Sayyidah Maimunah, Wanita Terakhir yang Dinikahi Rasulullah

Jum'at, 22 Mei 2020 - 14:54 WIB


Nabi Muhammad berusaha menengahi dengan meminta ‘waktu tambahan’. Kepada keduanya, Nabi mengatakan baru saja menikah dengan Sayyidah Maimunah dan akan mengadakan pesta perkawinan. Beliau akan menjamu mereka dengan makanan dan minuman manakala diizinkan untuk tinggal di Makkah barang sebentar lagi. Sayang, mereka menolak tegas tawaran itu dan menyuruh Nabi lekas meninggalkan Makkah.

Merujuk Biografi Istri-istri Nabi Muhammad SAW (Aisyah Abdurrahman, 2018), Nabi Muhammad langsung memerintahkan pasukan Islam untuk bersiap-siap meninggalkan Makkah setelah peristiwa itu. Beliau kemudian meminta pembantu Abbas bin Abdul Muthalib, Abu Rafi, mengawal Sayyidah Maimunah keluar dari Makkah, menyusul rombongan Nabi Muhammad.



Sayyidah Maimunah akhirnya bertemu dengan Nabi Muhammad di daerah Saraf, sekitar 10 kilometer dari Makkah. Di sinilah Nabi Muhammad merayakan pernikahannya dengan Sayyidah Maimunah, wanita terakhir yang dinikahinya. Nabi dan rombongannya langsung kembali ke Madinah begitu acara perayaan perkawinannya selesai.

Lantas apa alasan yang mendasari Nabi Muhammad menikahi Sayyidah Maimunah? Dalam Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW (2018), M Quraish Shihab menguraikan tiga motif mengapa Nabi meminang Sayyidah Maimunah.

Pertama, Abbas bin Abdul Muthalib. Paman Nabi itu menjadi juru bicara yang menyampaikan hasrat Sayyidah Maimunah untuk menjadi istri Nabi. Maka tidak wajar Nabi menolaknya. Terlebih, Sayyidah Maimunah juga termasuk salah satu perempuan yang awal-awal masuk Islam.

Kedua, saudara Asma binti Umais. Selain saudari istri pamannya Abbas, Ummu Fadhl, Sayyidah Maimunah juga saudari—tidak sekandung- dari Asma binti Umais, istri Ja’far bin Abi Thalib, keponakannya. Hubungan itu membuat Nabi tidak wajar menolak Sayyidah Maimunah.

Ketiga, memperkuat hubungan dengan suku-suku lain di Makkah. Saudari-saudari sekandung Sayyidah Maimunah menikah dengan pembesar Makkah. Lubabah al-Kubra, Abbas bin Abdul Muthalib; dan Lubabah as-Shugra, istri al-Walid bin Mughirah dan ibu Khalid bin Walid, merupakan saudari Sayyidah Maimunah.



Begitu juga dengan saudara-saudara tidak sekandungnya. Antara lain Asma binti Umasi yang merupakan istri dari Ja’far bin Abi Thalib—yang ketika wafat- dinikahi Abu Bakar, dan lalu kemudian dinikahi Ali bin Abi Thalib; dan Salman bin Umais yang merupakan istri paman Nabi Muhammad, Hamzah bin Abdul Muthalib.

Dengan demikian, Sayyidah Maimunah memiliki jaringan memiliki hubungan kekerabatan dengan suku-suku terpandang di jazirah Arab, mengingat para menantu ibunya, Hindu bin Auf, adalah para pembesar di sukunya masing-masing.

Dengan menikahi Sayyidah Maimunah, siapa tahu para tokoh Makkah akan memeluk Islam dan posisi Nabi semakin kuat karena menjalin kekeluargaan dengan suku-suku terpandang di jazirah Arab. Dan betul saja, beberapa saat setelah perkawinan itu, Khalid bin Walid , akhirnya memeluk Islam. Nantinya, Khalid ini dikenal sebagai pahlawan Islam karena kecakapannya dalam menghancurkan musuh-musuh Islam di medan perang. ( )

Sayyidah Maimunah dikenal taat beragama, lembut namun tegas, dan bijaksana. Sayyidah Aisyah—istri Nabi yang lainnya- mengatakan bahwa Sayyidah Maimunah adalah wanita yang paling bertakwa dan selalu menjaga silaturahim di antara mereka.

Pada saat Nabi Muhammad sakit—sebelum wafat, beliau dirawat di rumah Sayyidah Maimunah. Namun ketika sakit Nabi semakin parah, beliau akhirnya dipindahkan ke kamar Sayyidah Aisyah yang ada di samping Masjid Nabawi, sesuai kesepakatan semua istri Nabi. Sayyidah Maimunah rela akan hal itu.



Sayyidah Maimunah begitu terkenang dengan Saraf, daerah di mana dia dan Nabi Muhammad melangsungkan ‘bulan madu’. Sampai-sampai sebelum wafat, Sayyidah Maimunah berpesan agar dimakamkan di sana.

Pada masa pemerintahan Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, bertepatan dengan perjalanan kembali dari haji—di suatu tempat dekat Saraf—Maimunah merasa ajalnya sudah tiba. Ketika itu dia berusia 80 tahun, bertepatan dengan tahun ke-61 Hijriyah. Dia dimakamkan di tempat itu juga sebagaimana wasiat yang dia sampaikan. Dan yang memimpin salat jenazahnya adalah Abdullah bin Abbas.

Sayyidah Maimunah termasuk dari istri Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis , selain Sayyidah Aisyah dan Sayyidah Ummu Salamah. Setidaknya, ada 94 hadits yang diriwayatkannya. Riwayat lain menyebut, Sayyidah Maimunah meriwayatkan sekitar 76 hadis dari Nabi SAW. Beberapa hadis yang diriwayatkannya telah ditakhrij dalam kitab hadits Bukhari-Muslim sekitar 13 hadits; 7 hadits sama-sama disepakati oleh kedua imam (muttafaq ‘alaih), satu hadis lainnya ditulis oleh Bukhari, dan 5 hadits lainnya ditulis oleh Muslim. ( )
(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Yang pertama kali yang dihisab (dihitung) dari perbuatan seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika sempurna ia beruntung dan jika tidak sempurna, maka Allah Azza wa Jalla berfirman, Lihatlah apakah hamba-Ku mempunyai amalan shalat sunnah? Bila didapati ia memiliki amalan shalat sunnah, maka Dia berfirman Lengkapilah shalat wajibnya yang kurang dengan shalat sunnahnya

(HR. Nasa'i No. 463)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More