Adab Seorang Muslim Ketika Sedang dalam Perjalanan
Rabu, 01 September 2021 - 06:22 WIB
Safar atau melakukan perjalanan merupakan salah satu aktivitas yang biasa dilakukan oleh mmamsyarakat. Dan sebagai seorang muslim, ketika bersafar ada adab-adab yang harus diperhatikan. Selain membaca doa, menyiapkan perbekalan dan lain sebagainya, ketika dalam perjalanan pun ada beberapa hal atau adab-adab yang dianjurkan dilakukan. Hal-hal apa saja?
Menurut Ustadz Mubarak Bamualim, Lc, ketika seorang musafir sedang mendaki gunung atau menanjak ke tempat yang tinggi, hendaknya dia membaca takbir “Allahu Akbar,” secara terus-menerus. Atau juga yang semisal dengan pendakian itu. Misalnya seseorang naik pesawat terbang. Ketika pesawat lepas landas (sedang naik ke atas), maka kita dianjurkan membaca “Allahu Akbar”.
"Kita dianjurkan membaca “Allahu Akbar” karena kita melihat ciptaan Allah berupa bumi yang demikian luas. Dan Allah lebih besar dari itu,"ungkap dai yang rutin mengisi kajian di kanal muslim Rodja ini, dalam salah satu kajiannya kemarin.
Ustadz Mubarak juga menjelaskan, ketika dalam perjalanan keadaan menurun, maka kita dianjurkan membaca “Subhanallah,” secara terus-menerus. Ketika membaca “Allahu Akbar” atau “Subhanallah” tersebut, kita tidak dianjurkan untuk berteriak mengangkat suara, tapi ucapkan dengan pelan. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mendengar dan Mengetahui.
Dari Jabir bin Abdillah Al-Anshari Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata:
كُنَّا إذَا صَعِدْنَا كَبَّرْنَا، وإذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا
“Dahulu kalau mendaki (dalam perjalanan) kami membaca Allahu Akbar, dan kalau menurun (dalam perjalanan) kami membaca Subhanallah.” (HR. Bukhari)
Makna Subhanallah ini sangat luar biasa. Kenapa demikian? Ustadz Mubarak Bamualim menjelaskan, bahwa ketika seseorang mengucapkan Subhanallah (Maha Suci Allah), artinya dia sedang menafikan/membersihkan/mensucikan Allah ‘Azza wa Jalla dari semua sifat-sifat kekurangan yang dinisbahkan oleh orang-orang musyrikin/kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Maha Suci dari itu semuanya.
Kalimat Subhanallah adalah kalimat yang sangat mulia, zikir yang sangat agung. Seorang membacanya di pagi hari dan di petang hari 100 kali:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
Maka akan diampuni oleh Allah dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan.
Bahkan ketika Nabi Yunus ‘Alaihis Salam diuji oleh Allah ‘Azza wa Jalla berada di dalam perut ikan paus, beliau selalu bertasbih mensucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau berdoa:
…لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tiada sesembahan yang haq kecuali Engkau Ya Allah. Maha Suci Engkau Ya Allah. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang telah berbuat kedzaliman.” (QS. Al-Anbiya : 87)
Hadis Jabir Radhiyallahu ‘Anhu ini menjelaskan kepada kita tentang sunnah atau tuntunan dan adab ajaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
"Adab ini adalah untuk menanamkan dalam diri kita akan keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang berada di atas, dia melihat yang dibawahnya. Alangkah agungnya ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tetapi yang lebih agung adalah Dzat Allah ‘Azza wa Jalla. Kalau saja alam semesta ini demikian besarnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang Maha Besar. Tidak ada yang lebih besar dari Allah ‘Azza wa Jalla,"tuturnya.
Wallahu A'lam
Menurut Ustadz Mubarak Bamualim, Lc, ketika seorang musafir sedang mendaki gunung atau menanjak ke tempat yang tinggi, hendaknya dia membaca takbir “Allahu Akbar,” secara terus-menerus. Atau juga yang semisal dengan pendakian itu. Misalnya seseorang naik pesawat terbang. Ketika pesawat lepas landas (sedang naik ke atas), maka kita dianjurkan membaca “Allahu Akbar”.
"Kita dianjurkan membaca “Allahu Akbar” karena kita melihat ciptaan Allah berupa bumi yang demikian luas. Dan Allah lebih besar dari itu,"ungkap dai yang rutin mengisi kajian di kanal muslim Rodja ini, dalam salah satu kajiannya kemarin.
Ustadz Mubarak juga menjelaskan, ketika dalam perjalanan keadaan menurun, maka kita dianjurkan membaca “Subhanallah,” secara terus-menerus. Ketika membaca “Allahu Akbar” atau “Subhanallah” tersebut, kita tidak dianjurkan untuk berteriak mengangkat suara, tapi ucapkan dengan pelan. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mendengar dan Mengetahui.
Dari Jabir bin Abdillah Al-Anshari Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata:
كُنَّا إذَا صَعِدْنَا كَبَّرْنَا، وإذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا
“Dahulu kalau mendaki (dalam perjalanan) kami membaca Allahu Akbar, dan kalau menurun (dalam perjalanan) kami membaca Subhanallah.” (HR. Bukhari)
Makna Subhanallah ini sangat luar biasa. Kenapa demikian? Ustadz Mubarak Bamualim menjelaskan, bahwa ketika seseorang mengucapkan Subhanallah (Maha Suci Allah), artinya dia sedang menafikan/membersihkan/mensucikan Allah ‘Azza wa Jalla dari semua sifat-sifat kekurangan yang dinisbahkan oleh orang-orang musyrikin/kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Maha Suci dari itu semuanya.
Kalimat Subhanallah adalah kalimat yang sangat mulia, zikir yang sangat agung. Seorang membacanya di pagi hari dan di petang hari 100 kali:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
Maka akan diampuni oleh Allah dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan.
Bahkan ketika Nabi Yunus ‘Alaihis Salam diuji oleh Allah ‘Azza wa Jalla berada di dalam perut ikan paus, beliau selalu bertasbih mensucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau berdoa:
…لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tiada sesembahan yang haq kecuali Engkau Ya Allah. Maha Suci Engkau Ya Allah. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang telah berbuat kedzaliman.” (QS. Al-Anbiya : 87)
Hadis Jabir Radhiyallahu ‘Anhu ini menjelaskan kepada kita tentang sunnah atau tuntunan dan adab ajaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
"Adab ini adalah untuk menanamkan dalam diri kita akan keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang berada di atas, dia melihat yang dibawahnya. Alangkah agungnya ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tetapi yang lebih agung adalah Dzat Allah ‘Azza wa Jalla. Kalau saja alam semesta ini demikian besarnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang Maha Besar. Tidak ada yang lebih besar dari Allah ‘Azza wa Jalla,"tuturnya.
Wallahu A'lam
(wid)