Antara Yastrib dan Madinah: Awalnya Umat Nabi Nuh Tinggal di Sini

Rabu, 03 Juni 2020 - 16:58 WIB
Perkataan madinah yang digunakan Nabi SAW untuk mengganti nama Yatsrib menyiratkan semacam deklarasi. Di tempat baru itu hendak diwujudkan suatu masyarakat yang tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Secara sosial dan politik, masyarakat itu divisikan teratur atau berperaturan, sebagaimana mestinya sebuah tatanan yang ideal.

"Maka, madinah adalah pola kehidupan sosial yang sopan, yang ditegakkan atas dasar kewajiban dan kesadaran umum untuk patuh kepada peraturan atau hukum. Sistem yang dibangun merujuk kepada pola kehidupan teratur dalam lingkungan masyarakat yang disebut kota,'' jelasnya.



Dalam konteks Jazirah Arab, konsep peradaban itu terkait erat dengan pola kehidupan menetap di suatu tempat. Karena tidak nomaden, pola hidup bermasyarakat pun akan hadir (hadlarah/beradab) di tempat itu. Mereka hidup menetap dan teratur, maka kemudian melahirkan peradaban. Dan peradaban di Madinah adalah peradaban Islam mula-mula.

Di Madinah tinggal tiga suku Yahudi: Bani Qaynuqa`, Bani an-Nadir dan Bani Qurayzhah. Jumlah orang dewasa yang berasal dari suku-suku ini lebih dari dua ribu.



Banu Qaynuqa` diperkirakan memiliki tujuh ratus kombatan, Banu an-Nadir juga memiliki jumlah yang hampir sama, sedangkan orang dewasa Banu Qurayzhah tercatat antara tujuh dan sembilan ratus.

Suku-suku ini tidak dalam kondisi yang baik dan sangat sering terjebak dalam konfrontasi satu sama lain.



Al-Qur’an membuat referensi ke perselisihan timbal balik antara orang-orang Yahudi: “Dan ketika Kami membuat dengan Anda perjanjian (mengatakan): Janganlah menumpahkan darah bangsamu atau mengubah (pesta) bangsamu dari tempat tinggal Anda. Kemudian kamu meratifikasi (perjanjian kami) dan kamu adalah saksi (untuk itu). Namun Andalah yang membunuh satu sama lain dan mengusir rombongan orang-orang Anda dari rumah mereka, saling mendukung melawan mereka melalui dosa dan pelanggaran – dan jika mereka mendatangi Anda sebagai tawanan, Anda akan menebus mereka, sedangkan pengusiran mereka sendiri melanggar hukum bagi Anda.” (QS Al-Baqarah: 84-85)

Selama berabad-abad, orang-orang Yahudi telah menunggu seorang penebus. Kepercayaan orang-orang Yahudi tentang nabi yang akan datang, yang biasa mereka gunakan untuk berbicara dengan orang-orang Arab, telah mempersiapkan orang Aus dan Khazraj untuk menyerahkan iman mereka kepada Nabi etersebut. (Banu Israel Fil-Qur’an was-Sunnah, hlm. 73-101)



Cinta Madinah

Dalam hadis mengenai Madinah yang dicatat Abu Hurairah ra, tertulis, “Aku diperintahkan pada sebuah desa yang memakan desa yang lain. Mereka menamakannya Yastrib, yaitu Madinah. Ia memakan manusia sebagaimana dapur pembakaran memakan besi.”

Dikutip dari Ensiklopedia Alquran bahwa maksud “aku diperintahkan dengan sebuah desa” adalah ketika mengizinkan hijrah, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW menuju Madinah. Arti “mereka menamakannya Yastrib” adalah orang munafik menamakan kota itu dengan sebutan Yastrib.



Rasulullah SAW sendiri tidak menyukai penyebutan ini, karena maknanya berarti mencela dan menghardik. Kata Yastrib digunakan sekali dalam Al-Quran, yaitu ketika Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya:

قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ ٱلْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

Yusuf berkata: “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian. Mudah-mudahan Allah mengampuni kalian, dan dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS. Yusuf:92)

Lihat juga: Tutup Dua Bulan, Masjid Nabawi Kembali Dibuka untuk Umum
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat isya' dan shalat subuh.  Sekiranya mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya, pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 789)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More