Kontroversi Khalid bin Walid dan Betis Indah Si Cantik Laila
loading...
A
A
A
PADA hari itu pasukan muslim yang dipimpin Khalid bin Walid naik ke Buzakhah dan mengadakan serangan. Berita tentang Khalid ini sudah tersebar luas, yang kemudian sampai juga kepada Malik bin Nuwairah di Butah, yang membuatnya gelisah dan kebingungan. (
)
Dia termasuk yang menolak zakat dan bersama-sama dengan Sajah binti Al Harits menentang Muslimin yang tinggal di kalangan Banu Tamim. Dengan tindakan itu berarti mereka telah melakukan permusuhan terhadap Muslimin, dan dengan demikian boleh diserang. ( )
Lain lagi dengan Waki', temannya. Muhammad Husain Haekal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut, ia kembali kepada Islam dan mengeluarkan zakat . Malik menjadi bimbang: meninggalkan apa yang sudah dilakukannya itu dan kembali kepada Islam bersama-sama dengan Khalifah Abu Bakar seperti ketika dengan Nabi Muhammad SAW serta menunaikan kewajiban salat dan zakat, ataukah akan tetap bertahan dengan Sajah? ( )
Khalid ke Butah
Tugas Khalid selesai sudah menghadapi Banu Asad dan Gatafan serta kabilah-kabilah sekutunya yang masih tersisa setelah mereka semua kembali kepada Islam dan tunduk kepada pemerintahan Madinah .
Khalid akhirnya memutuskan berangkat ke Butah menghadapi Malik bin Nuwairah dan kawan-kawannya yang masih ragu. Niatnya ini diketahui oleh Ansar . Dengan agak maju mundur mereka berkata: "Bukan ini yang ditugaskan Khalifah kepada kami. Kami mendapat tugas; bila sudah selesai urusan di Buzakhah dan sudah kita bebaskan negeri itu, kami diminta tinggal sampai ada surat buat kami."
Khalid menjawab: "Kalau itu yang ditugaskan kepada kalian, aku mendapat tugas supaya meneruskan perjalanan. Di sini aku yang menjadi komandan dan keputusan ada di tanganku. Sekalipun aku menerima surat atau perintah tetapi aku melihat ada kesempatan. Kalau kuberitahukan kesempatan itu akan hilang; maka aku tidak akan memberitahukan sebelum aku dapat menggunakan kesempatan itu..."
Lalu ia pergi bersama pasukannya, kecuali orang-orang Ansar, dan dia menuju Butah.
Sementara itu, sebelum pasukan Khalid bin Walid tiba, Malik bin Nuwairah sudah insaf. Ia menasihati kaumnya agar kembali kepada Islam.
Pasukan dari kalangan Ansar sudah merasa jemu setelah kepergian pasukan yang dipimpin Khalid. Mereka bermusyawarah, dan kemudian mengambil keputusan hendak menyusulnya. Oleh karena itu mereka berkata: “Kalau Khalid beruntung, kamu tak akan ikut mengalaminya. Kalau dia dan pasukannya mendapat malapetaka kalian akan dijauhi orang.”
Kemudian mereka mengutus orang kepada Khalid agar menunggu sampai mereka dapat menyusul dan pergi bersama-sama.
Setelah Khalid di Butah tak seorang pun dijumpainya. Malik bin Nuwairah telah melepaskan kaumnya ke rumah masing-masing dan melarang mereka berkumpul. "Hai Banu Yarbu'," katanya kepada mereka, "Dulu kita telah menentang pemimpin-pemimpin sendiri kita tatkala mereka mengajak kita; dan kita berusaha merintangi orang jangan mengikuti mereka, tetapi ternyata tak berhasil. Setelah kupertimbangkan, aku berpendapat sebaiknya kita bersiap-siap tanpa terlalu banyak urusan. Hal ini sudah ada yang mengurus. Janganlah kalian mencari-cari permusuhan dengan golongan yang sudah diperlakukan dengan baik."
Dinasihatinya mereka agar kembali kepada Islam dan tinggal di rumah masing-masing, dan dia sendiri pun pulang ke rumahnya. Karena di Butah Khalid tidak menemukan orang, pasukan itu terpencar dan diperintahkannya supaya membawa orang yang tidak mau memenuhi seruan Islam, dan kalau menolak supaya dibunuh.
Sedang pesan Abu Bakar, bila pasukan Muslimin memasuki suatu pemukiman supaya menyerukan azan. Kalau mereka menyambut seruan itu, janganlah mereka diganggu, dan kalau tidak bunuhlah sebagian dan rampaslah.
Jika kemudian mereka menerima ajakan Islam, tanyakanlah tentang zakat, kalau mereka setuju terimalah dari mereka, kalau menolak perangilah mereka.
Malik Ditangkap
Pasukan muslim itu membawa Malik bin Nuwairah dan beberapa orang lagi dari Banu Yarbu' kepada Khalid. Dan yang seharusnya terjadi setelah itu ialah jika Malik dan kawan-kawannya menerima Islam, Khalid harus memperlakukan mereka sebagai orang yang sudah tobat. Tetapi yang terjadi Khalid memerintahkan supaya Malik dibunuh. Dan pembunuhan inilah yang telah menimbulkan gejolak berkepanjangan di Madinah, sebelum dapat diredakan.
Dampak inilah yang berpengaruh dalam kebijaksanaan Umar bin Khattab terhadap Khalid bin Walid setelah kemudian ia memangku jabatan Khalifah.
Menurut Haekal, itu pula sebabnya, cerita-cerita sekitar kematian Malik bin Nuwairah itu jadi berpanjang-panjang dan berlain-lainan.
Dengan mengacu kepada Abu Qatadah al-Ansari yang menjadi salah seorang pimpinan pasukan itu at-Tabari menyebutkan bahwa setelah mendatangi mereka malam hari mereka terkejut dan senjata pun mereka ambil. Kami berkata: “Kami Muslimin.” Mereka menjawab: “Kami juga Muslimin.” Lalu kami berkata: “Mengapa kamu bersenjata?” Mereka berkata: “Mengapa kamu juga bersenjata? Kami berkata: “Kalau begitu letakkanlah senjata.” Mereka pun meletakkan senjata. Lalu kami salat, dan mereka pun salat.
Sampai di sini sumber-sumber itu masih senada. Dan dari sini pula mulai timbul perbedaan.
Abu Qatadah berkata: mereka menyetujui zakat dan segala ketentuannya. Yang lain berkata: Mereka tidak mengakui dan berkeras menolaknya.
Dia termasuk yang menolak zakat dan bersama-sama dengan Sajah binti Al Harits menentang Muslimin yang tinggal di kalangan Banu Tamim. Dengan tindakan itu berarti mereka telah melakukan permusuhan terhadap Muslimin, dan dengan demikian boleh diserang. ( )
Lain lagi dengan Waki', temannya. Muhammad Husain Haekal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut, ia kembali kepada Islam dan mengeluarkan zakat . Malik menjadi bimbang: meninggalkan apa yang sudah dilakukannya itu dan kembali kepada Islam bersama-sama dengan Khalifah Abu Bakar seperti ketika dengan Nabi Muhammad SAW serta menunaikan kewajiban salat dan zakat, ataukah akan tetap bertahan dengan Sajah? ( )
Khalid ke Butah
Tugas Khalid selesai sudah menghadapi Banu Asad dan Gatafan serta kabilah-kabilah sekutunya yang masih tersisa setelah mereka semua kembali kepada Islam dan tunduk kepada pemerintahan Madinah .
Khalid akhirnya memutuskan berangkat ke Butah menghadapi Malik bin Nuwairah dan kawan-kawannya yang masih ragu. Niatnya ini diketahui oleh Ansar . Dengan agak maju mundur mereka berkata: "Bukan ini yang ditugaskan Khalifah kepada kami. Kami mendapat tugas; bila sudah selesai urusan di Buzakhah dan sudah kita bebaskan negeri itu, kami diminta tinggal sampai ada surat buat kami."
Khalid menjawab: "Kalau itu yang ditugaskan kepada kalian, aku mendapat tugas supaya meneruskan perjalanan. Di sini aku yang menjadi komandan dan keputusan ada di tanganku. Sekalipun aku menerima surat atau perintah tetapi aku melihat ada kesempatan. Kalau kuberitahukan kesempatan itu akan hilang; maka aku tidak akan memberitahukan sebelum aku dapat menggunakan kesempatan itu..."
Lalu ia pergi bersama pasukannya, kecuali orang-orang Ansar, dan dia menuju Butah.
Sementara itu, sebelum pasukan Khalid bin Walid tiba, Malik bin Nuwairah sudah insaf. Ia menasihati kaumnya agar kembali kepada Islam.
Pasukan dari kalangan Ansar sudah merasa jemu setelah kepergian pasukan yang dipimpin Khalid. Mereka bermusyawarah, dan kemudian mengambil keputusan hendak menyusulnya. Oleh karena itu mereka berkata: “Kalau Khalid beruntung, kamu tak akan ikut mengalaminya. Kalau dia dan pasukannya mendapat malapetaka kalian akan dijauhi orang.”
Kemudian mereka mengutus orang kepada Khalid agar menunggu sampai mereka dapat menyusul dan pergi bersama-sama.
Setelah Khalid di Butah tak seorang pun dijumpainya. Malik bin Nuwairah telah melepaskan kaumnya ke rumah masing-masing dan melarang mereka berkumpul. "Hai Banu Yarbu'," katanya kepada mereka, "Dulu kita telah menentang pemimpin-pemimpin sendiri kita tatkala mereka mengajak kita; dan kita berusaha merintangi orang jangan mengikuti mereka, tetapi ternyata tak berhasil. Setelah kupertimbangkan, aku berpendapat sebaiknya kita bersiap-siap tanpa terlalu banyak urusan. Hal ini sudah ada yang mengurus. Janganlah kalian mencari-cari permusuhan dengan golongan yang sudah diperlakukan dengan baik."
Dinasihatinya mereka agar kembali kepada Islam dan tinggal di rumah masing-masing, dan dia sendiri pun pulang ke rumahnya. Karena di Butah Khalid tidak menemukan orang, pasukan itu terpencar dan diperintahkannya supaya membawa orang yang tidak mau memenuhi seruan Islam, dan kalau menolak supaya dibunuh.
Sedang pesan Abu Bakar, bila pasukan Muslimin memasuki suatu pemukiman supaya menyerukan azan. Kalau mereka menyambut seruan itu, janganlah mereka diganggu, dan kalau tidak bunuhlah sebagian dan rampaslah.
Jika kemudian mereka menerima ajakan Islam, tanyakanlah tentang zakat, kalau mereka setuju terimalah dari mereka, kalau menolak perangilah mereka.
Malik Ditangkap
Pasukan muslim itu membawa Malik bin Nuwairah dan beberapa orang lagi dari Banu Yarbu' kepada Khalid. Dan yang seharusnya terjadi setelah itu ialah jika Malik dan kawan-kawannya menerima Islam, Khalid harus memperlakukan mereka sebagai orang yang sudah tobat. Tetapi yang terjadi Khalid memerintahkan supaya Malik dibunuh. Dan pembunuhan inilah yang telah menimbulkan gejolak berkepanjangan di Madinah, sebelum dapat diredakan.
Dampak inilah yang berpengaruh dalam kebijaksanaan Umar bin Khattab terhadap Khalid bin Walid setelah kemudian ia memangku jabatan Khalifah.
Menurut Haekal, itu pula sebabnya, cerita-cerita sekitar kematian Malik bin Nuwairah itu jadi berpanjang-panjang dan berlain-lainan.
Dengan mengacu kepada Abu Qatadah al-Ansari yang menjadi salah seorang pimpinan pasukan itu at-Tabari menyebutkan bahwa setelah mendatangi mereka malam hari mereka terkejut dan senjata pun mereka ambil. Kami berkata: “Kami Muslimin.” Mereka menjawab: “Kami juga Muslimin.” Lalu kami berkata: “Mengapa kamu bersenjata?” Mereka berkata: “Mengapa kamu juga bersenjata? Kami berkata: “Kalau begitu letakkanlah senjata.” Mereka pun meletakkan senjata. Lalu kami salat, dan mereka pun salat.
Sampai di sini sumber-sumber itu masih senada. Dan dari sini pula mulai timbul perbedaan.
Abu Qatadah berkata: mereka menyetujui zakat dan segala ketentuannya. Yang lain berkata: Mereka tidak mengakui dan berkeras menolaknya.