Surat Al-Fiil: Memetik Pelajaran Kisah Pasukan Bergajah

Jum'at, 15 Oktober 2021 - 06:43 WIB
“Mogoklah, hai Mahmud! Kembalilah dengan benar ke tempat dari mana kamu datang, sebab, kamu kini sedang berada di negeri Allah Shubhanahu wa ta’ala yang haram“.

Kemudian dia melepaskan telinganya. Tidak lama kemudian gajah itu benar-benar mogok tidak mau berdiri. Nufail bin Habib lalu segera pergi dan berlari kencang menuju gunung dan naik ke puncaknya, menyatu bersama warga Quraiys.

Di sisi lain bala tentara bergajah kebingungan. Mereka memukuli gajahnya agar mau berdiri, namun gajah tersebut bergeming.

Mereka mencoba memukul dengan cambuk dan memasukan senjata kebagian tubuh yang lembek lalu menekannya supaya gajahnya mau berdiri, namun tetap saja tidak berhasil.

Anehnya, tatkala mereka mengarahkan gajahnya ke arah Yaman maka segera bangkit dan berjalan cepat, ketika di arahkan menuju Syam juga demikian, bangkit dan berjalan cepat, ke arah timur juga demikian, akan tetapi, ketika di arahkan menuju Mekkah, gajahnya langsung duduk.

Dalam kondisi seperti itu, Allah SWT mengirim kepada mereka burung dari arah laut, yang bagaikan layang-layang menyambar dengan berbondong-bondong, dan setiap burung membawa tiga buah batu seukuran kerikil.

Satu berada di paruhnya dan yang dua di kakinya. Tidak ada satu batu pun yang menimpa kepala mereka melainkan pasti hancur. Semua pasukan ini terkena lemparan batu tersebut, maka mereka lari berpencaran mencari jalan pulang, lalu mereka bertanya kepada Nufail supaya memberi tahu arah jalan pulang ke negerinya.

Sedangkan Nufail sudah berada di puncak gunung bersama warga Quraiys dan warga Arab lainnya. Mereka menyaksikan kejadian dan siksaan Allah SWT yang maha dahsyat atas pasukan bergajah tersebut.

Nufail pun melantunkan bait syairnya:

Tiada tempat berlari, bila Tuhan yang mengejarnya

Dan Asyram lah yang kalah, bukan yang menang

Dan kejadian itu terjadi tepatnya empat puluh tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW, dan sebagian saksi mata peristiwa itu masih hidup manakala Muhammad diangkat menjadi utusan.

Kemudian Allah ta’ala menjelaskan dalam ayat kedua:

أَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِي تَضۡلِيلٖ


Bukankah –Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?”. [al-Fiil/105: 2].

Maksudnya bukankah Allah SWT telah menjadikan tipu daya mereka serta usaha yang mereka lakukan untuk menghancurkan Ka’bah sebagai perbuatan yang tidak punya pegangan yang mengantarkan pada kebinasaan mereka?

Kemudian Allah SWT mengatakan sebab kehancuran mereka:

وَأَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا أَبَابِيلَ


Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong”. [al-Fiil/105: 3].

Maksudnya sekumpulan burung yang berpencar, dan burung ini berwarna hitam dari arah lautan dengan berbondong-bondong. Pada tiap burung membawa tiga buah batu kerikil, dua batu di kakinya dan satunya lagi diparuhnya, tidaklah batu tersebut mengenai sesuatu melainkan menghancurkanya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
اِنِّىۡ وَجَّهۡتُ وَجۡهِىَ لِلَّذِىۡ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ حَنِيۡفًا‌ وَّمَاۤ اَنَا مِنَ الۡمُشۡرِكِيۡنَ‌ۚ‏
Aku hadapkan wajahku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan mengikuti agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.

(QS. Al-An'am Ayat 79)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More