Perpecahan di Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, Dipicu Soal Pembagian Ghanimah

Kamis, 21 Januari 2021 - 18:23 WIB
"Kalian sebenarnya dendam karena soal yang amat kecil dan mengharapkan sesuatu yang sangat besar," kata Amirul Mukminin sambil menekan perasaan, menanggapi jawaban Thalhah dan Zubair tadi. "Mohonlah pengampunan kepada Allah, Dia akan mengampuni kalian! Bukankah dengan ucapan itu kalian bermaksud hendak mengatakan, bahwa aku ini telah menghapus hak kalian dan aku berlaku zalim terhadap kalian mengenai hal itu? Apakah aku meremehkan atau menutup muka terhadap hukum atau terhadap sesuatu yang sudah menjadi hak kaum muslimin?"

"Na'udzubillah," sela Thalhah dan Zubair.

"Lantas, apa sebab kalian tidak menyukai perintahku dan mempunyai pendirian lain?" tanya Khalifah Ali pula sebelum meneruskan penjelasannya.

"Kami tidak sependapat dengan anda," ujar kedua orang itu, "karena anda tidak melaksanakan pembagian seperti yang telah dilakukan oleh Utsman bin Affan. Hak kami anda samakan saja dengan hak orang lain. Kami ini anda sama-ratakan dengan orang-orang yang tidak seperti kami, sedang kami ini adalah orang-orang yang sudah berjuang dengan pedang, tombak dan senjatasenjata lainnya. Kami telah berjuang sampai dakwah risalah berhasil ditegakkan dan dimenangkan. Kami telah berhasil pula menundukkan mereka yang tidak menyukai Islam…"

Demikian tangkisan dua orang itu, terhadap desakan pertanyaan bertubi-tubi yang diajukan Khalifah Ali. Dengan tidak menanggapi secara langsung pembicaraan tentang jasa-jasa mereka, Khalifah Ali berkata lebih jauh: "Setelah kepemimpinan itu kuterima, aku selalu berpegang dan tidak pernah berpaling dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Kujalankan dan kuikuti apa saja yang ditunjukkan oleh kedua-duanya. Apa yang sudah ditunjukkan oleh Allah dan Rasul-Nya, aku tidak memerlukan pendapat kalian. Jika ada masalah hukum yang tidak kutemui penjelasannya, baik di dalam Kitab Allah maupun dalam Sunnah Rasul-Nya, dan hal itu memang perlu dimusyawarahkan, kalian tentu kuajak bermusyawarah."

"Tentang pembagian harta ghanimah secara merata, bukan aku yang mula-mula menetapkan hukumnya. Aku dan kalian berdua sama-sama menyaksikan bahwa Rasulullah s.a.w. sendirilah yang menetapkannya. Kitab Allah juga menyebutkan hal itu, yaitu Kitab Suci yang tidak mengandung kebatilan sedikitpun, baik secara terang maupun samar."

"Adapun pernyataan kalian yang mengatakan kalian berhak menerima pembagian lebih banyak dari orang lain, karena kalian telah berjuang dengan pedang dan tombak, ketahuilah…, bahwa sebelum kalian sudah ada orang-orang yang memeluk Islam lebih dahulu. Mereka pun berjuang membela Islam dengan pedang dan tombak. Walaupun demikian, Rasulullah s.a.w. tidak memberi kepada mereka jumlah yang lebih banyak daripada orang lain. Rasulullah s.a.w. tidak memberi keistimewaan kepada mereka hanya karena memeluk Islam lebih dini. Allah sendirilah pada hari kiamat kelak akan melimpahkan pahala kepada mereka."

Penjelasan Khalifah Ali yang dramatis itu didengarkan oleh semua yang berada di dalam masjid.

Mengakhiri penjelasannya, Khalifah Ali berkata: "Kalian berdua dan juga orang lain, dari aku tidak akan memperoleh lebih dari yang sudah menjadi hak masing-masing. Semoga Allah s.w.t. berkenan membuka hatiku dan hati kalian untuk dapat menerima kebenaran. Semoga pula Ia melimpahkan kesabaran kepadaku dan kepada kalian. Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada setiap orang yang setelah mengetahui kebenaran lalu bersedia membelanya, dan yang setelah mengetahui kezaliman lalu bersedia menolaknya…"

Dialog tersebut dikutip H.M.H. Al Hamid Al Husaini

dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a." dari tulisan salah seorang tokoh kaum Mu'tazilah, Abu Ja'far AlIskafiy, yang berasal dari Bagdad.

Dalam tanggapannya, Al-Iskafiy mengungkapkan, bahwa pembagian harta ghanimah yang dilakukan oleh Khalifah Ali itu sama seperti yang dahulu dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar r.a.

Al-Iskafiy bertanya: Mengapa Thalhah dan kawan-kawannya itu dulu tidak pernah menolak? Perbedaan apakah yang mereka tentang sekarang ini?

Al-Iskafiy kemudian menjawab pertanyaan sendiri: "Apa yang dulu dilakukan oleh Abu Bakar r.a. sepenuhnya sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditempuh oleh Rasulullah s.a.w. semasa hidupnya. Tetapi pada masa Khalifah Umar bin Khattab, ia melaksanakan pembagian yang berbeda. Yaitu memberi kepada segolongan orang lebih banyak daripada yang diberikan kepada golongan lain. Dengan demikian mereka yang menerima lebih banyak itu menjadi terbiasa dimanjakan, sampai lupa kepada cara pembagian

sebelumnya.

"Masa pemerintahan Umar r.a. relatif lama, sehingga pikiran orang-orang itu cukup terpengaruh oleh kesenangan akan harta yang mendatangkan kenikmatan duniawi. Sementara itu orang lain yang menerima lebih sedikit, menjadi terbiasa pula menerima apa adanya. Tidak ada di antara dua golongan itu yang menduga bakal dikembalikannya sistim pembagian seperti yang dulu dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. dan Abu Bakar r.a."

"Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, ia melaksanakan sistem pembagian sama seperti yang dilaksanakan Khalifah Umar. Oleh karena itu kaum muslimin bertambah yakin tentang benarnya sistem pembagian yang dilaksanakan oleh Umar dan Utsman r.a.

"Dengan mengembalikan sistim pembagian seperti yang berlaku pada masa Rasulullah s.a.w. dan Abu Bakar, sama artinya Khalifah Ali telah menghapus sistem pembagian yang dilakukan Khalifah Umar dan Khalifah Utsman.

Sebagaimanan diketahui, kurun waktu yang memisahkan antara kekhalifahan Abu Bakar dan kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ialah 22 tahun. Jadi hampir satu generasi! Itulah sebabnya mengapa perubahan drastis yang dilakukan oleh Khalifah Ali sangat menyentak hati mereka yang sudah terbiasa menerima pembagian lebih banyak selama 22 tahun."

Masalah pembagian harta ghanimah tersebut, ternyata telah mencuramkan jurang pertentangan antara Khalifah Ali di satu pihak dengan Thalhah Zubair dan kawan-kawannya di pihak lain.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Farwah bin Naufal Al Asyja'i dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat memohon kepada Allah Azza wa Jalla, maka Aisyah menjawab, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa: ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA 'AMILTU WA MIN SYARRI MAA LAM A'MAL (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan).

(HR. Muslim No. 4891)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More