5 Isi Kandungan Surat Al-Taubah Ayat 1-15, Surat Terakhir yang Diturunkan Pada Zaman Rasulullah

Senin, 25 November 2024 - 13:55 WIB
Kandungan Surat At-Taubah, khususnya pada ayat 1-15, memuat banyak pesan bermakna, mulai dari pengingatan kepada kaum musyrik hingga penegasan tentang komitmen dalam menjalankan perintah Allah. Foto ilustrasi/ist
Surat At-Taubah dikenal sebagai salah satu surat dalam Al-Qur'an yang memiliki keistimewaan tersendiri. Tanpa diawali basmalah, surat ini menyampaikan berbagai pesan penting bagi umat Islam.

Kandungan Surat At-Taubah , khususnya pada ayat 1-15, memuat banyak pesan bermakna, mulai dari pengingatan kepada kaum musyrik hingga penegasan tentang komitmen dalam menjalankan perintah Allah.

Uniknya, surat ini juga disebut sebagai salah satu surat terakhir yang diturunkan pada zaman Rasulullah. Berikut lima isi yang terkandung dalam ayat-ayat awal Surat At-Taubah yang dapat dipahami.

5 Kandungan Ayat 1-15 Surat At-Taubah

1. Surat Terakhir yang Diturunkan Pada Zaman Rasulullah

Isi kandungan surat At-Taubah ayat 1-2 menjelaskan bahwa Surat At-Taubah adalah surat terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

At-Taubah (9:1)

بَرَآءَةٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦٓ إِلَى ٱلَّذِينَ عَـٰهَدتُّم مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ


Artinya :

“(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya kepada orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).”

At-Taubah (9:2)

فَسِيحُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍۢ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى ٱللَّهِ ۙ وَأَنَّ ٱللَّهَ مُخْزِى ٱلْكَـٰفِرِينَ


Artinya :

“Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.”

Mengambil dari Tafsiran Ibnu Katsir, Surat At-Taubah adalah surat terakhir yang diturunkan pada zaman Rasulullah SAW sesuai yang dikatakan oleh Imam Bukhari.

Surat At-Taubah tidak menggunakan basmalah pada permulaannya. Hal ini disebabkan para sahabat tidak mencantumkan basmalah di awal surat tersebut dalam Al-Mushaf Al-Imam (mushaf utama). Para sahabat mengikuti kebijakan Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu.

Mereka menganggap surat ini memiliki keterkaitan tema dengan Surat Al-Anfal, yang membuat keduanya digandengkan tanpa basmalah.

Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa At-Taubah adalah surat terakhir yang diturunkan pada zaman Rasulullah dikarenakan konteks dari surat tersebut yaitu Perang Tabuk dan pengumuman pemutusan hubungan perjanjian dengan kaum musyrik pada tahun ke-9 Hijriah.

Tetapi hal ini tidak menjadikan surat At-Taubah surat terakhir yang diturunkan secara keseluruhan.

adapun ulama yang berpendapat bahwa surat An-Nasr adalah surat terakhir dimana surat tersebut menjadi pengumuman tentang dekatnya wafat Rasulullah. Terakhir, ayat dalam Surat An-Nisa (ayat 176) dianggap sebagai ayat terakhir yang turun yang menjelaskan tentang kalalah.

2. Larangan Orang Musyrik Mendekati Kakbah

Kandungan surat At-Taubah pada ayat ke 3 menjelaskan bagaimana orang kafir dilarang untuk mendekati Ka’bah dikarenakan mereka dilarang untuk melaksanakan haji.

At-Taubah (9:3)

وَأَذَٰنٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦٓ إِلَى ٱلنَّاسِ يَوْمَ ٱلْحَجِّ ٱلْأَكْبَرِ أَنَّ ٱللَّهَ بَرِىٓءٌۭ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ۙ وَرَسُولُهُۥ ۚ فَإِن تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى ٱللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ


Artinya :

“Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,”

Larangan tersebut diperjelas dalam tafsiran Ibnu Katsir. Pada saat itu sahabat nabi, Abu Hurairah mengatakan, "Abu Bakar mengirimku bersama orang-orang yang ditugaskannya untuk menyerukan maklumat di Mina, bahwa sesudah tahun ini tidak boleh lagi seorang musyrik pun melakukan haji, dan tidak boleh lagi ada seseorang melakukan tawaf di Baitullah dengan telanjang."

Kemudian setelah penyeruan maklumat tersebut, Nabi Muhammad SAW menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk menyerukan tentang pemutusan hubungan dengan orang musyrik tersebut, sesuai dengan yang dijelaskan pada ayat ke 1-2 At-Taubah.

3. Komitmen Allah terhadap Perjanjian

Ayat ke 4 surat At-Taubah juga mengandung penjelasan bagaimana pentingnya komitmen terhadap sebuah perjanjian.

At-Taubah (9:4)

إِلَّا ٱلَّذِينَ عَـٰهَدتُّم مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنقُصُوكُمْ شَيْـًۭٔا وَلَمْ يُظَـٰهِرُوا۟ عَلَيْكُمْ أَحَدًۭا فَأَتِمُّوٓا۟ إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَىٰ مُدَّتِهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَّقِينَ


Artinya :

“kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian dengan kamu dan mereka sedikit pun tidak mengurangi (isi perjanjian) dan tidak (pula) mereka membantu seorang pun yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.”

Dalam tafsiran Ibnu Katsir, pada saat itu terdapat masa tangguh yang diberikan kepada orang musyrik dari Allah SWT, bulan tersebut memberikan pengecualian dibunuhnya mereka selama 4 bulan. hal itu berlaku juga untuk pihak-pihak yang telah membuat perjanjian damai dengan Rasulullah ﷺ tanpa adanya batasan waktu tertentu.

Mereka diberikan pengecualian tersebut asalkan orang yang bersangkutan tidak melanggar janjinya dan tidak mendukung pihak yang bermusuhan dengan umat Islam, yaitu tidak bekerja sama dengan musuh-musuh Islam dari luar kalangan mereka untuk memerangi kaum muslimin.

orang yang tidak melanggar tersebut menjadikan orang yang ditunaikan jaminan dan keamanannya sesuai dengan perjanjian terhadapnya.

Hal ini menjelaskan orang musyrik sendiri diberikan perjanjian oleh Allah SWT dimana jika mereka tidak melanggar maka akan dijaminkan keamanan mereka sampai masa berlaku perjanjian dengannya habis. Sesuai dengan firman Allah, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 4)

4. Memerangi Kaum Musyrik dan Kesempatan Taubat

Selanjutnya kandungan surat At-Taubah ayat 5 menjelaskan perintah pada saat 4 bulan perlindungan berakhir untuk memerangi Kaum Musyrik dan memberikan kesempatan mereka yang ingin tobat.

At-Taubah (9:5)

فَإِذَا ٱنسَلَخَ ٱلْأَشْهُرُ ٱلْحُرُمُ فَٱقْتُلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَٱحْصُرُوهُمْ وَٱقْعُدُوا۟ لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍۢ ۚ فَإِن تَابُوا۟ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ فَخَلُّوا۟ سَبِيلَهُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌ


Artinya :

“Apabila telah habis bulan-bulan haram, maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan melaksanakan salat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Penjelasan dari tafsiran Ibnu Katsir menurut Abu Ja'far Al-Baqir, bulan-bulan haram adalah bulan yang sesuai dengan firman Allah “Di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menzalimi diri kalian dalam bulan yang empat itu.” (At-Taubah, 36).

Namun, menurut Ibnu Jarir, bulan Muharram merupakan bulan terakhir dari bulan-bulan haram bagi mereka.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa pada saat bulan yang diharamkan untuk memerangi orang musyrik tersebut berakhir, maka di mana saja kalian jumpai mereka (orang musyrik) dapat dibunuh dikecualikan oleh hukum haram melakukan perang di Tanah Suci dalam firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 191.

Atau jika tidak ingin membunuh orang musyrik, mereka dapat ditangkap serta persempit ruang gerak mereka dengan mengepung benteng-benteng dan tempat perlindungan mereka, serta memantau jalur-jalur yang sering mereka lewati, sehingga dunia yang luas ini menjadi terasa sempit bagi mereka, dan pada akhirnya mereka akan terpaksa memilih untuk berperang melawan kalian atau memeluk Islam.

Terakhir, Allah memberikan kesempatan bagi orang musyrik tersebut untuk bertobat dengan mengharamkan memerangi mereka yang ingin bertobat masuk ke Islam.

5. Kekuasaan dan Pertolongan Allah dalam Masa Peperangan

Terakhir, kandungan surat At-Taubah pada ayat 14-15 menjelaskan bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan dan memberikan pertolongan bagi orang beriman dalam masa peperangan.

At-Taubah (9:14)

قَـٰتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ ٱللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍۢ مُّؤْمِنِينَ


Artinya :

“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghina mereka dan menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman,”

At-Taubah (9:15)

وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ ۗ وَيَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ


Artinya :

“dan Dia menghilangkan kemarahan hati mereka (orang mukmin). Dan Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”

Dalam tafsiran Ibnu Katsir, Allah SWT memberikan semangat dan tekad kepada orang-orang mukmin yang mensyariatkan mereka untuk berjihad. Selain itu, Allah juga akan menolong mukmin untuk mencapai kemenangan mereka melawan kaum musyrik.

Pada firman “..serta melegakan hati orang-orang yang beriman,” dan “ menghilangkan kemarahan hati mereka (orang mukmin).” pada ayat ke 15 mengarah kepada orang-orang Bani Khuza'ah.

Terakhir firman Allah,“Dan Allah menerima tobat orang yang dikehendaki-Nya.” mengarah kepada kalangan hamba-hamba-Nya dimana orang yang benar bertobat dipilih untuk diterima bukan karena tidak ingin mati.

Sebagai penutup, kandungan Surat At-Taubah, khususnya pada ayat 1-15, menyajikan banyak pelajaran penting yang dapat diambil oleh umat Islam.

Dari penegasan tentang pemutusan hubungan dengan musyrik, larangan bagi mereka untuk mendekati Ka'bah, hingga pentingnya komitmen terhadap perjanjian, setiap ayat mengandung makna mendalam yang relevan dengan kehidupan umat Islam hingga hari ini.

Selain itu, Surat At-Taubah juga mengingatkan kita akan pentingnya kesempatan bertaubat bagi mereka yang ingin memperbaiki diri serta keyakinan bahwa kemenangan dan pertolongan Allah pasti akan menyertai orang-orang yang beriman.MG/ Raffirabbani Panatamahdi Adizaputra

Baca juga: Keunikan Surat At-Taubah Tidak Diawali Bismillah dan Alasannya
(wid)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنۡ يُّكَلِّمَهُ اللّٰهُ اِلَّا وَحۡيًا اَوۡ مِنۡ وَّرَآىٴِ حِجَابٍ اَوۡ يُرۡسِلَ رَسُوۡلًا فَيُوۡحِىَ بِاِذۡنِهٖ مَا يَشَآءُ‌ؕ اِنَّهٗ عَلِىٌّ حَكِيۡمٌ
Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahatinggi, Mahabijaksana.

(QS. Asy-Syura Ayat 51)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More