Nasihat Rasulullah SAW kepada Ibnu Umar

Kamis, 07 Mei 2020 - 07:30 WIB
Ustaz DR Miftah el-Banjary, pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Quran. Foto/Ist
Ustaz DR Miftah el-Banjary

Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an

Filosofi hidup untuk memahami hidup ini, sejatinya kita tak membutuhkan filosof Yunani, filosof Barat maupun Timur. Cukup satu Hadis Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) saat menasehati Ibnu Umar:

كُنْ في الدُّنْيا كأَنَّكَ غريبٌ، أَوْ عَابِرُ سبيلٍ

"Jadilah di dunia ini engkau seumpama orang asing atau seorang pengembara." (HR Al-Bukhari)



Rasulullah SAW memberi perhatian besar kepada Ibnu Umar besar yang saat itu berusia masih 12 tahun. Sebuah Hadis yang mengandung hikmah luar biasa. Jika direnungi secara mendalam, maknanya sangat dalam dan tingkatan filosofinya berada di semua puncak pemikiran tentang hakikat dunia.

Dunia ini bukan tujuan. Dunia ini hanyalah perlintasan sementara, persinggahan singkat. Halte untuk menantikan jemputan menuju stasiun akhir. Pos perhentian singkat yang menunggu antrian lanjutan.

Jika kereta yang singgah hanya sekadar berhenti mendinginkan mesin, tak akan ada yang ingin keluar turun meninggalkan gerbong. Sebab tujuannya belum sampai pada stasiun akhir yang ingin dicapai.

Andai semua orang memahami hakikat tujuan hidup sebenarnya yang dia ingin tuju adalah tempat yang indah, tentu dia tak akan suka berlama-lama di dalam perjalanannya. Kita semua terlahir untuk sebuah misi perjalanan suci itu menuju kebesaran dan kemurahan rahmat-Nya. Terlahir dalam sebuah titah mulia sebagai pengembara dunia fana.

Dalam misi pengembaraan suci itu, yang kita butuhkan hanyalah beberapa potong roti untuk mengganjal perut, beberapa teguk air demi membasahi kerongkongan, beberapa lembar kain untuk menutup badan, dan dahan rindang pohon berteduh.

Jika demikian, hakikat kehidupan di alam fana ini, manusia sesungguhnya tak membutuhkan kemewahan, berhektar-hektar tanah. Sebab dia hanya membutuhkan ukuran kecil seukuran tubuhnya untuk menyimpan jasadnya tak dimangsa binatang buas kala dia mati.

Apa yang ingin ditimbun dari kekayaan di atas perut bumi, sedangkan ia tak membawanya masuk bersamanya ke dalam tanah itu? Pangkat, jabatan, dan kehormatan pun tak akan diukir di batu nisannya. Apalagi disematkan pada namanya setelah ketiadaanya, melainkan hanya tinggal disebut dengan panggilan almarhum dan almarhumah saja. Lantas seperti apa yang diharapkan dari semua yang fana ini?

Ingin kaya, sekaya apa? Ingin hebat, sehebat apa? Ingin terkenal, seterkenal apa? Semua sudah tak berguna saat roh meninggalkan rumahnya, saat rumah tak lagi berpenghuni nyawa. Bila jasad tak lagi kuasa.

Saat nafas keluar tak dapat masuk lagi atau ketika nafas masuk tak keluar lagi. Mulut menganga tersumpal tanah. Badan busuk menjadi santapan makhluk hina melata.

Saat itulah tersadar diri, kini telah berada dalam gelap gulita, tanpa pernah sempat membawa bekal persiapan ke tempat abadi. Benarlah kata Nabi, "Tak bergeser kaki seorang hamba hingga dia akan dipertanyakan empat pertanyaan di hari kiamat kelak. Tentang usianya kemana dia gunakan? Tentang ilmunya kemana dia amalkan? Tentang hartanya dari dan kemana dia infakkan? Tentang hidupnya kemana dia habiskan?"

Maka, jika setiap jiwa menyadari bahwa dia seorang pengembara, maka dia berhenti untuk melanjutkan perjalanan. Jangan sampai ada penundaan, jika tak ingin ada penyesalan tak berkesudahan.

Terakhir, Nabi menepuk pundak Ibnu Umar:

أَمْسَيْتَ فَلا تَنْتَظِرِ الصَّباحَ، وإِذَا أَصْبَحْتَ فَلا تَنْتَظِرِ المَساءَ، وخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لمَرَضِكَ، ومِنْ حياتِك لِمَوتِكَ" رواه البخاري.

"Jika kamu berada di sore hari, maka janganlah menunda sampai pagi hari. Jika engkau berada di pagi hari, maka janganlah tunda sampai sore. Pergunakan sehatmu sebelum datang sakitmu. Pergunakan hidupmu sebelum tiba kematianmu." (HR. Al-Bukhari)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّكَ الَّذِىۡ خَلَقَ‌ۚ (١) خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ‌ۚ‏ (٢) اِقۡرَاۡ وَرَبُّكَ الۡاَكۡرَمُۙ (٣) الَّذِىۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِۙ (٤) عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡؕ (٥)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

(QS. Al-'Alaq Ayat 1-5)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More