Mu'adzah binti Abdillah, Perempuan yang Selalu Menghidupkan Salat Malam
Selasa, 24 November 2020 - 18:31 WIB
Ia menceritakan,”Maka cangkir itu dibalik dan menumpahkan tuak yang ada didalamnya. Lalu Allah menghilangkan rasa sakit diperutnya.
(Baca juga : Raffi Ahmad Kaget Wajah Ayahnya Juga Mirip Ayah Dimas Ramadhan, sang Kembaran )
Sepeninggal suaminya, Muadzah masih hidup lebih 20 tahun. Setiap hari yang ia lewati, senantiasa ia siapkan untuk bertemu dengan Allah SWT. Ia berharap dapat berkumpul kembali dengan suami dan anaknya dalam naungan kasih sayangNya.
Dikisahkan saat menjelang ajalnya, Muadzah menangis kemudian tertawa. Lalu ia ditanya,” Apa alasan untuk menangis dan apa alasan untuk tertawa?”
Ia menjawab,”Adapun tangisanku yang kalian lihat karena saya mengingat perpisahan dengan aktivitas puasa, salat dan zikir. Itulah tangisan tadi. Adapun senyuman dan tawa, karena saya melihat Abu ash-Shahba telah menyambutku di beranda rumah dengan dua kalung berwarna hijau. Dan ia bersama dalam rombongan. Sungguh saya tidak melihat mereka mempunyai kalung yang menyamainya. Maka saya tertawa.”
Itulah firasatnya. Ia wafat sebelum masuk waktu salat, pada tahun 83 H. Usai sudah lembaran hidup perempuan yang saleha dan rajin beribadah ini. Namun sejarah terus menebar keutamaannya agar menjadi teladan bagi para perempuan.
Wallahu A'lam
(Baca juga : Raffi Ahmad Kaget Wajah Ayahnya Juga Mirip Ayah Dimas Ramadhan, sang Kembaran )
Sepeninggal suaminya, Muadzah masih hidup lebih 20 tahun. Setiap hari yang ia lewati, senantiasa ia siapkan untuk bertemu dengan Allah SWT. Ia berharap dapat berkumpul kembali dengan suami dan anaknya dalam naungan kasih sayangNya.
Dikisahkan saat menjelang ajalnya, Muadzah menangis kemudian tertawa. Lalu ia ditanya,” Apa alasan untuk menangis dan apa alasan untuk tertawa?”
Ia menjawab,”Adapun tangisanku yang kalian lihat karena saya mengingat perpisahan dengan aktivitas puasa, salat dan zikir. Itulah tangisan tadi. Adapun senyuman dan tawa, karena saya melihat Abu ash-Shahba telah menyambutku di beranda rumah dengan dua kalung berwarna hijau. Dan ia bersama dalam rombongan. Sungguh saya tidak melihat mereka mempunyai kalung yang menyamainya. Maka saya tertawa.”
Itulah firasatnya. Ia wafat sebelum masuk waktu salat, pada tahun 83 H. Usai sudah lembaran hidup perempuan yang saleha dan rajin beribadah ini. Namun sejarah terus menebar keutamaannya agar menjadi teladan bagi para perempuan.
Wallahu A'lam
(wid)