Surat An-Nahl Ayat 68-69: Wahyu untuk Lebah dan Keistimewaan Madu
Minggu, 31 Oktober 2021 - 13:41 WIB
Lebah menjadi salah satu hewan yang namanya tidak hanya disebut dalam Al-Quran, melainkan dijadikan nama surat, yaitu An-Nahl .Lebah adalah hewan yang diperintahkan Allah untuk melaksanakan tugas-tugasnya di muka bumi. Dengan kata lain, lebah telah diberikan wahyu oleh Allah tentang fitrahnya di dunia.
Perihal ini telah dijelaskan Allah dalam surat An-Nahl ayat 68:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” ( QSAn-Nahl : 68 )
Sebagaimana firman Allah dalam surat As-Syu’ara ayat 51 , bahwa hanya ada tiga cara bagi makhluk Allah untuk berkomunikasi dengan-Nya.
Pertama, adalah dengan wahyu, bisa melalui hati dan mimpi yang dinamakan ilham seperti yang terjadi pada Ibu Nabi Musa .
Kedua, adalah melalui hijab seperti yang terjadi pada pertemuan Nabi Musa dengan Allah yang diceritakan pada surat Al-Qashas ayat 30 .
Ketiga, adalah melalui perantaraan Malaikat Jibril seperti yang terjadi pada nabi dan rasul. Cara pertama adalah yang terjadi pada lebah, bahwa ia diperintah Allah melalui wahyu.
As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di menjelaskan bahwa dalam ayat di atas, lebah telah mendapatkan ilham dari Allah berupa bimbingan yang ajaib.
Allah SWT memberikan kemudahan bagi lebah untuk menuju padang rumput dan taman untuk mencari makan kemudian kembali ke sarangnya yang sangat bagus dan unik atas petunjuk Allah SWT.
Wahbah Zuhayli dalam Tafsir al-Wajiz juga memberikan keterangan bahwa Allah telah memberikan kemudahan habitat makanan lebah kemudian Allah juga memberikan arahan kepada lebah untuk merenovasi rumahnya dengan sedemikian mengagumkan.
Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan kata “an” di atas sebagai “an” mashdariyah atau mufassiriyah yang berarti ilham yang diberikan kepada lebah berupa sarang untuk tempat tinggal.
Sarang tersebut bisa bertempat di bukit-bukit, pohon-pohon, atau tempat-tempat yang telah disediakan maunusia.
Sedangkan Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memberikan pengertian bahwa lebah telah diberikan Allah ilham untuk menyelesaikan semua persoalan hidupnya.
Termasuk juga yang dimudahkan Allah bagi lebah adalah membuat sarang di gunung-gunug, celah-celah pepohonan, maupun pucuk-pucuk rumah manusia.
Keistimewaan Lebah
Salah satu keistimewaan lebah ialah, koloni-koloninya menghasilkan madu. Madu tersebut telah menjadi konsumsi yang lazim bagi manusia bahkan seringkali digunakan untuk obat.
Keistimewaan lebah ini dijelaskan Allah dalam ayat selanjutnya, yaitu surat An-Nahl ayat 69:
“Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” ( QS An-Nahl : 69 )
Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan lafadz “dzululan” ini sebagai bentuk jamak dari lafadz “dzaluulun”. Makna dari lafadz tersebut adalah dimudahkannya lebah untuk mengambil makanan sejauh dan sesulit apapun jalan tersebut, ia tidak akan tersesat untuk kembali ke sarangnya.
Lalu dari perut lebah tersebut keluar minuman yang bermacam-macam warnanya, yang di dalamnya mengandung obat bagi segala penyakit. Minuman tersebut bernama madu.
Mengenai madu sebagai penyembuh ini Rasulullah SAW pernah bersabda: “Penyembuhan bisa lewat tiga macam: bekam, minum madu, atau membakar dengan api. Dan aku melarang umatku membakar dengan api.” (HR Bukhari).
Dalam hadits lain riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah juga pernah menyuruh sahabatnya untuk meminumkan madu kepada orang yang sakit diare. Diminumkannya madu tersebut kepada orang yang sakit sebanyak tiga kali lalu penyakitnya pun sembuh.
Dalam Tafsir al-Misbah, Quraish Shihab menerangkan ayat ini dengan penjelasan saintifik modern atau menggunakan penafsiran bil ‘ilmi.
Menurut ilmu pengetahuan modern di dalam madu ini terdapat unsur glukosa dan perfentous dalam porsi yang besar.
Glukosa, menurut ilmu kedokteran, berguna sekali bagi proses penyembuhan berbagai macam jenis penyakit melalui injeksi atau dengan perantaraan mulut yang berfungsi sebagai penguat.
Di samping itu, madu juga memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggi terutama vitamin B kompleks. Dalam seminar ilmiah yang dilakukan cendekiwan muslim di Qatar mengungkapkan bahwa madu lebah berperan penting dalam menghentikan pertumbuhan mikroba.
Enzim di dalam madu dapat merangsang kesehatan tubuh manusia dan berfungsi meningkatkan zat antibody untuk melawan penyakit yang menyerang.
Atas dasar ilmu pengetahuan modern ini Quraish Shihab mendapatkan afirmasi untuk panafsiran bahwa dalam minuman yang dihasilkan oleh lebah mengandung obat dari berbagai penyakit sesuai yang telah difirmankan Allah.
Ayat ini sekali lagi menjadi bukti bahwa antara kebenaran Al-Quran dan kebenaran sains atau ilmu pengetahuan tidaklah bertentangan. Wallahu a’lam
Perihal ini telah dijelaskan Allah dalam surat An-Nahl ayat 68:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” ( QSAn-Nahl : 68 )
Sebagaimana firman Allah dalam surat As-Syu’ara ayat 51 , bahwa hanya ada tiga cara bagi makhluk Allah untuk berkomunikasi dengan-Nya.
Pertama, adalah dengan wahyu, bisa melalui hati dan mimpi yang dinamakan ilham seperti yang terjadi pada Ibu Nabi Musa .
Kedua, adalah melalui hijab seperti yang terjadi pada pertemuan Nabi Musa dengan Allah yang diceritakan pada surat Al-Qashas ayat 30 .
Ketiga, adalah melalui perantaraan Malaikat Jibril seperti yang terjadi pada nabi dan rasul. Cara pertama adalah yang terjadi pada lebah, bahwa ia diperintah Allah melalui wahyu.
As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di menjelaskan bahwa dalam ayat di atas, lebah telah mendapatkan ilham dari Allah berupa bimbingan yang ajaib.
Allah SWT memberikan kemudahan bagi lebah untuk menuju padang rumput dan taman untuk mencari makan kemudian kembali ke sarangnya yang sangat bagus dan unik atas petunjuk Allah SWT.
Wahbah Zuhayli dalam Tafsir al-Wajiz juga memberikan keterangan bahwa Allah telah memberikan kemudahan habitat makanan lebah kemudian Allah juga memberikan arahan kepada lebah untuk merenovasi rumahnya dengan sedemikian mengagumkan.
Baca Juga
Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan kata “an” di atas sebagai “an” mashdariyah atau mufassiriyah yang berarti ilham yang diberikan kepada lebah berupa sarang untuk tempat tinggal.
Sarang tersebut bisa bertempat di bukit-bukit, pohon-pohon, atau tempat-tempat yang telah disediakan maunusia.
Sedangkan Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memberikan pengertian bahwa lebah telah diberikan Allah ilham untuk menyelesaikan semua persoalan hidupnya.
Termasuk juga yang dimudahkan Allah bagi lebah adalah membuat sarang di gunung-gunug, celah-celah pepohonan, maupun pucuk-pucuk rumah manusia.
Keistimewaan Lebah
Salah satu keistimewaan lebah ialah, koloni-koloninya menghasilkan madu. Madu tersebut telah menjadi konsumsi yang lazim bagi manusia bahkan seringkali digunakan untuk obat.
Keistimewaan lebah ini dijelaskan Allah dalam ayat selanjutnya, yaitu surat An-Nahl ayat 69:
ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” ( QS An-Nahl : 69 )
Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan lafadz “dzululan” ini sebagai bentuk jamak dari lafadz “dzaluulun”. Makna dari lafadz tersebut adalah dimudahkannya lebah untuk mengambil makanan sejauh dan sesulit apapun jalan tersebut, ia tidak akan tersesat untuk kembali ke sarangnya.
Lalu dari perut lebah tersebut keluar minuman yang bermacam-macam warnanya, yang di dalamnya mengandung obat bagi segala penyakit. Minuman tersebut bernama madu.
Mengenai madu sebagai penyembuh ini Rasulullah SAW pernah bersabda: “Penyembuhan bisa lewat tiga macam: bekam, minum madu, atau membakar dengan api. Dan aku melarang umatku membakar dengan api.” (HR Bukhari).
Dalam hadits lain riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah juga pernah menyuruh sahabatnya untuk meminumkan madu kepada orang yang sakit diare. Diminumkannya madu tersebut kepada orang yang sakit sebanyak tiga kali lalu penyakitnya pun sembuh.
Dalam Tafsir al-Misbah, Quraish Shihab menerangkan ayat ini dengan penjelasan saintifik modern atau menggunakan penafsiran bil ‘ilmi.
Menurut ilmu pengetahuan modern di dalam madu ini terdapat unsur glukosa dan perfentous dalam porsi yang besar.
Glukosa, menurut ilmu kedokteran, berguna sekali bagi proses penyembuhan berbagai macam jenis penyakit melalui injeksi atau dengan perantaraan mulut yang berfungsi sebagai penguat.
Di samping itu, madu juga memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggi terutama vitamin B kompleks. Dalam seminar ilmiah yang dilakukan cendekiwan muslim di Qatar mengungkapkan bahwa madu lebah berperan penting dalam menghentikan pertumbuhan mikroba.
Enzim di dalam madu dapat merangsang kesehatan tubuh manusia dan berfungsi meningkatkan zat antibody untuk melawan penyakit yang menyerang.
Atas dasar ilmu pengetahuan modern ini Quraish Shihab mendapatkan afirmasi untuk panafsiran bahwa dalam minuman yang dihasilkan oleh lebah mengandung obat dari berbagai penyakit sesuai yang telah difirmankan Allah.
Ayat ini sekali lagi menjadi bukti bahwa antara kebenaran Al-Quran dan kebenaran sains atau ilmu pengetahuan tidaklah bertentangan. Wallahu a’lam
(mhy)