasukannya akan menyerbu maka dalam menghadapinya itu mereka meminta bantuan Turki, yang kemudian datang menjemputnya dan dimintanya ia bermalam. Sesudah teman-temannya banyak yang dibunuh Yazdigird lari ke rumah penggilingan di Mirgab tempat dia dibunuh itu.
Haekal mengatakan sumber-sumber sekitar terbunuhnya Yazdigird memang sangat bersimpang-siur, sama dengan pelariannya yang juga serba simpang-siur.
Yazdigird tidak meninggalkan anak keturunan yang mungkin dapat menyatukan orang kepadanya, atau mengumumkan bahwa dia adalah ahli waris yang sah untuk menduduki takhta. Raja yang sejak dinobatkan sudah 24 tahun menduduki takhta hingga terbunuhnya itu, hanya 4 tahun pertama menikmati kedudukan sebagai raja.
Setelah itu selama 20 tahun yang sangat meletihkan ia selalu menjadi pelarian dari pasukan Arab yang memburunya terus-menerus dari satu daerah ke daerah lain. Mereka memaksanya meninggalkan negerinya. Ia berusaha meminta bantuan Turki atau Cina. Tetapi Turki kemudian mengusirnya karena khawatir akan diserbu oleh pihak Arab di sarangnya sendiri.
Jadi kalau sudah memang demikian dengan kematiannya yang begitu tragis, sudah selayaknya dengan terbunuhnya itu kewibawaan raja pun akan jatuh di mata setiap orang Persia.
Setiap pembesar daerah merasa senang ketika Muslimin tinggal bersama mereka, dan kekuasaan akan tetap di tangan mereka seperti pada masa raja-raja Kisra dulu. Hanya masalah-masalah kedaulatan secara umum saja yang pimpinannya masih di tangan orang Arab.
Para sejarawan itu menyebutkan bahwa sebelum meninggalnya Yazdigird pernah berhubungan dengan seorang perempuan bernama Biru dan sesudah kematiannya ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Makhdaj dan hidup sampai berusia lanjut, dan bahwa Makhdaj ini mempunyai beberapa anak di Khurasan, di antara mereka ada dua orang gadis, yang salah seorang di antaranya oleh Hajjaj bin Yusuf dikirimkan kepada Walid bin Abdul-Malik.
Anaknya, Yazid bin Abdul-Malik adalah keturunan dari salah seorang dari mereka itu. Jadi wajar saja, bahwa Makhdaj ini, atau keturunannya, tak dapat menjadi pembela Persia yang akan dapat menyatukan orang kepadanya.
Baca Juga
(mhy)