Kisah Asy'ats bin Qais, Suami Saudara Khalifah Abu Bakar yang Murtad Lalu Bertobat

Rabu, 02 September 2020 - 14:37 WIB
Setelah itu Asy'as kemudian keluar dan menemui Ikrimah dengan maksud meminta perlindungan dari Muhajir, untuk dirinya sendiri dan sembilan orang yang lain dengan ketentuan ia akan membukakan benteng itu untuk pasukan Muslimin dan membiarkan mereka yang ada di dalamnya. ( )

Permintaannya itu disetujui oleh Muhajir asal dia menulis nama-nama kesembilan orang yang dimintakan perlindungannya itu. Asy'as menuliskan nama-nama saudaranya, saudara-saudara sepupunya dan anggota-anggota keluarganya yang lain. Tetapi dia lupa menuliskan namanya sendiri dalam catatan itu. Setelah surat yang berisi catatan itu ditera, diserahkannya kepada Muhajir.

Asy'ats mengeluarkan kesembilan orang itu dari benteng dan pintu-pintu gerbang dibukakan untuk pasukan Muslimin. Ketika mereka menyerbu masuk siapa saja yang mengadakan perlawanan akan dipenggal lehernya. Perempuan-perempuan dalam benteng itu sebanyak seribu orang ditawan.

Muhajir menempatkan penjagaan kepada tawanan-tawanan itu serta harta benda yang ada di dalamnya. Setelah dihitung seperlimanya kemudian dikirimkan ke Madinah. Perjalanan dunia ini memang serba aneh! Asy'as yang telah melakukan pengkhianatan berat ini, dan yang telah menyerahkan kaumnya untuk dibunuh dan menyerahkan seribu perempuan untuk ditawan, Asy'as ini juga yang tidak tahan mendengar teriakan bibi-bibinya dari Keluarga Amr bin Muawiyah: "Asy'as! Asy'as! Keluargamu, keluargamu!"

Maka cepat-cepat ia bertindak hendak membela mereka dan membebaskan mereka dari tawanan Ziyad. Dan Asy'as yang dulu datang menemui Nabi, yang kita ketahui begitu ramah, disambut oleh kaum Muslimin juga dengan ramah, Asy'as itu juga yang ternyata begitu hina, sehingga ia dikutuk oleh Muslimin dan dikutuk pula oleh perempuan-perempuan tawanan itu. Mereka menamakannya: "'urfun nar" ungkapan bahasa Arab Yaman yang berarti "Pengkhianat."

Tetapi bila orang memang sudah terlalu terikat pada dunia dan takut mati, hidupnya akan sangat hina dan ia akan tersungkur ke lembah yang lebih parah dari mati. Muhajir memanggil orang yang nama-namanya sudah disebutkan dalam catatan Asy'as itu, kemudian mereka dibebaskan.

Karena nama Asy'as sendiri tak terdapat dalam catatan yang sudah ditera itu, maka ia dibelenggu dan sudah akan dihukum mati. "Bersyukur aku kepada Allah karena engkau telah membuat kesalahan, Asy'as! Aku memang ingin Allah akan membuat engkau mendapat malu!"

Tetapi Ikrimah bin Abi Jahl segera campur tangan. "Tangguhkan," katanya. "Kita sampaikan dulu kepada Khalifah Abu Bakar. Dalam hal ini dia lebih tahu mengambil keputusan. Jika orang lupa mencatatkan namanya, sedang dia sendiri mewakili mereka dalam pembicaraan itu, adakah yang satu dapat membatalkan yang lain?"

Muhajir kemudian terpaksa menundanya. Orang ini dikirimkan kepada Khalifah Abu Bakar bersama-sama dengan tawanan yang lain. Sepanjang jalan ia dikutuk oleh tawanan-tawanan itu dan oleh kaum Muslimin juga.

Dalam pembicaraan dengan Asy'ats, Khalifah Abu Bakar mengingatkan segala yang telah dilakukannya. "Lalu, apa yang harus kulakukan terhadapmu?!" tanya Abu Bakar.

"Aku tidak tahu bagaimana pendapatmu; engkau yang lebih tahu," kata Asy'ats.

"Menurut pendapatku kau harus dibunuh."

"Aku yang mengajak kaumku hingga mereka menyetujui; tidak seharusnya aku dibunuh," kata Asy'ats menjawab Abu Bakar.

Karena percakapannya dengan Abu Bakar agak panjang Asy'ats khawatir ia akan dibunuh juga, lalu katanya: "Jika engkau berniat baik kepadaku, tentu kau mau melepaskan tawanan-tawanan itu, memaafkan kesalahanku, menerima keislamanku, memperlakukan aku seperti rekan-rekanku yang lain dan mengembalikan istriku kepadaku." ( )

Istri yang disebutkannya ialah Umm Farwah, saudara Khalifah Abu Bakar. Sejenak Abu Bakar agak ragu akan menjawab. Tetapi Asy'ats tiba-tiba melanjutkan: "Lakukanlah, akan kaulihat aku menjadi penduduk negeri itu yang terbaik dalam agama Allah."

Setelah hal itu dipikir-pikir dan dipertimbangkan Abu Bakar dapat menerimanya dan keluarganya dikembalikan kepadanya seraya katanya: "Ya pergilah, hendaknya kau berkelakuan baik."

Setelah itu kemudian Asy'as tinggal dengan Umm Farwah di Madinah. Ia keluar dari kota itu baru pada masa Khalifah Umar bin Khattab dengan membawa tugas ke Irak dan Syam. Dalam menjalankan tugasnya itu ia benar-benar berjuang mati-matian, yang kemudian ia dapat mengembalikan citranya di mata kaum Muslimin.

Al Asy’as meninggal tahun 40 Hijriyah. Anaknya yang bernama Muhammad bin Al Asy’ats termasuk pemimpin besar dan tokoh terpandang, yang kemudian menjadi ayah dari Gubernur Abdurrahman bin Muhammad bin Al Asy’ats, yang pergi berperang bersama orang-orang yang naik haji dalam suatu perang terkenal yang tidak pernah ada sebelumnya. Namun akhirnya Ibnu Al Asy’ats lemah, lalu kalah dan terbunuh. ( )
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Akan ada di akhir zaman para 'Dajjal Pendusta' (bukan Al-Masih Ad-Dajjal) membawa hadits-hadits kepada kalian yang mana kalian tidak pernah mendengarnya dariku dan bapak-bapak kalian pun juga belum pernah mendengarnya. Maka jauhilah mereka, agar mereka tidak bisa menyesatkan kalian dan tidak bisa memfitnah kalian.

(HR. Muslim No. 8)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More