Alam Barzakh: Ruh Para Syuhada Tersimpan di Rongga Burung Hijau
Sabtu, 06 Juni 2020 - 05:00 WIB
Mustafa Al-Kik, misalnya, berpendapat bahwa manusia memiliki "jasad berganda": pertama, jasad duniawi; dan kedua, jasad barzakhi. Mustafa dalam --Baina 'Alamain-- setelah mengutip sekian banyak pendapat ulama tentang hal di atas, berusaha untuk menjelaskan hal tersebut dengan teori frekuensi dan gelombang-gelombang suara. Contoh konkret yang dikemukakannya adalah radio yang dapat menangkap sekian banyak suara yang berbeda-beda melalui gelombang yang berbeda-beda. Walaupun ia saling masuk-memasuki, namun ia tidak menyatu dan tetap berbeda. Ini pula yang menjadikan kita tak dapat melihat sesuatu yang sebenarnya "ada" namun kita tak melihatnya akibat perbedaan frekuensi dan gelombang-gelombang itu.
Apa yang dikemukakan ini -menurutnya sejalan dengan informasi Al-Quran, antara lain yang berbicara tentang keadaan seorang yang sedang sekarat:
{فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ
وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ
Maka mengapa ketika nyawa telah sampai ke kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat (yang sekarat), sedangkan (malaikat) Kami lebih dekat kepadanya darimu, tetapi kamu tidak melihat (QS AlWaqi'ah [56]: 83-85).
Atau firman-Nya:
فَلَآ أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ
وَمَا لَا تُبْصِرُونَ
Aku (Allah) tidak bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan yang kamu tidak lihat (QS Al-Haqqah [69]: 38-39).
Kedua ayat mulia di atas mengemukakan teori gelombang dan getaran yang sangat jelas dan gamblang. Keduanya telah membagi materi menjadi dua macam, yang sejalan dengan tingkat bumi sehingga dapat dilihat oleh mata, dan yang tidak sejalan karena tingginya gelombangnya, sehingga tersembunyi dari pandangan dan tidak terlihat oleh mata. Dengan demikian kedua ayat tersebut menunjuk ke alam materi yang terasa oleh kita semua, dan alam lain yang tinggi yang tersembunyi dari mata kita. Teori ini juga menafsirkan kepada kita jawaban Nabi saw ketika kaum Muslim mempertanyakan pembicaraan beliau dengan Ahl Al-Qalib (tokoh-tokoh kaum musyrik yang tewas dalam peperangan Badar) sebagaimana dikemukakan di atas. (Mustafa Al-Kik dalam Baina 'Alamain hlm. 51)
Quraish Shihab menyimpulkan, akhirnya betapa pun terdapat sekian banyak ayat dengan penafsiran-penafsiran di atas, serta ada pula riwayat-riwayat dari berbagai sumber dan kualitas, namun kita tidak dapat mencap mereka yang mengingkari kehidupan barzakh, sebagai orang-orang yang keluar dari keimanan atau ajaran Islam, selama mereka tetap mengucapkan dua kalimat syahadat. "Ini disebabkan karena akidah harus diangkat dari nash keagamaan yang pasti, yaitu Al-Quran dan maknanya pun harus pasti. Sedangkan penafsiran-penafsiran yang dikemukakan di atas belum mencapai tingkat kepastian yang dapat dijadikan akidah," demikian Quraish Shihab.(
Apa yang dikemukakan ini -menurutnya sejalan dengan informasi Al-Quran, antara lain yang berbicara tentang keadaan seorang yang sedang sekarat:
{فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ
وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ
Maka mengapa ketika nyawa telah sampai ke kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat (yang sekarat), sedangkan (malaikat) Kami lebih dekat kepadanya darimu, tetapi kamu tidak melihat (QS AlWaqi'ah [56]: 83-85).
Atau firman-Nya:
فَلَآ أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ
وَمَا لَا تُبْصِرُونَ
Aku (Allah) tidak bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan yang kamu tidak lihat (QS Al-Haqqah [69]: 38-39).
Kedua ayat mulia di atas mengemukakan teori gelombang dan getaran yang sangat jelas dan gamblang. Keduanya telah membagi materi menjadi dua macam, yang sejalan dengan tingkat bumi sehingga dapat dilihat oleh mata, dan yang tidak sejalan karena tingginya gelombangnya, sehingga tersembunyi dari pandangan dan tidak terlihat oleh mata. Dengan demikian kedua ayat tersebut menunjuk ke alam materi yang terasa oleh kita semua, dan alam lain yang tinggi yang tersembunyi dari mata kita. Teori ini juga menafsirkan kepada kita jawaban Nabi saw ketika kaum Muslim mempertanyakan pembicaraan beliau dengan Ahl Al-Qalib (tokoh-tokoh kaum musyrik yang tewas dalam peperangan Badar) sebagaimana dikemukakan di atas. (Mustafa Al-Kik dalam Baina 'Alamain hlm. 51)
Quraish Shihab menyimpulkan, akhirnya betapa pun terdapat sekian banyak ayat dengan penafsiran-penafsiran di atas, serta ada pula riwayat-riwayat dari berbagai sumber dan kualitas, namun kita tidak dapat mencap mereka yang mengingkari kehidupan barzakh, sebagai orang-orang yang keluar dari keimanan atau ajaran Islam, selama mereka tetap mengucapkan dua kalimat syahadat. "Ini disebabkan karena akidah harus diangkat dari nash keagamaan yang pasti, yaitu Al-Quran dan maknanya pun harus pasti. Sedangkan penafsiran-penafsiran yang dikemukakan di atas belum mencapai tingkat kepastian yang dapat dijadikan akidah," demikian Quraish Shihab.(
(mhy)
Lihat Juga :