Nabi Adam Menangis Selama 70 Tahun karena Diusir dari Surga
Jum'at, 26 November 2021 - 18:55 WIB
Allah mewahyukan kepada Adam, “Inilah surga-Ku dan rumah kemuliaan-Ku, masuklah kalian berdua ke dalamnya, dan makanlah kalian berdua makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kalian berdua sukai, dan janganlah kalian berdua dekati pohon ini, yang menyebabkan kalian berdua termasuk orang-orang zalim.” (QS Al-Baqarah : 35).
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam buku yang diterjemahkan Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” memaparkan Adam dan Hawa kemudian masuk ke dalam surga disaksikan oleh para malaikat.
Selanjutnya, para malaikat membawa mereka berkeliling dan memperlihatkan tempat-tempat para nabi.
Tatkala mereka berdua sampai ke surga Firdaus, mereka berdua melihat ranjang dari permata yang mempunyai 700 kaki dari yakut merah dan di atasnya ada kasur dari sutera hijau.
Malaikat berkata, “Wahai Adam, tinggallah di sini bersama Hawa!” Maka, keduanya turun dan duduk di atas ranjang tersebut. Lalu mereka berdua disuguhi dua petikan anggur. Satu petikannya panjangnya sama dengan menempuh perjalanan sehari semalam.
Mereka berdua makan, minum, dan bermain-main di taman surga. Apabila Adam ingin bersenggama dengan Hawa, maka dia masuk ke dalam kubah yang terbuat dari permata dan zabarjud. Mereka berdua ditutupi oleh satir yang terbuat dari sutera. Dan apabila Hawa berjalan-jalan di dalam istana, maka di belakangnya diiringi oleh bidadari yang tidak terhitung jumlahnya.
Ibnu as-Sunni mengatakan, “Buah-buahan surga yang pertama kali dimakan oleh Adam adalah nabq (rupanya seperti teratai).” Ibnu Abbas ra mengatakan, “Yang pertama kali dimakan oleh Adam adalah anggur dan buah-buahan surga; yang terakhir dimakan olehnya adalah gandum.”
Di surga, Adam suka berkeliling-keliling. Ketika sampai ke tempat pohon hinthah (gandum), dia menjauhinya karena perjanjian yang telah dibuatnya dengan Allah untuk tidak memakan buah pohon itu.
Pohon gandum ini merupakan pohon terbesar yang ada di surga. Tangkainya penuh dengan biji-bijian. Setiap bijinya seukuran kepala unta dan rasanya lebih manis daripada manisnya madu. Warnanya lebih putih dari susu.
Ketika Iblis mengetahui Adam dan Hawa masuk ke dalam surga dan dia tahu bahwa Adam dilarang memakan buah dari pohon gandum, dia datang mendekati pintu surga. Berdiri di sana sekitar 300 tahun dengan perhitungan waktu akhirat.
Iblis menunggu yang datang ke arah pintu surga. Setelah beberapa lama, datanglah seekor burung berbulu indah bernama Thawus (burung merak).
Burung itu merupakan raja burung yang ada di surga. Setelah melihatnya, si Iblis mendekatinya seraya berkata, “Wahai burung yang diberkahi, dari mana engkau datang?”
Burung itu menjawab, “Dari kebunnya Adam.”
“Aku mempunyai nasehat untukmu dan aku ingin engkau membawaku masuk ke sana bersamamu,” ujar Iblis membujuk.
“Mengapa engkau tidak masuk saja sendiri?” tanya Thawus.
“Aku ingin masuk secara sembunyi-sembunyi,” jawab Iblis.
“Tidak ada cara untuk itu, tetapi aku bisa membawamu kepada yang bisa memasukkanmu secara sembunyi-sembunyi,” ujar Thawus menjanjikan.
Maka, berangkatlah Thawus menuju seekor ular yang di surga tidak ada yang lebih indah bentuknya daripadanya. Kepalanya berasal dari yakut merah. Kedua matanya berasal dari zabarjud hijau. Lidahnya berasal dari kafur, dan posturnya seperti postur unta.
Thawus berkata kepadanya, “Di pintu surga ada seorang malaikat yang dimuliakan yang mempunyai nasihat untukmu.”
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam buku yang diterjemahkan Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” memaparkan Adam dan Hawa kemudian masuk ke dalam surga disaksikan oleh para malaikat.
Selanjutnya, para malaikat membawa mereka berkeliling dan memperlihatkan tempat-tempat para nabi.
Tatkala mereka berdua sampai ke surga Firdaus, mereka berdua melihat ranjang dari permata yang mempunyai 700 kaki dari yakut merah dan di atasnya ada kasur dari sutera hijau.
Malaikat berkata, “Wahai Adam, tinggallah di sini bersama Hawa!” Maka, keduanya turun dan duduk di atas ranjang tersebut. Lalu mereka berdua disuguhi dua petikan anggur. Satu petikannya panjangnya sama dengan menempuh perjalanan sehari semalam.
Mereka berdua makan, minum, dan bermain-main di taman surga. Apabila Adam ingin bersenggama dengan Hawa, maka dia masuk ke dalam kubah yang terbuat dari permata dan zabarjud. Mereka berdua ditutupi oleh satir yang terbuat dari sutera. Dan apabila Hawa berjalan-jalan di dalam istana, maka di belakangnya diiringi oleh bidadari yang tidak terhitung jumlahnya.
Ibnu as-Sunni mengatakan, “Buah-buahan surga yang pertama kali dimakan oleh Adam adalah nabq (rupanya seperti teratai).” Ibnu Abbas ra mengatakan, “Yang pertama kali dimakan oleh Adam adalah anggur dan buah-buahan surga; yang terakhir dimakan olehnya adalah gandum.”
Di surga, Adam suka berkeliling-keliling. Ketika sampai ke tempat pohon hinthah (gandum), dia menjauhinya karena perjanjian yang telah dibuatnya dengan Allah untuk tidak memakan buah pohon itu.
Pohon gandum ini merupakan pohon terbesar yang ada di surga. Tangkainya penuh dengan biji-bijian. Setiap bijinya seukuran kepala unta dan rasanya lebih manis daripada manisnya madu. Warnanya lebih putih dari susu.
Ketika Iblis mengetahui Adam dan Hawa masuk ke dalam surga dan dia tahu bahwa Adam dilarang memakan buah dari pohon gandum, dia datang mendekati pintu surga. Berdiri di sana sekitar 300 tahun dengan perhitungan waktu akhirat.
Iblis menunggu yang datang ke arah pintu surga. Setelah beberapa lama, datanglah seekor burung berbulu indah bernama Thawus (burung merak).
Burung itu merupakan raja burung yang ada di surga. Setelah melihatnya, si Iblis mendekatinya seraya berkata, “Wahai burung yang diberkahi, dari mana engkau datang?”
Burung itu menjawab, “Dari kebunnya Adam.”
“Aku mempunyai nasehat untukmu dan aku ingin engkau membawaku masuk ke sana bersamamu,” ujar Iblis membujuk.
“Mengapa engkau tidak masuk saja sendiri?” tanya Thawus.
“Aku ingin masuk secara sembunyi-sembunyi,” jawab Iblis.
“Tidak ada cara untuk itu, tetapi aku bisa membawamu kepada yang bisa memasukkanmu secara sembunyi-sembunyi,” ujar Thawus menjanjikan.
Maka, berangkatlah Thawus menuju seekor ular yang di surga tidak ada yang lebih indah bentuknya daripadanya. Kepalanya berasal dari yakut merah. Kedua matanya berasal dari zabarjud hijau. Lidahnya berasal dari kafur, dan posturnya seperti postur unta.
Thawus berkata kepadanya, “Di pintu surga ada seorang malaikat yang dimuliakan yang mempunyai nasihat untukmu.”