Kisah Sunan Ampel (1): Dari Champa Menuju Majapahit Ajarkan Falsafah Molimo
Sabtu, 12 Desember 2020 - 06:42 WIB
Dan sepanjang perjalanan itu beliau juga melakukan dakwah sehingga bertambahlah anggota rombongan yang mengikuti perjalanannya ke Ampeldenta.
Setelah itu beliau menetap di desa Ampeldenta, menjadi penguasa daerah tersebut. Maka kemudian beliau dikenal sebagai Sunan Ampel.
Sunan artinya yang dijunjung tinggi atau panutan masyarakat setempat. Langkah pertama yang dilakukan Raden Rachmat di Ampeldenta adalah membangun masjid sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi sewaktu hijrah ke Madinah .
Selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau datang berguru kapada beliau.
Hasil didikan beliau yang terkenal adalah falsafah Molimo. Ini merupakan gabungan dari kata “Mo” yang berarti tidak mau, dan “limo” yang berarti lima perkara. Maka, “Molimo” adalah tidak mau melakukan lima perkara yang dilarang.
Lima perkara tersebut adalah “Emoh Main” (tidak mau berjudi), “Emoh Ngumbi” (tidak mau minum yang memabukkan), “Emoh Madat” (tidak mau mengisap candu atau ganja), “Emoh Maling” (tidak mau mencuri atau kolusi), dan “Emoh Madon” (tidak mau berzina).
Setelah Molimo, Sunan Ampel kembali membuat istilah baru membangun budi pekerti luhur karena adanya budi pekerti maka sifat sopan santun, tata krama, dan perilaku baik akan menjadi tabiat. (Bersambung)
Setelah itu beliau menetap di desa Ampeldenta, menjadi penguasa daerah tersebut. Maka kemudian beliau dikenal sebagai Sunan Ampel.
Sunan artinya yang dijunjung tinggi atau panutan masyarakat setempat. Langkah pertama yang dilakukan Raden Rachmat di Ampeldenta adalah membangun masjid sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi sewaktu hijrah ke Madinah .
Selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau datang berguru kapada beliau.
Hasil didikan beliau yang terkenal adalah falsafah Molimo. Ini merupakan gabungan dari kata “Mo” yang berarti tidak mau, dan “limo” yang berarti lima perkara. Maka, “Molimo” adalah tidak mau melakukan lima perkara yang dilarang.
Lima perkara tersebut adalah “Emoh Main” (tidak mau berjudi), “Emoh Ngumbi” (tidak mau minum yang memabukkan), “Emoh Madat” (tidak mau mengisap candu atau ganja), “Emoh Maling” (tidak mau mencuri atau kolusi), dan “Emoh Madon” (tidak mau berzina).
Setelah Molimo, Sunan Ampel kembali membuat istilah baru membangun budi pekerti luhur karena adanya budi pekerti maka sifat sopan santun, tata krama, dan perilaku baik akan menjadi tabiat. (Bersambung)
(mhy)