Jejak Sayyidah Ruqayyah dan Nasib Ummu Kultsum Putri Rasulullah
Jum'at, 29 Mei 2020 - 17:30 WIB
SEPENINGGAL Sayyidah Ruqayyah, Utsman bin Affan menikahi Ummu Kultsum. Adik Sayyidah Ruqayyah ini adalah janda Utaibah bin Abu Lahab. Pernikahan ini terjadi pada tahun ke-3 Hijriyah. Hanya saja, keduanya baru berkumpul pada bulan Jumadits-Tsani. (
)
Ummu Kultsum adalah seorang wanita yang cantik. la senang memakai jubah sutra yang bergaris. Pasangan ini hidup bersama sampai Ummu Kultsum meninggal dunia tanpa mendapatkan seorang anak pun. Ummu Kultsum meninggal dunia pada bulan Sya’ban tahun ke-9 Hijriyah.
Rasulullah berkata, "Seandainya aku mempunyai sepuluh orang putri , maka aku akan tetap menikahkan mereka dengan Utsman."
Pada hari Ummu Kultsum wafat, jenazahnya dimandikan oleh Asma’ binti Umais dan Shafiyah binti Abdul Muthalib. Jenazahnya ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat dari batang pohon palem yang baru dipotong.
Dan pada saat penguburannya, Rasulullah duduk di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan berlinang air mata. Jasad Ummu Kultsum dibawa turun ke liang lahat oleh Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari.
Bernasib Sama
Ummu Kultsum adalah putri ketiga Rasulullah SAW dan Khadijah Al-Kubra, setelah Zainab dan Ruqayyah. Karena jarak yang tidak terlalu jauh, Ummu Kultsum dan kakaknya Ruqayyah bagaikan anak kembar. Mereka gemar melakukan segala sesuatu bersama-sama, bermain, hingga tidur pun di atas satu tikar. ( )
Perjalanan hidup Ummu Kultsum dan Ruqayyah hampir sama. Mereka berdua terlahir dari ibu bapak yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya mempunyai arti yang sama; Utbah dan Utaibah, mempunyai mertua yang sama, masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan setelah perceraian itu, mereka mempunyai suami yang sama pula.
Kedekatan dua bersaudara ini tentu mudah dipahami. Selisih usia yang cukup dekat dan juga sifat dan rupa yang juga sama, membuat mereka sangat dekat satu sama lain. Masa kecil mereka lalui bersama. Dan ketika Zainab, kakak tertua menikah dengan Abul Ash, sudah banyak pemuda pemuda Makkah yang ingin meminang Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
Sebelum datang masa kenabian, Ruqayyah disunting oleh seorang pemuda bernama Utbah, putra Abu Lahab bin Abdul Muththalib. Sementara Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab, saudara Utbah. Namun, pernikahan itu tak berlangsung lama.
Baca Juga: Baca juga: Biografi Nabi Muhammad, Manusia Teragung Sepanjang Masa
Berawal dengan diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul, menyusul kemudian turunnya surat Al-Lahab yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab. Maka Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Mereka meminta kedua putranya agar menceraikan putri-putri Rasulullah. “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan kedua putri Muhammad!” Ummu Jamil mengancam. “Kepalaku haram terhadap kepala kalian jika kalian tidak menceraikan kedua putri Muhammad,” tegasnya.
Muhammad Husain Haekal dalam “Sejarah Hidup Muhammad” memaparkan tentang kebiadaban Umm Jamil. Ia, misalnya, melemparkan najis ke depan rumah Rasulullah. Tetapi dengan sabar Nabi Muhammad mengambil lalu membuangnya kotoran itu.
Dan pada waktu salat, Abu Jahal melemparinya dengan isi perut kambing yang sudah disembelih untuk sesajen kepada berhala-berhala. Ditanggungnya gangguan demikian itu dan ia pergi kepada Fatimah, puterinya, supaya mencucikan dan membersihkannya kembali.
Ditambah lagi, di samping semua itu, kaum Muslimin harus menerima kata-kata biadab dan keji kemana saja mereka pergi.
Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah menyelamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun masuk Islam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.
Kedua putri Rasulullah, Ummu Kultsum dan Ruqayyah akhirnya dikembalikan kepada Rasulullah. Keduanya belum dicampuri oleh suami mereka Utbah dan Utaibah.
Utaibah ibn Abi Lahab tidak hanya menceraikan Ummu Kultsum, tetapi ia juga pergi menemui Rasulullah untuk merendahkan beliau di depan umum. Oleh karena itu, Rasulullah berdoa agar Allah menguasakan seekor anjing terhadap dirinya.
Beberapa waktu kemudian, Utaibah diterkam oleh seekor harimau di tengah beberapa orang kawannya yang sedang tidur di sekelilingnya. Demikianlah, dengan perceraian itu selamatlah Ummu Kultsum dari kesengsaraan hidup suaminya yang jahat dan ibu mertuanya yang jahat pula, si pembawa kayu bakar.
Ummu Kultsum adalah seorang wanita yang cantik. la senang memakai jubah sutra yang bergaris. Pasangan ini hidup bersama sampai Ummu Kultsum meninggal dunia tanpa mendapatkan seorang anak pun. Ummu Kultsum meninggal dunia pada bulan Sya’ban tahun ke-9 Hijriyah.
Rasulullah berkata, "Seandainya aku mempunyai sepuluh orang putri , maka aku akan tetap menikahkan mereka dengan Utsman."
Pada hari Ummu Kultsum wafat, jenazahnya dimandikan oleh Asma’ binti Umais dan Shafiyah binti Abdul Muthalib. Jenazahnya ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat dari batang pohon palem yang baru dipotong.
Dan pada saat penguburannya, Rasulullah duduk di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan berlinang air mata. Jasad Ummu Kultsum dibawa turun ke liang lahat oleh Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari.
Bernasib Sama
Ummu Kultsum adalah putri ketiga Rasulullah SAW dan Khadijah Al-Kubra, setelah Zainab dan Ruqayyah. Karena jarak yang tidak terlalu jauh, Ummu Kultsum dan kakaknya Ruqayyah bagaikan anak kembar. Mereka gemar melakukan segala sesuatu bersama-sama, bermain, hingga tidur pun di atas satu tikar. ( )
Perjalanan hidup Ummu Kultsum dan Ruqayyah hampir sama. Mereka berdua terlahir dari ibu bapak yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya mempunyai arti yang sama; Utbah dan Utaibah, mempunyai mertua yang sama, masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan setelah perceraian itu, mereka mempunyai suami yang sama pula.
Kedekatan dua bersaudara ini tentu mudah dipahami. Selisih usia yang cukup dekat dan juga sifat dan rupa yang juga sama, membuat mereka sangat dekat satu sama lain. Masa kecil mereka lalui bersama. Dan ketika Zainab, kakak tertua menikah dengan Abul Ash, sudah banyak pemuda pemuda Makkah yang ingin meminang Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
Sebelum datang masa kenabian, Ruqayyah disunting oleh seorang pemuda bernama Utbah, putra Abu Lahab bin Abdul Muththalib. Sementara Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab, saudara Utbah. Namun, pernikahan itu tak berlangsung lama.
Baca Juga: Baca juga: Biografi Nabi Muhammad, Manusia Teragung Sepanjang Masa
Berawal dengan diangkatnya Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul, menyusul kemudian turunnya surat Al-Lahab yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab. Maka Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Mereka meminta kedua putranya agar menceraikan putri-putri Rasulullah. “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan kedua putri Muhammad!” Ummu Jamil mengancam. “Kepalaku haram terhadap kepala kalian jika kalian tidak menceraikan kedua putri Muhammad,” tegasnya.
Muhammad Husain Haekal dalam “Sejarah Hidup Muhammad” memaparkan tentang kebiadaban Umm Jamil. Ia, misalnya, melemparkan najis ke depan rumah Rasulullah. Tetapi dengan sabar Nabi Muhammad mengambil lalu membuangnya kotoran itu.
Dan pada waktu salat, Abu Jahal melemparinya dengan isi perut kambing yang sudah disembelih untuk sesajen kepada berhala-berhala. Ditanggungnya gangguan demikian itu dan ia pergi kepada Fatimah, puterinya, supaya mencucikan dan membersihkannya kembali.
Ditambah lagi, di samping semua itu, kaum Muslimin harus menerima kata-kata biadab dan keji kemana saja mereka pergi.
Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah menyelamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun masuk Islam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.
Kedua putri Rasulullah, Ummu Kultsum dan Ruqayyah akhirnya dikembalikan kepada Rasulullah. Keduanya belum dicampuri oleh suami mereka Utbah dan Utaibah.
Utaibah ibn Abi Lahab tidak hanya menceraikan Ummu Kultsum, tetapi ia juga pergi menemui Rasulullah untuk merendahkan beliau di depan umum. Oleh karena itu, Rasulullah berdoa agar Allah menguasakan seekor anjing terhadap dirinya.
Beberapa waktu kemudian, Utaibah diterkam oleh seekor harimau di tengah beberapa orang kawannya yang sedang tidur di sekelilingnya. Demikianlah, dengan perceraian itu selamatlah Ummu Kultsum dari kesengsaraan hidup suaminya yang jahat dan ibu mertuanya yang jahat pula, si pembawa kayu bakar.