Frugal Living di Era Umar bin Khattab: Ketika Wabah dan Kelaparan Melanda

Kamis, 28 November 2024 - 14:52 WIB
Alangkah agung dan mulianya kebijakan itu! Dan lebih agung lagi jika datangnya dari orang yang ketika itu segala harta milik Kisra dan Kaisar sudah ada di tangannya, dan yang dengan itu pula Muslimin dapat menyaingi Persia, Romawi dan dunia seluruhnya. Begitu juga harta kekayaan Irak dan Syam. Ketika itu Umar mampu menggunakan sekehendaknya segala kemewahan dan kenikmatan harta Persia dan Romawi itu.

Akan tetapi ia melihat semua kenikmatan itu menyangkut kehidupan dunia, dan kemewahan dapat membuat orang sesat. Dia lebih agung dari semua itu demi mengharapkan akhirat dan keridaan Allah.

Ia melihat - sebagai Amirulmukminin - bahwa tidak mungkin ia dapat memperhatikan kehidupan rakyatnya jika dia sendiri tidak merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang hidup lebih miskin dan lebih sengsara.

Dia harus bertindak cepat untuk mengatasi kemiskinan dan kesengsaraan itu.

Umar yang warna kulitnya putih kemerahan, pada Tahun Abu itu orang melihatnya sudah berubah menjadi hitam. Dulu ia menyantap samin, susu dan daging. Setelah bencana kekeringan menimpa wilayahnya, ia mengharamkan semua makanan itu untuk dirinya.

Ia hanya menyantap minyak zaitun, dan lebih sering mengalami kelaparan, sehingga banyak orang yang mengatakan setelah melihat apa yang menimpanya itu: "Jika Allah tidak menolong kami dari Tahun Abu ini kami kira Umar akan mati dalam kesedihan memikirkan nasib Muslimin."

Dalam kenyataannya ia memang sangat prihatin, dan demi kepentingan mereka ia sudah berusaha sekuat tenaga. Ia menulis surat kepada wakil-wakilnya di Irak dan di Syam meminta pertolongan agar membantu penduduk Semenanjung.



Kata-katanya kepada mereka itu keluar dari hati yang tulus, yang memperlihatkan betapa besar rasa tanggung jawabnya. Perasaannya begitu peka, bahwa mengenai setiap pribadi dari rakyatnya dia bertanggung jawab di depan Allah dan di depan hati nuraninya sendiri.

Kepada Amr bin Ash di Palestina ia menulis: "Salam sejahtera bagi Anda. Anda melihat kami sudah akan binasa, sedang Anda dan rakyat Anda masih hidup. Kami sangat memerlukan pertolongan, sekali lagi pertolongan!"

Dalam jawabannya Amr mengatakan: "Segera akan saya kirimkan kepada Anda kafilah unta, yang terdepan di tempat Anda dan yang terakhir di tempat saya."

Surat serupa dikirimkan juga oleh Umar kepada Mu'awiah bin Abi Sufyan dan Abu Ubaidah bin Jarrah di Syam, juga kepada Sa'd bin Abi Waqqas di Irak. Semua mereka menjawab yang kira-kira sama dengan jawaban Amr bin Ash.

Bantuan dari Syam dan Irak

Abu Ubaidah bin Jarrah paling cepat memenuhi seruan Umar dan segera memberi pertolongan kepada Semenanjung, mendahului yang lain. Sebanyak 4.000 unta dengan muatan makanan segera dikirimkan.

Umar pun segera membagikannya kepada penduduk sekitar Madinah. Selesai mengerjakan itu Umar memerintahkan agar mengirimkan uang 4000 dirham kepadanya. Tetapi Abu Ubaidah membalas: "Amirulmukminin, saya tidak memerlukan itu! Saya mengharapkan Allah akan menerima amal saya. Janganlah sampai saya terpengaruh oleh dunia."



Akan tetapi Umar menjawab: "Terimalah. Tidak apa selama Anda tidak memintanya. Saya sudah pernah melakukan yang semacam ini dengan Rasulullah, lalu ia memberi saya sesudah saya katakan kepadanya seperti yang Anda katakan kepada saya."

Uang itu diterima oleh Abu Ubaidah, setelah itu ia kembali ke tempat pekerjaannya.

Dari Palestina Amr bin As mengirimkan makanan dengan unta dan kapal melalui pelabuhan Ailah (Elat). Yang dikirim melalui laut dua puluh kapal bermuatan tepung dan lemak, yang melalui darat terdiri atas seribu ekor unta dengan muatan tepung.

Dari Syam Mu'awiah bin Abi Sufyan mengirim tiga ribu unta, sedang Sa'd bin Abi Waqqas mengirim dari Irak seribu unta, semua membawa tepung. Di samping itu Amr mengirim lima ribu pakaian dan Mu'awiah mengirim tiga ribu mantel.
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya setan mengalir dalam pembuluh anak Adam layaknya aliran darah.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 4096)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More