Pekik Bilal Bin Rabah dalam Perang Badar, Ahad... Ahad... Ahad...

Selasa, 16 November 2021 - 19:17 WIB
“Aku tidak selamat jika dia masih selamat,” kata Bilal sekali lagi.

“Apakah engkau mendengarku wahai Ibnus-Sauda’?” ‘Abd ar-Rahman bin ‘Auf mencoba mencari pembelaan kepada Ibnus-Sauda’.

Namun Bilal kembali berkata, “aku tidak selamat jika dia masih selamat,” dan dia berteriak dengan keras, “Wahai para penolong Allah, dedengkot kekufuran adalah Umayyah bin Khalaf. Aku tidak selamat jika dia masih selamat!”

Kemudian pasukan Muslim mengepung mereka bertiga, salah seorang menyabetkan pedangnya dan mengenai Ali bin Umayyah.



Umayyah berteriak teramat keras. ‘Abd ar-Rahman bin ‘Auf berkata kepada Umayyah, “cari selamat sebisamu, karena tidak ada lagi keselamatan di sini. Demi Allah, aku sudah tidak membutuhkanmu sedikitpun.” Lalu mereka menyabetkan pedang kepada ayah dan anak tersebut hingga tewas.

Abd ar-Rahman bin ‘Auf berkata kepada dirinya sendiri, “semoga Allah merahmati Bilal. Baju-baju besiku sudah hilang dan hatiku menjadi galau gara-gara tawananku.”

Sejarawan Khalid Muhammad Khalid menganalisis peristiwa di atas, dia mengatakan bahwa Bilal bukan tipe orang pemberang, namun pada saat itu situasinya berada dalam peperangan, akan lain ceritanya apabila mereka bertemu dalam situasi yang lain. Menurutnya, niscaya Bilal akan memberikan maaf.

Selain itu, ada perbedaan penafsiran antara Abd ar-Rahman bin ‘Auf dan Bilal, Abd ar-Rahman bin ‘Auf beranggapan bahwa perang telah usai sehingga berhak untuk memperlakukan Umayyah sebagai tawanan.

Sementara itu, Bilal menilai perang belum berakhir, sebab belum lama Umayyah telah membunuh beberapa pasukan Muslim dalam perang tersebut, pedangnya saja masih basah oleh darah. Wallahu a’lam.

Perang Badar yang terjadi pada tahun 624 M, dalam sejarah Islam, merupakan kemenangan militer pertama orang-orang Islam dan Nabi Muhammad SAW .

Kemenangan pasukan Islam dalam perang ini benar-benar meruntuhkan dominasi orang-orang Makkah sekaligus menguatkan posisi politik Muslim di Madinah dan membuat orang-orang Islam menjadi sebagai kekuatan yang diperhitungkan di Jazirah Arab.

Kebangkitan Islam dalam melawan suku Quraisy di Makkah adalah perkembangan penting dalam sejarah militer, agama, dan masyarakat Muslim.

Perang Badar juga merupakan tanda, bahwa selain sebagai Nabi bagi umat Islam, Nabi Muhammad SAW juga merupakan panglima perang yang ulung.

(mhy)
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا كَثِيۡرًا مِّنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌ‌ۖ وَّلَا تَجَسَّسُوۡا وَلَا يَغۡتَبْ بَّعۡضُكُمۡ بَعۡضًا‌ ؕ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمۡ اَنۡ يَّاۡكُلَ لَحۡمَ اَخِيۡهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوۡهُ‌ ؕ وَاتَّقُوا اللّٰهَ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيۡمٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

(QS. Al-Hujurat Ayat 12)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More