Ini Alasan Mengapa Sholat Tarawih Dikerjakan 20 Rakaat
Jum'at, 02 April 2021 - 05:00 WIB
Kesimpulan
Setidaknya ada empat kesimpulan yang dapat kita petik dari pembahasan ini, yaitu:
1. Menghidupkan malam‐malam bulan Ramadhan dengan ibadah adalah sunnah mu’akadah, sebab Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sangatlah menganjurkan hal tersebut, sehingga beliau bersabda, "(Ramadhan) adalah bulan yang diwajibkan berpuasa oleh Allah Ta'ala, dan aku sunnahkan shalat di malam harinya, siapa yang berpuasa di siang harinya dan shalat di malam harinya (tarawih) dengan penuh keimanan dan pengharapan kepada Allah, akan keluar dari bulan Ramadhan seperti bayi yang baru dilahirkan (tanpa dosa)."
2. Tarawih berjamaah sunnah mu'akadah, sebab pernah dikerjakan Rasulullah صلى الله عليه وسلم pada beberapa malam di bulan Ramadhan, juga sebagaimana yang dilakukan para sahabat setelahnya.
3. Jumlah rakaat tarawih 20 rakaat, sebagaimana ijma' para sahabat dan ulama, merupakan sunnah juga, sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم: "Kerjakanlah atas kalian akan sunnah‐sunnahku dan sunnah‐sunnah Khulafaur Rasyidin setelahku."
4. Shalat tarawih dikerjakan setelah mengerjakan shalat Isya. Tidak sah bila dikerjakan sebelum menyelesaikan shalat Isya.
Renungan
Perlu diingat sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa perbedaan ini hanyalah berkisar seputar mana yang lebih afdhal. Jadi, tidak selayaknya kelompok yang memilih melaksanakan shalat tarawih 20 rakaat melecehkan atau menyesatkan kelompok yang memilih melakukannya dengan 8 rakaat. Begitu pula sebaliknya. Apalagi sampai saling mengkafirkan.
Sangat disesalkan apabila di bulan Ramadhan yang agung, bulan berlomba‐lomba mencari pahala, berkah, kasih sayang, dan ampunan dari Allah Ta'ala, justru dikotori dengan saling hina, saling menyalahkan. Bahkan saling mengkufurkan antara kelompok masyarakat yang lebih memilih shalat tarawih sebanyak 20 rakaat dengan kelompok masyarakat yang memilih 8 rakaat saja.
Ulama besar Jakarta Al-Muhaddits Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (wafat 1969) pernah ditanya tentang jumlah rakaat pada shalat tarawih di bulan Ramadhan. Maka beliau menjawab dengan tegas, "Silakan jika Anda ingin shalat 20 rakaat, silakan jika Anda ingin solat 8 rakaat. Dan silakan jika Anda tidak ingin melaksanakan shalat tarawih sama sekali, karena tarawih adalah ibadah sunnah dan bukan wajib.
Namun, Anda sangat dilarang untuk berkelahi, bertikai, bermusuhan dan mendengki serta saling membenci. Inilah yang diharamkan oleh Allah yang harus kita perhatikan.
Demikian penjelasan ilmiah tentang sholat tarawih. Semoga Allah memberi taufik-Nya kepada kita agar dapat menghidupan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Aamiin.
Wallahu A'lam
Sumber:
Dauroh Nisyfu Sya'ban & Menyambut Ramadhan
Al-Habib Ahmad Bin Novel Salim Jindan
Setidaknya ada empat kesimpulan yang dapat kita petik dari pembahasan ini, yaitu:
1. Menghidupkan malam‐malam bulan Ramadhan dengan ibadah adalah sunnah mu’akadah, sebab Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sangatlah menganjurkan hal tersebut, sehingga beliau bersabda, "(Ramadhan) adalah bulan yang diwajibkan berpuasa oleh Allah Ta'ala, dan aku sunnahkan shalat di malam harinya, siapa yang berpuasa di siang harinya dan shalat di malam harinya (tarawih) dengan penuh keimanan dan pengharapan kepada Allah, akan keluar dari bulan Ramadhan seperti bayi yang baru dilahirkan (tanpa dosa)."
2. Tarawih berjamaah sunnah mu'akadah, sebab pernah dikerjakan Rasulullah صلى الله عليه وسلم pada beberapa malam di bulan Ramadhan, juga sebagaimana yang dilakukan para sahabat setelahnya.
3. Jumlah rakaat tarawih 20 rakaat, sebagaimana ijma' para sahabat dan ulama, merupakan sunnah juga, sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم: "Kerjakanlah atas kalian akan sunnah‐sunnahku dan sunnah‐sunnah Khulafaur Rasyidin setelahku."
4. Shalat tarawih dikerjakan setelah mengerjakan shalat Isya. Tidak sah bila dikerjakan sebelum menyelesaikan shalat Isya.
Renungan
Perlu diingat sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa perbedaan ini hanyalah berkisar seputar mana yang lebih afdhal. Jadi, tidak selayaknya kelompok yang memilih melaksanakan shalat tarawih 20 rakaat melecehkan atau menyesatkan kelompok yang memilih melakukannya dengan 8 rakaat. Begitu pula sebaliknya. Apalagi sampai saling mengkafirkan.
Sangat disesalkan apabila di bulan Ramadhan yang agung, bulan berlomba‐lomba mencari pahala, berkah, kasih sayang, dan ampunan dari Allah Ta'ala, justru dikotori dengan saling hina, saling menyalahkan. Bahkan saling mengkufurkan antara kelompok masyarakat yang lebih memilih shalat tarawih sebanyak 20 rakaat dengan kelompok masyarakat yang memilih 8 rakaat saja.
Ulama besar Jakarta Al-Muhaddits Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (wafat 1969) pernah ditanya tentang jumlah rakaat pada shalat tarawih di bulan Ramadhan. Maka beliau menjawab dengan tegas, "Silakan jika Anda ingin shalat 20 rakaat, silakan jika Anda ingin solat 8 rakaat. Dan silakan jika Anda tidak ingin melaksanakan shalat tarawih sama sekali, karena tarawih adalah ibadah sunnah dan bukan wajib.
Namun, Anda sangat dilarang untuk berkelahi, bertikai, bermusuhan dan mendengki serta saling membenci. Inilah yang diharamkan oleh Allah yang harus kita perhatikan.
Demikian penjelasan ilmiah tentang sholat tarawih. Semoga Allah memberi taufik-Nya kepada kita agar dapat menghidupan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Aamiin.
Wallahu A'lam
Sumber:
Dauroh Nisyfu Sya'ban & Menyambut Ramadhan
Al-Habib Ahmad Bin Novel Salim Jindan
(rhs)