Keistimewaan Imam Al-Bukhari, 400-an Ulama Hadis Pernah Menguji Beliau
Selasa, 15 September 2020 - 05:05 WIB
Ada kisah tak biasa berkaitan dengan keistimewaan Imam Al-Bukhari setelah beliau wafat. Pada tahun 464 H, terjadi kekeringan di Samarkand. Mereka melakukan salat istisqa' di dekat kuburan Imam Bukhari .
Imam ad-Dzahabi (wafat 748 H) berkata: "Dan telah berkata Abu 'Aliy Al-Ghassaaniy: Telah mengabarkan kepada kami Abul-Fath Nashr bin Al-Hasan As-Sakatiy As-Samarqandiy: "Kami datang dari negeri Valencia (Spanyol) pada tahun 464 H. Selama beberapa tahun hujan tidak turun pada kami di negeri Samarqand. Orang-orang melakukan istisqaa’ (shalat meminta hujan) beberapa kali, namun hujan tidak juga turun.
Maka, seorang laki-laki saleh yang dikenal dengan kesalehannya mendatangi Qadly negeri Samarqand. Ia berkata: "Sesungguhnya aku mempunyai satu pendapat yang hendak aku sampaikan kepadamu". Qadliy berkata: "Apa itu?". Ia berkata: "Aku berpandangan agar engkau keluar bersama orang-orang menuju kubur Al-Imam Muhammad bin Isma’iil Al-Bukhari .Makam beliau ada di Khartank. Lalu kita melakukan istisqaa' di sisi kuburnya, semoga Allah menurunkan hujan kepada kita". Qadli berkata: "Ya, aku setuju".
Maka, sang Qadli pun keluar dan diikuti oleh orang-orang bersamanya. Qadli tersebut melakukan istisqaa' bersama orang-orang. Orang-orang menangis di sisi kubur dan meminta syafa'at dengan perantara penghuni kubur ( Al-Imaam Al-Bukhari ). Setelah itu, Allah Ta'ala mengutus awan yang membawa hujan sangat lebat. Orang-orang tinggal di Khartank selama kurang lebih tujuh hari. Tidak seorang pun yang dapat pulang ke Samarqand karena derasnya hujan yang turun.
Jarak antara Khartank dan Samarqand sekitar tiga mil. Imam ad-Dzahabi tak berkomentar apa-apa terkait kisah ini, tak pula memungkiri atau membantahnya, karena sejatinya beliau menukil seutuhnya. Cerita serupa tentang kuburan Imam Bukhari ini juga dikisahkan oleh Tajuddin as-Subki dalam kitabnya Thabaqat as-Syafi'iyyah Al-Kubra.
Demikian keistimewaan Imam Al-Bukhari . Semoga kita mendapat keberkahan dari ilmu beliau dan Allah mengumpulkannya di tempat yang tinggi bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم . ( )
Imam ad-Dzahabi (wafat 748 H) berkata: "Dan telah berkata Abu 'Aliy Al-Ghassaaniy: Telah mengabarkan kepada kami Abul-Fath Nashr bin Al-Hasan As-Sakatiy As-Samarqandiy: "Kami datang dari negeri Valencia (Spanyol) pada tahun 464 H. Selama beberapa tahun hujan tidak turun pada kami di negeri Samarqand. Orang-orang melakukan istisqaa’ (shalat meminta hujan) beberapa kali, namun hujan tidak juga turun.
Maka, seorang laki-laki saleh yang dikenal dengan kesalehannya mendatangi Qadly negeri Samarqand. Ia berkata: "Sesungguhnya aku mempunyai satu pendapat yang hendak aku sampaikan kepadamu". Qadliy berkata: "Apa itu?". Ia berkata: "Aku berpandangan agar engkau keluar bersama orang-orang menuju kubur Al-Imam Muhammad bin Isma’iil Al-Bukhari .Makam beliau ada di Khartank. Lalu kita melakukan istisqaa' di sisi kuburnya, semoga Allah menurunkan hujan kepada kita". Qadli berkata: "Ya, aku setuju".
Maka, sang Qadli pun keluar dan diikuti oleh orang-orang bersamanya. Qadli tersebut melakukan istisqaa' bersama orang-orang. Orang-orang menangis di sisi kubur dan meminta syafa'at dengan perantara penghuni kubur ( Al-Imaam Al-Bukhari ). Setelah itu, Allah Ta'ala mengutus awan yang membawa hujan sangat lebat. Orang-orang tinggal di Khartank selama kurang lebih tujuh hari. Tidak seorang pun yang dapat pulang ke Samarqand karena derasnya hujan yang turun.
Jarak antara Khartank dan Samarqand sekitar tiga mil. Imam ad-Dzahabi tak berkomentar apa-apa terkait kisah ini, tak pula memungkiri atau membantahnya, karena sejatinya beliau menukil seutuhnya. Cerita serupa tentang kuburan Imam Bukhari ini juga dikisahkan oleh Tajuddin as-Subki dalam kitabnya Thabaqat as-Syafi'iyyah Al-Kubra.
Demikian keistimewaan Imam Al-Bukhari . Semoga kita mendapat keberkahan dari ilmu beliau dan Allah mengumpulkannya di tempat yang tinggi bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم . ( )
(rhs)