Tipu Daya Duniawi (5): Fitnah di Balik Legitnya Jabatan dan Takhta
Kamis, 26 Agustus 2021 - 12:59 WIB
Memiliki harta, wanita, dan takhta tidaklah tercela selagi harta di tangan dan akhirat di hati, menjauhi sifat serakah, mencarinya dengan benar, menunaikan hak-haknya, membelanjakan pada tempatnya, dan tidak melampaui batas atau sombong karenanya.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya apa yang dimakan anak Adam dibuat permisalan untuk dunia. Sekalipun ia telah membumbuinya dan menggaraminya dengan lezat, perhatikanlah hasil akhirnya makanan itu juga apa.” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dll, dishahihkan al-Albani di dalam Silsilah ash-Sha hihah: 382.)
Dalam riwayat lainnya disebutkan,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى جَعَلَ مَا يَخْرُجُ مِنَ ابْنِ آدَمَ مَثَلاً لِلدُّنْيَا-الطبراني
Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menjadikan apa yang keluar dari (badan) anak Adam sebagai permisalan terhadap dunia.” (Ath Thabarani, dishahihkan oleh Al Hafidz As Suyuthi)
Al Allamah Al Munawi menjelaskan bahwa maksud dari “apa yang keluar dari anak Adam” adalah air kencing dan tinja.
Sedangan Az Zamakhsyari sendiri menjelaskan makna hadits ini, bahwa makanan meskipun manusia berpayah-payah dalam mengolahnya hingga bentuknya bermacam-macam dan menggugah selera, namun semua jenis makanan itu akhirnya berubah menjadi hal yang menjijikkan, demikian pula nasib dunia yang penuh dengan hal yang menggiurkan ini.
Maka Al Munawi menyimpulkan bahwa syahwat manusia terhadap dunia seperti syahwat manusia terhadap makanan yang akan sirna setelah makanan itu berada dalam perut. Demikian pula syahwat terhadap dunia, ia akan berubah manjadi hal yang dibenci dan menjijikkan ketika seorang berada dalam proses kematian.
Selaras dengan hadits di atas, suatu saat seorang shufi berkata kepada para sahabat mereka, ”Mari kita bertolak, agar aku memperlihatkan kepada kalian apa itu dunia.”
Saat mereka sampai di sebuah tempat pembuangan sampah, shufi itu berkata, ”Lihatlah, buah-buahan kalian, ayam-ayam kalian dan manisan-manisan kalian.”
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya apa yang dimakan anak Adam dibuat permisalan untuk dunia. Sekalipun ia telah membumbuinya dan menggaraminya dengan lezat, perhatikanlah hasil akhirnya makanan itu juga apa.” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dll, dishahihkan al-Albani di dalam Silsilah ash-Sha hihah: 382.)
Dalam riwayat lainnya disebutkan,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى جَعَلَ مَا يَخْرُجُ مِنَ ابْنِ آدَمَ مَثَلاً لِلدُّنْيَا-الطبراني
Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menjadikan apa yang keluar dari (badan) anak Adam sebagai permisalan terhadap dunia.” (Ath Thabarani, dishahihkan oleh Al Hafidz As Suyuthi)
Al Allamah Al Munawi menjelaskan bahwa maksud dari “apa yang keluar dari anak Adam” adalah air kencing dan tinja.
Sedangan Az Zamakhsyari sendiri menjelaskan makna hadits ini, bahwa makanan meskipun manusia berpayah-payah dalam mengolahnya hingga bentuknya bermacam-macam dan menggugah selera, namun semua jenis makanan itu akhirnya berubah menjadi hal yang menjijikkan, demikian pula nasib dunia yang penuh dengan hal yang menggiurkan ini.
Maka Al Munawi menyimpulkan bahwa syahwat manusia terhadap dunia seperti syahwat manusia terhadap makanan yang akan sirna setelah makanan itu berada dalam perut. Demikian pula syahwat terhadap dunia, ia akan berubah manjadi hal yang dibenci dan menjijikkan ketika seorang berada dalam proses kematian.
Selaras dengan hadits di atas, suatu saat seorang shufi berkata kepada para sahabat mereka, ”Mari kita bertolak, agar aku memperlihatkan kepada kalian apa itu dunia.”
Saat mereka sampai di sebuah tempat pembuangan sampah, shufi itu berkata, ”Lihatlah, buah-buahan kalian, ayam-ayam kalian dan manisan-manisan kalian.”
(mhy)