Hari Kedua Perang Kadisiah: Pasukan Persia Tanpa Gajah, Pasukan Muslim di Atas Angin

Senin, 19 Oktober 2020 - 10:25 WIB
Ketika itu setiap melihat satu regu dari pasukannya Qa'qa' bertakbir yang disambut pula oleh anggota-anggota pasukannya dengan takbir pula. Dengan demikian semangat mereka makin tinggi, dan sebaliknya pada pasukan Persia timbul rasa gamang, bahwa bala bantuan itu datang tak putus-putusnya dan tak akan mungkin rasanya pasukan Rustum akan mampu menghadapinya.

Bagaimana akan mampu, mereka melihat Qa'qa' sendiri saja sudah dapat menjatuhkan siapa yang dihadapinya. Bahman si Pengawal Istana sudah dibuatnya terkapar! Dua orang pahlawan kawakan Persia berpengalaman lainnya akan mengadakan pembalasan atas kedua rekannya itu. Mereka bertarung melawan Qa'qa' yang ketika itu ditemani oleh Haris bin Zubyan bin al-Haris.

Seperti nasib Bahman, kedua pahlawan kawakan Persia itu pun tewas dalam duel itu. Kemudian Qa'qa' memanggil-manggil pasukannya: Hai kaum Muslimin, teruskan dengan pedang kalian! Mereka akan dapat dihabiskan hanya dengan itu! Mereka bersama menghunus pedang, menyerbu dan menghujani pasukan Persia dengan pukulan hingga sore. ( )

Abu Mihjan as-Saqafi

Dalam pada itu Mihjan as-Saqafi masih diikat dalam penjara, karena kedapatan minum khamr. Sa’ad bin Abi Waqqash menghukumnya dengan memenjarakannya serta melarangnya untuk ikut berjihad.

Abu Mihjan ini termasuk kesatria Arab yang sudah mereka buktikan. Sesudah pertempuran makin menjadi-jadi dan takbir mereka terus-menerus menggema di telinganya, sambil menyeret belenggu yang mengikatnya itu ia berusaha menghampiri Sa’ad untuk meminta maaf dan minta dilepaskan. Tetapi Sa’ad menghardiknya dan menyuruhnya kembali. ( )

Abu Mihjan pergi menemui istrinya Salma binti Hafs. la meminta agar ikatannya itu dilepaskan dan meminjamkan si Balqa', kuda Sa’ad. la bersumpah, kalau Allah menyelamatkannya ia akan kembali dan akan memasang lagi belenggu itu di kakinya.

Tetapi Salma menjawab: Itu bukan urusan saya! Mihjan kembali dan tampak sedih sekali. Sambil melompat-lompat dengan belenggu di kaki ia membaca syairnya, yang intinya:

Betapa sedih hatiku membiarkan kuda dalam kandang

Dan aku dibiarkan terbelenggu begini

Bila sudah melesat menghadapi musuh

Aku tak lagi mendengar siapa pun.

Dulu, aku yang kaya raya, yang banyak saudara

Kini ditinggalkan sebatang kara.

Tetapi, apa pun akibatnya

Aku tak akan melanggar janjiku kepada Allah.

Mendengar pembacaan sajak itu Salma merasa kasihan. Ia berkata: "Saya telah memohon kepada Allah kiranya pilihanku diterima-Nya, maka kuterima janjimu. Ia pun dilepaskan. Sekarang kuda Balqa' itu dikeluarkan dari kandang. Ia pergi dengan kuda itu berikut senjatanya.




Ia menyeruak ke tengah-tengah barisan dan sambil bertakbir ia memacu kudanya, kadang ke sayap kanan, kadangkala ke sayap kiri dengan menggunakan pedang membabati musuh-musuhnya. Orang tidak tahu, siapa pahlawan ini. Mereka mengira dia anak buah Hasyim bin Utbah.

Sa’ad bin Abi Waqqas yang melihatnya hanya dari gedung berkata: "Kalau tidak karena Abu Mihjan sekarang masih dalam penjara, tentu kukatakan, ini Abu Mihjan, dan itu Balqa' kudaku."
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Manusia yang paling dibenci Allah adalah yang keras kepala dan suka membantah.

(HR. Bukhari No. 6651)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More