Idul Fitri dan Keselamatan Jiwa

Kamis, 21 Mei 2020 - 15:46 WIB
Pemeran utama dalam perang melawan penyebaran wabah covid19 ini adalah pemerintah. Foto/Ilustrasi/Dok. SINDOnews
Arif Jamali Muis

Relawan Muhammadiyah Covid-19 Command Center

IDUL fitri 1441 H tahun ini, mungkin menjadi perayaan kemenangan pertama kali dalam sejarah hidup kita tidak dirayakan dengan salat di lapangan terbuka, silaturahmi yang dibatasi dan mudik yang dilarang. Sebab, idul fitri tahun ini dalam kondisi wabah pandemi Covid-19 , yang proses penularannya melalui kontak antar-manusia. Tentu kita paham bukan salatnya yang dilarang, bukan silaturahminya yang tidak diperbolehkan akan tetapi berkumpul dan kontak antarmanusia yang dikhawatirkan akan terjadi penularan virus Covid-19.



Islam Menyelamatkan Kemanusiaan

Ketika saya mewakili Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY membahas pelaksanaan salat idul fitri, bersama organisasi-organisasi keagamaan dan pemerintah daerah di kantor wilayah kementerian agama DIY, yang salah satu hasilnya adalah salat idul fitri dilaksanakan di rumah masing-masing, ada pertanyaan kenapa Muhammadiyah menganjurkan ibadah di rumah?

Ada sebagian pihak yang membandingkan komitmen beribadah di rumah ini dengan kenyataan bahwa ruang publik seperti pasar dan mall dan sarana kegiatan ekonomi lainnya tidak dibatasi juga.

Ada beberapa alasan. Pertama, Islam sebagai dasar persyarikatan Muhammadiyah dipahami sebagai agama fitrah kemanusiaan yang menempatkan nilai keimanan selaras dengan misi mulia menjunjung kehidupan ekosistem. Salah satu tujuan paling hakiki agama diturunkan adalah untuk “memberi petunjuk” supaya umat manusia memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat. “Keselamatan” ini bisa berarti banyak. “Selamat” secara akidah, juga “selamat” secara lahiriah-jasadiah.



Maka semua proses peribadatan yang dilakukan bisa dipastikan memperhatikan keselamatan jiwa manusia. Jika prosedur tempat pelaksanaan ibadah harus disesuaikan selama masa penyebaran pandemi, itu semua demi menghadirkan ketenangan, kekhusyukan dan kehidmatan berjumpa dengan Allah.

Islam selalu membuat alternatif atau jalan keluar dari persoalan-persoalan ibadah yang sulit dilakukan manusia. Contoh yang paling sederhana, jika pelaksanaan salat berdiri tidak mampu dan membahayakan, maka salat bisa dilaksanakan dengan duduk atau berbaring. Begitu pula seandainya dalam niat hendak berangkat ke masjid tapi tidak dimungkinkan oleh sebab kejadian-kejadian tertentu, maka muadzin di masjid bisa menyerukan “salatlah kamu di rumah” (صَلُّوا فِى بُيُوتِكُمْ). Itulah bukti bahwa Islam merupakan agama yang berpihak pada kondisi nyata tantangan manusia.

Kedua, Muhammadiyah melandaskan keputusannya atas dasar ketentuan-ketentuan dalil (nash) baik yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an maupun hadis Nabi Muhammad SAW. Maklumat atau himbauan salat idul fitri di rumah, merupakan rekomendasi agama sesuai dengan semangat ketarjihan Muhammadiyah.



Ketiga, maklumat ibadah di rumah saat pandemi termasuk dilandaskan pada pertimbangan ilmu pengetahuan. Wabah virus Covid-19 berdasarkan hasil riset para ahli menyebar melalui interaksi manusia. Daya penularan virus ini sangat cepat dengan risiko berbahaya. Oleh karena itu, sangat gampang tertular jika manusia berkerumun, tidak menjaga jarak.

Kegiatan keagamaan yang mengumpulkan orang banyak termasuk salat berjamaah sangat berpotensi terjadi penularan covid19. Berdasarkan pertimbangan dalil ilmu pengetahuan itulah yang juga menjadi landasan Muhammadiyah memutuskan maklumat ibadah di rumah.



Perlu dipahami bahwa keputusan perihal keagamaan dengan mempertimbangkan ilmu pengetahuan merupakan ciri Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan telah mencontohkannya dengan menata ulang arah kiblat salat. KH Ahmad Dahlan membetulkan arah kiblat berdasarkan ilmu geografi dengan alat peta dunia. Metode seperti ini dulu dianggap aneh dan keluar dari kelaziman beragama. Saat ini, semua orang mengakui jika ilmu pengetahuan dapat membantu manusia meningkatkan kualitas peribadahan yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.

Contoh lainnya, yakni saat Muhammadiyah mempergunakan perhitungan matematis dalam ilmu astronomi untuk penentuan awal ramadhan dan akhir bulan Ramadan. Tantangan Muhammadiyah hari ini dengan menggunakan pemodelan matematis dalam mempertimbangkan penyebaran wabah pandemi juga memperoleh respon sama persis. Ikhtiar memberikan panduan keagamaan yang benar dan mashlahat sangatlah penting.

Sebagai gerakan keislaman modern, Muhammadiyah punya tanggungjawab besar berperan dalam menuntun jalan tengah keluar dari problem dunia modern. Itu tidak mudah. Tapi muhammadiyah harus mempertahankan cara berpikir Islam yang berkemajuan ini.

Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنَّمَا الۡخَمۡرُ وَالۡمَيۡسِرُ وَالۡاَنۡصَابُ وَالۡاَزۡلَامُ رِجۡسٌ مِّنۡ عَمَلِ الشَّيۡطٰنِ فَاجۡتَنِبُوۡهُ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.

(QS. Al-Maidah Ayat 90)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More