Meraih Derajat Takwa dengan Puasa Lahir Batin

Senin, 04 Mei 2020 - 14:49 WIB
Banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan dahaga. Ilustrasi/SINDOnews
Mochammad Sa'dun Masyhur

Penulis adalah Holistic Healing Consulting, Expert and Inventor Medical Quran, tinggal di Bogor, Indonesia.

SELAMA ini berkembang pandangan bahwa puasa lahir bathin itu terbagi dua, yakni puasa yang bersifat thzohiriyah dan puasa bathiniah. Keduanya kemudian dipisahkan sebagai kegiatan puasa yang bersifat fisik dan psikis. ( )

Sedangkan tujuan sesuai syariah adalah agar orang yang menjalankan puasa, dapat mencapai derajat mutaqin. Untuk mencapainya, maka harus sesuai, dan tidak boleh melanggar kaidah hukum syariah sebagaimana dinyatakan Alquran dan dicontohkan Rasulullah.

Dalam kaitan ibadah puasa berlaku hukum perihal makan minum, serta tentang macam dan jenisnya, yang harus memenuhi tiga syarat wajib dan tidak boleh ditawar-tawar, yaitu halal, thoyib dan tidak berlebih-lebihan. (Baca juga:

Ketiganya melekat kaidah jenis makan dan minuman, jenis pekerjaan dan cara mendapatkannya, serta jenis perempuan/laki-laki pasangan hidup, yang halal, thoyib dan tidak berlebih-lebihan. Maka derajat mutaqiin itu, hanya dapat diraih jika seseorang yang berpuasa dapat memenuhi semua kaidah di atas secara komprehensif.

Sudah barang tentu kaidah halal, thoyib dan tidak berlebih-lebihan itu berlaku equal. Artinya berlebih-lebihan itu kaidahnya sama dengan tidak halal dan tidak thoyib. Atau sesuatu yang tidak halal itu, kaidahnya berlebih-lebihan dan pasti tidak thoyib, demikian seterusnya.

Apakah seseorang yang berpuasa dengan asupan yang halal, thoyib dan tidak berlebih-lebihan, serta menjalankan amalan puasa lainnya, khususnya sholat taraweh akan mencapai keseimbangan thzohir dan bathin? Dan menjadi mutaqiin? Otomatis, jika dilakukan di jalan Allah.

Penjelasannya, seseorang yang berpuasa, dengan makanan dan minuman yang halal dan thoyib merupakan jaminan asupan gizi yang terbaik bagi tubuh, dan tidak merusak tubuh. Karena itu saat berpuasa perlu dikenali jenis makanan dan minuman yang baik, khususnya untuk kesehatan perut.

Dengan berpegang pada prinsip kaidah tidak berlebih-lebihan, seorang yang sedang puasa harus mampu membatasi makan dan minum, untuk mengurangi beban perut. Termasuk cara makan dan minum. Misal tidak langsung minum dalam jumlah yang berlebihan setelah makan, cukup satu gelas kecil, agar gizi makanan tidak langsung larut terbuang bersama urine.

Kondisi makin berkurangnya beban pada perut, lambat laun akan memperbaiki kesehatan punggung. Hal ini terjadi karena beban syaraf otot perut yang mengantung ke tulang belakang semakin berkurang, dan semakin sehat. Sedangkan kondisi semakin sehatnya perut, dan kecukupan asupan gizi akan menopang kebutuhan pertumbuhan dan metabolisme tubuh secara seimbang.

Prinsip dasar lainnya adalah menegakkan salat. Karena itu di dalam bulan Ramadhan terdapat amalan salat tarawih yang hukumnya sunnah muakkad, atau sangat dianjurkan sesuai Alquran dan hadist, serta beberapa pendapat ulama.

Selain doa dan pengharapan, esensi salat yang disebut Alquran sebanyak 99 kali, melekat pada predikat wayuqîmûna sebagai perintah tegakkanlah. Dalam hal amalan salat, yang ditegakkan itu adalah punggung yakni tulang belakang, yaitu menjalankan seluruh rangkaian gerakan salat dengan cara yang benar.

Selain tuma'ninah, juga harus diikuti dengan meluruskan atau menegakkan tulang belakang pada seluruh posisi gerakan salat. Hanya dengan cara salat yang benar, seorang muslim akan dapat mengembalikan fungsi tulang belakangnya, dan mencapai kesehatan dhohir secara sempurna. Alquran merumuskan itu dengan pernyataan rukuk dan sujudlah, bersama (seperti) orang yang sedang sungguh-sungguh rukuk dan sujud.

Sebaliknya bagi yang melanggar kaidah thzohir dan bathin di atas, mereka tidak akan mendapatkan manfaat apapun, malah bisa saja akan timbul penyakit atau menjadi sakit. Itulah langkah-langkah amalan puasa agar dapat mencapai insan yang mutaqiin, dengan selalu menjalankan dan terus menerus menjaga diri, serta tidak melanggar larangan kaidah syariah.

Jangan sampai puasa yang kita jalani menjadi sia-sia. Dalam kaitan itu, pesan Rasulullah saw sangat penting diperhatikan, “Banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan dahaga...”

Selamat menjalani puasa thzohir dan bathin. Selamat meraih derajat ketaqwaan.
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
فَلَمَّا نَسُوۡا مَا ذُكِّرُوۡا بِهٖ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ اَبۡوَابَ كُلِّ شَىۡءٍ ؕ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوۡا بِمَاۤ اُوۡتُوۡۤا اَخَذۡنٰهُمۡ بَغۡتَةً فَاِذَا هُمۡ مُّبۡلِسُوۡنَ
Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.

(QS. Al-An'am Ayat 44)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More